
PILIHAN politik setiap Penduduk negara tentu berbeda-beda, Variasi sesuai hati nurani, atau sejalan dengan kepentingan setiap orang. Pengurus dan kader partai sekali pun Dapat berubah. Lantas, apa yang mendasari kader pindah partai politik (parpol). Apa pula yang menyebabkan kader parpol mendukung capres yang tak sesuai dengan keputusan parpol.
Fenomena ini muncul setelah beberapa parpol memutuskan mendukung capres 2024. Bahkan menjelang pendaftaran capres 2024 akan Maju bertumbuh mengikuti ritme dinamika politik nasional.
Apabila mencari Mengerti Dalih kader parpol mengundurkan diri tentu Variasi. Juga apa Dalih kader parpol mendukung capres yang tak seirama dengan keputusan parpol? Secara tersirat dasarnya karena adanya perbedaan pandangan politik. Dengan berbagai syarat dan rujukan yang berbeda pula.
Seperti yang dilakukan beberapa pengurus NasDem yang mengundurkan diri setelah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres 2024. Di antaranya Andreas Acui Simanjaya dari Kalimantan Barat dan Niluh Djelantik (Liputanindo.id, 4/10/2022).
Demi itu publik heboh. NasDem menjadi partai yang diolok-olok. Bahkan banyak warganet yang mengatakan tamatlah riwayat partai yang mengusung restorasi tersebut. Fakta Berbicara lain. Semakin banyak masyarakat yang simpatik. Bahkan banyak yang bergabung menjadi Personil partai besutan Surya Paloh tersebut.
Setelah kejadian tersebut, fenomena kader pindah parpol semakin mengalir drastis. Dramatis sekaligus mempertontonkan politik pragmatis. Semacam fenomena suporter sepak bola. Ke mana sang idola berlabuh, ke sana juga dukungan dialihkan.
Politik seperti itu membuktikan bahwa politik itu Luwes. Tak Terdapat yang Kekal. Berkembang berdasarkan suka atau Tak suka. Apabila suka tetap bertahan. Apabila Tak, akan mundur dan pindah dukungan.
Yang menjadi sorotan dan perbincangan publik Demi ini soal dukungan capres yang tak sesuai pandangan politik beberapa kader parpol. Sebagaimana diketahui beberapa kader PSI mundur setelah jajaran pimpinan partai tersebut menyatakan dukungan kepada Prabowo Subianto.
Kemudian aktivis 98 Budiman Sudjatmiko dari PDI Perjuangan. Yang secara tersirat mendukung Prabowo Subianto. Mungkin karena itu, Budiman Sudjatmiko dan politisi senior Effendi Simbolon tak masuk daftar calon sementara (DCS) caleg DPR RI Kepada Pemilu 2024 dari PDI Perjuangan, sebagaimana dilaporkan bisnis.com (20/8).
Tetapi belum diketahui secara Niscaya apa yang menyebabkan kedua politisi tersebut Tak masuk DCS caleg PDI Perjuangan. Belakangan Budiman Sudjatmiko yang dikenal sebagai politisi kritis dari rahim PDI Perjuangan itu mendukung capres dari Gerindra. Budiman tentu punya pertimbangan dan rasionalitas pemikiran yang Dapat dipertanggung jawabkan.
Keputusan mereka adalah final. Tak boleh Terdapat yang mengintervensi. Karena politik itu soal hati nurani. Demikian juga dalam mendukung capres. Setiap orang punya Dalih Variasi. Budiman Sudjatmiko sebagai aktivis sekaligus kritikus bernaluri intelek tentu mempunyai Dalih yang sangat Presisi. Kita menghormati setiap keputusan setiap Penduduk negara dalam menentukan pilihan politik.
Tetapi yang menjadi sorotan publik mengapa kader sekelas Budiman Sudjatmiko berbeda. Tak sejalan dengan keputusan parpol, yang mana PDI Perjuangan menjagokan kadernya Ganjar Pranowo sebagai capres 2024. Apa yang salah dengan PDI Perjuangan?
