MENTERI Lingkungan Hidup (MenLH) Hanif Faisol Nurofiq mengungkapkan sampah kiriman yang terdampar di beberapa pesisir pantai di Bali sebagian besar berasal dari Aliran sungai di Pulau Jawa yang bermuara di Laut Jawa.
“Sampah ini akan mengikuti arus Lalu bergerak ke arah timur, kemudian selatan dan sebagian terdampar di pantai Bali,” kata Hanif di sela-sela aksi Rapi sampah laut di Pantai Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (4/1).
MenLH menjelaskan sampah laut Bali itu terjadi Demi angin musim barat yang terjadi pada Oktober-Maret tiap tahun. Ia memperkirakan jumlah sampah kiriman yang ditemukan di pesisir Bali pada 2024-2025 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2020-2021 yang mencapai Sekeliling 6.000 ton dan tahun 2023 Sekeliling 2.900 ton.
Sampah kiriman itu terdampar, salah satunya di pesisir Pantai Kuta, Pantai Kedonganan dan pantai lainnya yang selama ini menjadi daya tarik wisata. Peningkatan timbunan sampah itu, lanjut MenLH, dipicu peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas yang Enggak ramah lingkungan.
Tak hanya dari Aliran sungai di Pulau Jawa, sampah laut kiriman di Pantai Kuta tersebut juga berasal dari negara lain, meski ia Enggak menyebutkan detail asal negara tersebut. “Berdasarkan data timbunan sampah yang terbawa di Pantai Kuta ini sebagian dari negara lain,” ucap Hanif ketika memberikan sambutan.
Selain mendarat di pesisir Bali, lanjut dia, sampah laut yang terbawa arus tersebut juga Tiba di pesisir Afrika tepatnya di Madagaskar. “Jadi ini perjalanan sampah dari hilir Pulau Jawa Tiba Madagaskar,” tambahnya.
Menyikapi kondisi tersebut, Hanif menyebutkan bahwa pihaknya akan membangun program kali (sungai) Rapi dari sampah dengan menyasar sungai-sungai Primer. Sasaran pertama program itu menyasar tiga hingga empat sungai yang Terdapat di destinasi wisata unggulan Kementerian Pariwisata (Kemenpar). “Dari 17 destinasi wisata unggulan dari Kemenpar, saya minta tiga-empat yang kami selesaikan sampahnya dulu tahun ini,” pungkasnya. (Ant/M-1)