Menghalau Mega Gelap

SESERAM apakah perekonomian dunia beberapa bulan ke depan? Apakah Indonesia terkena imbasnya? Kalau memang seram dan suram, bagaimana pula kita mesti menghadapinya? Siapkah kita?

Rentetan pertanyaan itu, akhir-akhir ini, seperti mitraliur yang memberondong kita hingga kita nyaris tak sempat menarik napas. Bukan hanya kita yang di Indonesia, melainkan seluruh dunia tengah diliputi kecemasan. Di Podium ini saya pernah menulis tentang The Perfect Storm atau ‘badai yang sempurna’ Demi menggambarkan dahsyatnya ancaman krisis ekonomi ke depan.

Badai yang sempurna itu merupakan kombinasi krisis yang datang sekaligus dalam satu sapuan. Setelah krisis akibat pandemi covid-19 yang belum sepenuhnya pulih, dunia langsung dihantam krisis akibat Perang Rusia-Ukraina. Muncullah krisis ikutan, yakni krisis Kekuatan, pangan, dan krisis keuangan yang kian menjadi-jadi ditambah melonjaknya inflasi. Dunia juga Tetap dihinggapi krisis akibat perubahan iklim. Sekalian itu datang seketika.

Semakin ke sini, sinyal krisis itu makin terang. Bunyi alarm kian memekikkan telinga. Presiden Joko Widodo beberapa kali mengajak Sekalian kita mewaspadai Mega gelap perekonomian Dunia. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut resesi dunia segera tiba. Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengajak kita waspada akan resesi yang dipicu ‘perang Bangsa Kembang’.

Cek Artikel:  Ontran-Ontran Pesantren

Sejumlah lembaga memperkirakan perekonomian Dunia akan masuk jurang resesi mulai awal tahun depan. Akibat dari penaikan Bangsa Kembang yang signifikan dalam waktu singkat disertai lonjakan inflasi akan memukul berbagai sektor ekonomi.

Tak hanya itu, Anggaran Moneter Global (IMF), awal pekan Lampau, menyebut ekonomi dunia menuju keterpurukan. IMF pun menurunkan proyeksi pertumbuhan Dunia Demi tahun depan. Lembaga keuangan dunia itu sekaligus memperingatkan akan adanya resesi dunia yang keras Apabila pembuat kebijakan salah menangani perang melawan inflasi.

Amerika Perkumpulan, negara dengan skala ekonomi terbesar di dunia, sudah mengalami resesi. Secara teknis, pertumbuhan ekonomi negeri ‘Om Sam’ itu terkontraksi dalam dua kuartal berturut-turut, yakni minus 1,6% di kuartal pertama 2022 dan minus 0,9% di kuartal kedua. Ekonomi AS terhuyung dihantam inflasi yang sempat mencapai 9,1% pada Juli Lampau, atau inflasi tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

Itulah sebabnya, bank sentral AS The Fed, sangat agresif Meningkatkan Bangsa Kembang hingga mencapai 3,25% Begitu ini. Inflasi AS yang sempat melandai di bulan Agustus, terdongkrak Kembali pada September. Karena itu, banyak analis memperkirakan The Fed bakal mengerek Kembali Bangsa Kembang hingga mencapai 4,5%, bahkan Pandai 4,75% awal tahun depan.

Cek Artikel:  Politik Menjijikkan

Inflasi yang menjadi-jadi juga Membikin Inggris, Uni Eropa, dan sejumlah negara emerging market seperti Brasil dan Meksiko, juga Meningkatkan Bangsa Kembang secara agresif. Momok inflasi yang disertai penaikan Bangsa Kembang itulah yang merisaukan banyak kalangan, termasuk berbagai pihak di dalam negeri.

Tetapi, lantaskah kita terlalu mencemaskan perekonomian dalam negeri? Cemas itu wajar. Khawatir itu lumrah. Asal Mula, resesi Dunia Niscaya berpengaruh terhadap situasi ekonomi di Tanah Air. Tetapi, kecemasan yang berlebihan dan kekhawatiran yang kelewat dosis Bahkan memicu kondisi psikologis menjadi negatif. Pandai ‘kena mental’, kata anak sekarang.

Kalau begitu, masihkah Eksis Cita-cita kita Pandai menaklukkan badai krisis itu? Jawabannya: Cita-cita itu Eksis, bahkan sangat terbuka. Sejumlah analis, Ahli, Spesialis meyakini Indonesia Pandai menaklukkan badai itu. Kita sanggup menghalau Mega gelap krisis ekonomi. Fundamen perekonomian kita diyakini Tetap cukup Unggul.

Cek Artikel:  Derby bukan untuk Pilpres

Mitigasi juga sudah mulai disiapkan. Di antaranya dengan memberdayakan perekonomian domestik, mengingat jumlah penduduk Indonesia sangat besar, yakni lebih dari 275 juta jiwa. Pemberdayaan ekonomi domestik tersebut, salah satunya dengan mendorong Bangga Buatan Indonesia (BBI) dan melanjutkan hilirisasi industri berbasis sumber daya alam Demi memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor.

Selain itu, melakukan pengendalian inflasi, Bagus di pusat maupun daerah, khususnya inflasi harga pangan. Hal itu karena inflasi pangan Begitu ini menjadi sumber penyebab inflasi Indonesia meningkat lebih tinggi. Gerakan tanam pekarangan, realisasi food estate, peningkatan produktivitas dan percepatan musim tanam, serta membereskan distribusi logistik lewat subsidi angkut antardaerah diyakini Pandai efektif mengendalikan inflasi pangan.

Cita-cita terakhir Eksis pada kelangsungan investasi. Investasi akan tetap menarik Apabila kemudahan dan kepastian berinvestasi dijamin. Pemberesan iklim investasi dengan penerapan penuh perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik atau online single submission Tak boleh diulur-ulur Kembali.

Mega perekonomian Dunia memang gelap. Tetapi, kita punya Metode Demi menghalaunya. Mendung tak berarti hujan, bahkan Pandai seperti Tembang Deni Caknan, Mendung tanpa Udan.

Mungkin Anda Menyukai