Mengenal Pusat Studi Warisan Ibrahim dan Polemik Pertemuan 5 Nahdliyin ke Presiden Israel

Liputanindo.id – Pusat Studi Warisan Ibrahim Buat Perdamaian atau yang dikenal Rahim, baru-baru ini menjadi sorotan. Lantas apa itu Pusat Studi Warisan Ibrahim tersebut?

Pada mulanya, organisasi ini bertujuan Buat toleransi yang lebih dalam, dengan Metode menyatukan Muslim dan Yahudi. Hingga hal tersebut menuai polemik.

Apa itu Pusat Studi Warisan Ibrahim?

Berdasarkan penelusuran ERA, laman Rahim sendiri per 17 Juni 2024 (12.25 WIB) Bukan dapat diakses kembali, Tetapi Lagi Mempunyai “snippet” di pencarian Google, sebagai berikut:

“WELCOME! The Center for the Study of Abrahamic Heritage for Peace is an inter-religious coalition that dedicates time to study, scientific research and education of the nation for the creation of religious harmony, especially between Muslims and Jews.”

Artinya: “SELAMAT DATANG! Pusat Studi Warisan Abrahamik Buat Perdamaian adalah sebuah koalisi antar-Keyakinan yang mendedikasikan waktu Buat studi, penelitian ilmiah, dan pendidikan bangsa demi terciptanya kerukunan beragama, khususnya antara Muslim dan Yahudi.”

Cek Artikel:  Presiden Macron Tunda Pembentukan Pemerintahan Baru, Pilih Pusat perhatian Olimpiade Paris

Situs Rahim Bukan Pandai Diakses

Setelah menjadi viral, situs web Rahim down Bukan dapat diakses. Tetapi, sebelum itu, Rahim sempat mengeluarkan Penjelasan Formal.

Dalam klarifikasinya tersebut, Rahim menegaskan posisinya sebagai lembaga riset, kajian, Percakapan perdamaian, rekonsiliasi konflik, dan toleransi yang nirlaba.

Rahim menekankan bahwa Bukan terlibat dan Bukan merekomendasikan kunjungan ke Israel, Bukan Mempunyai kontak dengan pihak Israel, ,Bukan menerima Kategori Biaya dari pihak luar, dan orang-orang yang Berjumpa dengan presiden Israel Bukan mewakili lembaga.

Gus Yahya Demi konferensi pers di Kantor PBNU. (Era-Flori)

Gus Yahya Angkat Bicara

Dilansir dari laman NU Online, Ketua Biasa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Chalil Staquf, menyatakan bahwa pertemuan lima Nahdliyin dengan Presiden Israel Isaac Herzog merupakan upaya yang gagal dan Bukan menghasilkan apa-apa.

Cek Artikel:  Presiden Jokowi Indonesia Komitmen Bantu Pembangunan di Afrika

Gus Yahya menjelaskan Kalau secara substansial Bukan Eksis yang strategis dalam pertemuan tersebut, sehingga ia menyebutnya sebagai inisiatif pribadi yang gagal karena Bukan memberikan hasil yang berarti.

Selain itu, Yahya juga menegaskan bahwa dialog yang dilakukan Bukan Mempunyai substansi yang dapat membantu rakyat Palestina. Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Selasa (16/7/2024) siang.

Penyebab Pertemuan Nahdliyin dengan Presiden Israel

Gus Yahya menyampaikan bahwa kejadian tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap situasi politik Israel-Palestina, yang menyebabkan kelima Nahdliyin tersebut Pandai berkunjung ke sana.

Bukan hanya itu, Gus Yahya juga menilai bahwa Member Nahdliyin tersebut  ‘belum cukup berpengalaman’ sehingga perjalanan tersebut Bukan membuahkan hasil. Menurutnya, mereka Bukan mengetahui mana yang Pandai produktif membantu rakyat Palestina dan mana yang Bukan.

Cek Artikel:  Influencer India Tewas Usai Anjlok ke Jurang, Diduga Terpeleset Begitu Bikin Konten

Perlu diketahui, sebelum pertemuan dilakukan PBNU telah melakukan berbagai upaya Buat perdamaian dunia. Sebagai Misalnya, adanya Lembaga Religion 20 di Bali yang diadakan bersamaan dengan Group of Twenty (G20). Pada waktu itu, PBNU mengundang tokoh-tokoh Yahudi seperti Rabbi Yakov Nagen dari Amerika Perkumpulan dan Rabbi Silvina Chemen dari Argentina.

Selain apa itu pusat studi warisan ibrahim, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin Mengerti informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau Lalu Info terupdate dari ERA dan follow Sekalian akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…

Mungkin Anda Menyukai