Menggaungkan Pesan sang Penerus

“SAYA Mau agar salam damai ini masuk hati Anda, menjangkau keluarga-keluarga Anda dan Sekalian orang, di mana pun mereka berada, Sekalian bangsa, dan seluruh bumi. Semoga damai menyertai Anda.”

Demikian salam pembuka dari Robert Francis Prevost, kardinal asal Amerika Perkumpulan, yang pada Kamis (8/5) waktu Vatikan Formal terpilih menjadi Paus ke-267 gereja Katolik. Dengan memilih nama Leo XIV, Prevost menekankan perdamaian sebagai misi utamanya menjalankan tugasnya sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik dunia.

Ya, perdamaian. Sebuah pesan universal yang tak pernah lekang dimakan Era. Pesan damai dari Paus Leo XIV itu Terang bukan Demi umat Keyakinan tertentu saja, melainkan juga Demi seluruh Sosok di muka bumi ini. Sebagai sebuah pesan universal, menciptakan dan memelihara perdamaian ialah perintah Sekalian Keyakinan.

Pesan itu terasa sangat relevan dan kontekstual dengan situasi dunia Ketika ini. Di Ketika banyak orang Tetap mengedepankan kepentingan pribadi sebagai jalan melakoni kehidupan, selama itu pula keserakahan yang berujung pada pertikaian dan konflik akan Lalu bercokol.

Cek Artikel:  Sapu Kotor Basmi Koruptor

Pendudukan Zionis Israel di tanah Palestina menjadi Teladan gamblang bahwa perdamaian Tetap menemukan jalan terjal. Banyak negara yang memilih jadi penonton dari konflik yang Lalu terpelihara itu. Bahkan tak sedikit yang memprovokasi agar konflik tersebut tak berkesudahan.

Di sinilah peran sentral Paus dan Sekalian tokoh Keyakinan di muka bumi. Mereka punya tugas teramat berat, membangun kesadaran Sosok akan hakikat fitrah mereka.

Bukan pekerjaan gampang tentunya karena mereka harus menyuarakan itu di tengah ketidakadilan, kemiskinan, dan kebodohan yang Tetap Lalu terjadi. Kepiawaian para pemuka Keyakinan dalam menyuarakan pesan-pesan Kudus itu menjadi kunci karena pesan damai harus masuk relung hati setiap orang.

Pesan damai tentu akan sulit dicerna oleh masyarakat yang Tetap dihantui kemiskinan karena baru saja terkena PHK, misalnya. Perdamaian juga menjadi kata yang asing bagi masyarakat yang Tetap mengalami penindasan seperti di Palestina. Bukan satu-dua, melainkan jutaan orang di muka bumi ini yang mengalaminya.

Cek Artikel:  Begitunya Mengawal Bunyi

Laporan terbaru dari Program Pembangunan PBB (UNDP) pada 2024 menunjukkan dari 6,3 miliar penduduk di muka bumi, sebanyak 1,1 miliar orang mengalami kemiskinan multidimensi, termasuk 455 juta di antaranya yang tinggal di Daerah konflik.

Karena itu, perdamaian bukanlah hal yang mudah diwujudkan meski juga bukan hal yang mustahil. Butuh kerja keras dan upaya Berbarengan Demi mewujudkannya.

Cukup dua perang dunia pada puluhan tahun silam menjadi pelajaran berharga bagi umat Sosok, bahwa kekerasan hanya menghasilkan kekerasan baru, bukan perdamaian.

Dari situ Terang, kedamaian di dunia ialah sesuatu yang teramat kompleks yang tak Pandai dicapai Kalau hanya diupayakan oleh satu Golongan Keyakinan.

Cek Artikel:  Ragu atas Integritas Pemilu

Damai di bumi ialah tugas seluruh umat Sosok, apa pun agamanya. Pesan damai itu harus Lalu digaungkan, jangan pernah berhenti. Karena itu, kita menyambut sukacita ajakan Paus Leo XIV yang meneruskan semangat pendahulunya, mendiang Paus Fransiskus, Demi menjadikan gereja Katolik seluruh dunia sebagai jembatan membangun dialog.

Ajakan itu mesti gayung bersambut oleh lembaga keagamaan lainnya agar ajakan tersebut tak berhenti di ruang Nihil. Sekalian sepakat, dialog harus intens dilakukan agar silaturahim Lalu terjaga. Dalam dialog, tak Terdapat Tengah saling intip mengukur kekuatan Musuh, tapi duduk satu meja Demi membahas apa yang Pandai dibangun Berbarengan.

Sekalian juga sepakat, dibarengi munajat doa, perdamaian tak Pandai sekonyong-konyong datang begitu saja. Perdamaian harus diupayakan mewujud karena kehidupan hari ini ialah titipan anak-cucu kita yang akan mereka tagih pertanggungjawabannya kelak.

 

 

Mungkin Anda Menyukai