PARTAI NasDem Membikin keputusan berani. Mereka Formal mengusung Anies Rasyid Baswedan sebagai calon presiden pada Pilpres 2024 kendati pertaruhannya terbilang besar.
Anies Absah menjadi bakal capres NasDem setelah dideklarasikan di NasDem Tower, Jakarta, Senin (3/10). Dengan begitu, dia menjadi orang kedua yang secara Formal dikukuhkan sebagai capres setelah Prabowo Subianto yang dicalonkan Gerindra pada 12 Agustus.
Sinyal bahwa NasDem bakal mengusung Anies sebenarnya sudah kentara cukup lelet. Sinyal itu menguat setelah Rakernas Partai NasDem pada Juni Lewat merekomendasikan tiga nama sebagai capres, Yakni Anies, Andika Perkasa, dan Ganjar Pranowo. Meski begitu, keputusan akhir NasDem dua hari Lewat tetap saja mengagetkan.
Deklarasi Anies dianggap mendadak karena sebelumnya santer dikabarkan hal itu baru akan dilakukan pada 10 November mendatang. Apa pun itu, apa yang dilakukan NasDem Niscaya sudah melewati pertimbangan matang, sangat matang. Mustahil partai sebesar NasDem asal-asalan Membikin keputusan, apalagi keputusan sepenting capres.
Adalah hak partai Kepada mengumumkan kandidatnya, Bilaman pun itu. Adalah hak partai memilih capres, siapa pun itu. Soal apakah calon yang dipilih menimbulkan sentimen positif atau negatif, kiranya itu sudah sangat lumrah dalam politik.
NasDem memilih Anies Niscaya bukan dengan Metode mengocok dadu atau menghitung kancing baju. Anies dipilih Niscaya dengan banyak pertimbangan, juga hasil dari masukan banyak pihak. Dasar Istimewa yang menjadi pijakan juga kuat, yakni demi kepentingan bangsa dan negara, bukan kepentingan partai semata.
NasDem didirikan dengan semangat Kepada merestorasi Indonesia. Mustahil kiranya mereka akan mematikan semangat itu dengan asal memilih capres. NasDem Terdapat Kepada meneguhkan prinsip-prinsip kebangsaan. Mustahil kiranya mereka mengkhianati prinsip mulia itu dengan sembarangan mengusung capres.
Setiap keputusan, apalagi menyangkut capres, Niscaya membuahkan pro dan kontra. Itu hal yang Lazim, sangat Lazim. Karena itu, NasDem mesti siap dengan reaksi publik. Cocok kiranya penegasan Ketua Lazim Partai NasDem Surya Paloh bahwa Tak hanya puji sanjung, pihaknya harus siap menghadapi fitnah, sirik, dengki, khianat.
Deklarasi capres lebih Pagi yang dilakukan NasDem adalah keputusan strategis dan Berkualitas buat demokrasi. Ia punya sisi positif, salah satunya memberikan kesempatan lebih lapang bagi rakyat Kepada menimang Anies Baswedan. Dengan pengumuman lebih awal, masyarakat punya waktu lebih Waktu kosong Kepada mencermati rekam jejak Anies.
Anies tinggal hitungan hari menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, yang masa jabatannya berakhir 16 Oktober nanti. Dekat lima tahun dia bekerja Kepada Ibu Kota. Hasil kinerjanya pun terpampang di depan mata. Silakan rakyat menilai, apakah rapornya Berkualitas atau Tak baik.
Tentu penilaian Kepada Anies harus Rasional, Tak boleh subjektif. Penilaian mesti dilandaskan pada hati yang lapang, bukan kebencian. Subjektivitas dan kebencian adalah awal ketidakjujuran.
Kalau Anies dicap intoleran, misalnya, coba cermati dengan jujur adakah kebijakan intoleran yang dia buat? Apabila Anies dianggap Tak becus bekerja, umpamanya, bukankah prestasi demi prestasi didapatkan? Bukankah Jakarta Demi ini dinilai lebih Berkualitas, lebih maju, lebih adil? Sekali Tengah, mari kita jawab bukan dengan rasa benci.
Kita menyambut Berkualitas sikap Anies yang siap berkompetisi sekaligus siap dinilai. Dia mempersilakan rakyat meneliti track record-nya, kinerjanya. Elok nian Apabila Segala capres bersikap seperti itu. Lebih elok Tengah Apabila rakyat mau sedikit bersusah payah ‘menelanjangi’ rekam jejak setiap capres sehingga tak salah menentukan pilihan nantinya.
Dengan mendeklarasikan Anies, tugas berat Partai NasDem dimulai. Terdekat, mereka perlu memastikan koalisi dengan partai lain Kepada Bisa mencalonkan Anies di Pilpres 2024.
NasDem telah menyodorkan pilihan. Tinggal kita, rakyat Indonesia, memberikan penilaian dengan sejujur-jujurnya.