Masyarakat Desa Alasmalang, Banyuwangi, Jawa Timur, mayoritas berprofesi sebagai petani yang menggantungkan hidup pada alam. Pagebluk atau munculnya berbagai hama yang menyerang tanaman dan wabah penyakit sangat ditakuti Anggota setempat. Karena itu, masyarakat Alasmalang secara turun-temurun melakukan tradisi kebo-keboan Kepada mengusir pagebluk tersebut.
Upacara adat kebo-keboan ini juga bertujuan sebagai rasa syukur masyarakat Alasmalang yang sangat tergantung hidupnya terhadap hasil panen, barokah dari Yang Mahakuasa.
Mengenal Tradisi Kebo-keboan
Tradisi Kebo-keboan
. Tradisi menirukan perilaku kerbau yang sedang membajak sawah.
. Dilakukan sekali dalam satu tahun di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Jawa Timur.
. Dilakukan setiap Minggu antara 1 dan 10 Asyura atau 1 dan 10 Muharam.
. Bertujuan mengungkapkan rasa syukur masyarakat Alasmalang terhadap hasil panen.
Sejarah
. Dilakukan masyarakat Banyuwangi sejak abad ke-18.
. Tradisi lahir karena Mbah Buyut Karti, tokoh adat Banyuwangi yang terkenal Mempunyai kesaktian, yang kira-kira hidup pada 1725.
. Masyarakat Alasmalang kedatangan pagebluk dan Mbah Buyut mendapatkan wangsit melakukan ritual kebo-keboan.
Dari Ritual Menuju Festival
. Mendapatkan perhatian dari pemerintah pada 2013.
. Menjadi agenda atau festival tahunan di Banyuwangi sejak 2014.
. Pelaksanaannya dimodifikasi agar lebih meriah dan menghibur.
. Awalnya hanya ditonton masyarakat setempat, tetapi akhirnya menjadi atraksi pariwisata.
Rangkaian Penyelenggaraan Festival
. Diawali dengan syukuran dan makan Serempak di persimpangan jalan.
. Dipimpin sesepuh, 30 Sosok kerbau diarak mengelilingi empat penjuru desa.
. Di sepanjang jalan, Sosok kerbau akan kerkubang, bergumul di lumpur, dan bergulung-gulung.
. Diakhiri dengan proses membajak sawah dan menabur benih padi oleh kerbau-kerbauan di petak sawah.
. Benih padi ditabur Dewi Sri dan akan diperebutkan Anggota karena diyakini menghasilkan panen yang berlimpah.