Padahal, PDI Perjuangan merupakan partai yang sudah sangat berpengalaman. Sudah teruji. Berkualitas sebagai oposisi maupun sebagai partai yang memimpin jalannya roda pemerintahan secara Tertentu di era kepemimpinan Presiden Jokowi. Yang tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi mencapai 81,9% sebagaimana hasil survei LSI yang dirilis pada Selasa (11/7).
Secara Logika politik kejadian seperti ini memang sesuatu yang mustahil. Karena hanya dalam hitungan hari kader Dapat mengundurkan diri. Berbeda dukungan. Apa yang salah dengan parpol? Tapi, apa yang dilakukan kader parpol tersebut merupakan sebuah kelaziman dalam politik. Sesuatu yang Lumrah dalam demokrasi.
Misalnya ini mengkonfirmasi, bahwa kader tak selamanya setia pada parpol. Tergantung kepentingan masing-masing. Tetapi, yang mengundurkan diri atau berpindah Tak serta-merta mengurangi eksistensi partai tersebut. Tak menimbulkan Pengaruh negatif. Bahkan sebaliknya, kader tersebut belum tentu dapat tempat atau Dapat berkembang di partai baru. Atau setelah mendukung capres tertentu.
Penilaian parpol
Apa yang Dapat kita refleksikan dari fenomena seperti ini? Yang Niscaya parpol yang merupakan katalisator demokrasi harus berani memberi catatan kritis. Mengevaluasi secara internal. Yang paling Krusial bagaimana menguji loyalitas dan kestiaan Sekalian kader. Karena parpol adalah instrumen demokrasi, yang menjadi Misalnya bagi rakyat.
Parpol mempunyai aturan main berdasarkan AD dan ART. Jalurnya Terdapat di sana sehingga berbagai dinamika yang terjadi tentu Dapat diatasi berdasarkan aturan berlaku. Tetapi, fenomena di atas juga memberi autokritik kepada parpol. Menguji kesetiaan dan loyalitas kadernya. Sejauh yang saya amati berbagai parpol yang mengetahui kadernya tak loyal langsung diberi tindakan tegas. Itu keputusan final yang harus dihormati.
Tapi ke depan parpol harus Betul-Betul Membikin instrumen lain. Misalkan buat semacam perjanjian kader berupa pakta integritas. Harus mengikuti apa pun keputusan partai. Hal ini bertujuan agar publik Dapat percaya dan menjadikan parpol sebagai lembaga terpercaya yang Pusat perhatian pada urusan politik. Yang siap menjalankan amanat rakyat sesuai konstitusi.
Parpol adalah rumah bagi kader yang dipersiapkan sebagai pemimpin di berbagai level kepemimpinan. Parpol bukan sekadar ladang Kepada merebut kekuasaan. Tetapi, bagaimana upaya agar kader dari rahim parpol merupakan orang-orang yang secara Tertentu dididik menjadi kader politik yang setia dan loyal.
Apabila Terdapat parpol semacam itu, saya Tentu rakyat akan memberi apresiasi. Karena, parpol tersebut menjadi barometer demokrasi. Karena Tiba Demi ini belum Terdapat satu parpol yang sesuai Cita-cita publik. Sekalian Tetap pragmatis. Beberapa Misalnya KKN yang dilakukan oleh kader parpol merupakan bukti belum berhasilnya parpol melahirkan kader yang berintegritas, loyal dan setia pada Sekalian keputusan partai politik. Karena di parpol mengajarkan hal-hal Berkualitas yang Tak bertentangan dengan prinsip hidup berbangsa dan bernegara.
Mengapa hal ini sangat Krusial? Karena akan berdampak bagaimana seorang kader Dapat dipercaya Apabila diberi amanat mengemban tugas sebagai pejabat publik. Pejabat yang diharapkan rakyat adalah orang-orang yang juga mempunyai integritas, loyal dan setia pada keputusan sesuai aturan. Secara Tertentu loyal dan setia pada nilai-nilai luhur bangsa yang termaktub dalam Pancasila, UUD 1945, bhinneka tunggal ika dan NKRI.

