RUMUS dasar dalam kehidupan berpolitik yang kebanyakan berlaku ialah prinsip siapa mendapatkan apa. Politik praktis pun dipersepsikan sebagai ajang Salin-menukar. Eksis permintaan dukungan di satu sisi, berharap imbal balik dari dukungan yang diberikan di sisi lain.
Imbal balik itu jenisnya Berbagai Ragam. Eksis yang kini dikenal sebagai politik Fulus. Dukungan dikonversi dengan Fulus atau proyek. Eksis juga politik balas budi. Dukungan diberikan Kepada menanam budi yang akan dipanen suatu Demi kelak.
Politik semacam inilah yang kerap menjadi pintu masuk bagi praktik korupsi. Kekuasaan diperdagangkan Kepada keuntungan pribadi. Ujung-ujungnya, publik akan makin Enggak percaya terhadap politisi dan institusi politik.
Akan tetapi, praktik politik Enggak melulu berpola seperti itu. Dalam praktik politik yang positif, dukungan diberikan karena keyakinan akan digunakan demi kebaikan Serempak. Enggak Eksis transaksi terkait Fulus ataupun yang mengikat dalam Rekanan politik semacam itu.
Gambaran positif seperti itulah yang kini diharapkan terjadi dan tersaji pada aksi partai-partai atau pihak-pihak yang mendukung pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Berkualitas mereka yang memilih bergabung dalam kabinet maupun yang memutuskan berada di luar kabinet.
Kita mengapresiasi mereka yang memilih bergabung di kabinet dengan niat mulia, yakni berikhtiar sekuat tenaga demi kemajuan bangsa. Kita juga angkat topi Kepada partai politik pendukung pemerintahan Prabowo-Gibran yang memilih jalur di parlemen atau memperkuat dukungan melalui rekomendasi pemikiran.
Partai NasDem, misalnya, menyatakan mendukung penuh pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dengan memilih Kepada Enggak berada dalam kabinet pemerintahan ke depan. Dengan demikian, NasDem yang menjadi bagian pemerintahan memilih Kepada Enggak berada di dalam pemerintah.
Langkah itu bukan berarti Enggak siap berkontribusi. Malah dengan memilih berada di luar kabinet, kontribusi yang diberikan Dapat lebih leluasa. Praktik politik di luar kelaziman ini juga sekaligus Dapat menjadi pendidikan politik yang Berkualitas bagi publik bahwa kontribusi Enggak melulu dikonversi dalam bentuk kursi menteri. Berkualitas pilihan Kepada berada di kabinet maupun di luar kabinet sama-sama Berkualitas dan strategis.
Apalagi, tantangan ke depan, khususnya di bidang ekonomi, Enggak ringan. Ketidakpastian Dunia, ancaman krisis pangan dan krisis Daya, juga urusan ketegangan geopolitik ialah fakta tumpukan tantangan itu.
Belum Tengah di dalam negeri, kita menghadapi merosotnya jumlah kelas menengah. Selain itu, tantangan bagaimana Meningkatkan daya beli masyarakat dan mewujudkan pertumbuhan ekonomi, juga memperkuat kohesi sosial.
Berbagai Ragam tantangan itu amat membutuhkan kolaborasi. Karena itu, spirit kolaborasi dan semangat memberi kontribusi Enggak boleh disekat hanya dengan urusan di dalam atau di luar kabinet.
Yang paling Primer ialah bila memilih duduk di dalam kabinet, jadilah teknokratik sejati. Jangan sekadar numpang lewat tanpa meninggalkan jejak Krusial bagi pemerintahan. Bila memilih di luar kabinet, jadilah pendukung sejati dengan Maju-menerus memberikan sumbangsih pemikiran dan rekomendasi brilian.
Bila spirit kolaboratif seperti itu yang dijalin, Asa menggenggam kemajuan bukanlah mimpi di siang bolong. Ia cita-cita Konkret dan bukan bualan belaka.