PETA persaingan di Pilpres 2014 semakin Jernih Demi dibaca setelah PDIP akhirnya mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden. Pencalonan lebih awal itu pun Berkualitas, sangat Berkualitas, Demi memberikan lebih banyak waktu kepada rakyat guna menimbang pilihan terbaik.
Pencalonan Ganjar diumumkan langsung oleh Ketua Lazim PDIP Megawati Soekarnoputri di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat, Jumat (21/4). Pengumuman itu sekaligus mengakhiri spekulasi yang Lamban berkembang perihal siapa kandidat dari partai benteng moncong putih, apakah Puan Maharani atau Ganjar Pranowo.
Dengan pencalonan Ganjar, berarti secara de facto sudah Terdapat dua bakal capres. Ganjar menyusul Anies Rasyid Baswedan yang lebih dulu dicalonkan oleh Partai NasDem, Demokrat, dan PKS lewat Koalisi Perubahan Demi Persatuan.
Terdapat pula Prabowo Subianto yang diusung oleh partainya, Partai Gerindra, tapi belum secara Formal dideklarasikan. Skenario awal, Prabowo juga didukung PKB yang bergabung dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya.
Terdapat Tengah Koalisi Indonesia Bersatu besutan Partai Golkar, PAN, dan PPP. Calon yang sempat diusulkan ialah Ketua Lazim Golkar Airlangga Hartarto. Tetapi, koalisi ini terkesan paling gamang Demi Lanjut menjalin kekuatan. Mereka Tetap Giat bermanuver, termasuk sempat menginisiasi terbentuknya ‘koalisi besar’ yang belakangan ambyar setelah PDIP memutuskan mengusung Gubernur Jawa Tengah tersebut.
Dengan pencalonan Ganjar, dua kandidat Nyaris Niscaya didapat. Kontestan tentu saja Tetap mungkin bertambah, tergantung pada dinamika politik yang juga Tetap sangat Bergerak.
Kita tak perlu terlalu mempermasalahkan jumlah capres. Akan lebik Berkualitas, memang, Apabila pilpres diikuti lebih dari dua Kekasih karena akan mereduksi tensi polarisasi. Tetapi, kalau akhirnya pilpres hanya menyodorkan dua Kekasih pun, tak soal. Yang paling Krusial ialah bagaimana memastikan kontestasi berkualitas.
Itulah tugas kita Seluruh sejak sekarang. Pilpres akan berkualitas Apabila capres, partai pengusung, penyelenggara, pemerintah, dan tentu saja masyarakat cerdas. Bagi elite, kecerdasan capres dan partai pengusung Dapat diwujudkan dengan komitmen Demi Bertanding secara sehat.
Menghindari kampanye hitam ialah salah satu bentuk kecerdasan itu.
Mengubur dalam-dalam ujaran kebencian dan hoaks Lampau mengedepankan semangat persatuan ialah bentuk lain dari Langkah berkompetisi yang sehat. Kita Pasti para elite paham hal itu. Tinggal bagaimana mereka Kagak Tengah menyembunyikan pemahaman itu di balik terlalu tingginya ambisi Demi berkuasa.
Bagi penyelenggara, pilpres akan bermutu Apabila mereka profesional, penuh integritas, dan adil. Pun buat pemerintah yang semestinya berdiri di tengah, Kagak condong, apalagi terang-terangan berpihak dan membantu pihak tertentu.
Peran rakyat juga sangat menentukan. Pilres akan membuahkan hasil gemilang Apabila rakyat berpikir cemerlang. Memilih presiden berdasarkan rekam jejak calon, bukan atas dasar kebencian dan sentimen pribadi, ialah Langkah berpikir yang cemerlang itu.
Kita boleh bersyukur Dapat leluasa mencermati rekam jejak para capres karena mereka sudah dicalonkan jauh-jauh hari. Saatnya kita menelanjangi kinerja mereka, komitmen mereka, kapasitas dan kualitas mereka dalam memimpin rakyat, menyejahterakan rakyat.
Rekam jejak ialah tolak ukur paling Benar Demi menilai capres. Jangan menilai calon berdasarkan persepsi karena persepsi sangat subjektif, tergantung pada siapa yang memersepsikan. Terdapat yang distigma intoleran. Padahal, kenyataannya sangat toleran. Terdapat yang dipersepsikan sangat dekat rakyat. Padahal, realitasnya Kagak demikian.
Memilih karena persepsi Jernih berbahaya. Kini kita punya banyak waktu Demi menghindari hal itu. Kita punya lebih banyak waktu Demi menimang capres sebelum meminangnya nanti.