Mengenal Jenis Penyakit Jantung Kardiomiopati dan Gejalanya

Mengenal Jenis Penyakit Jantung Kardiomiopati dan Gejalanya
Ilustrasi(Freepik)

KARDIOMIOPATI adalah kondisi medis akibat kelainan otot jantung yang membuat fungsinya sebagai pemompa darah terganggu.

Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Rumah Ngilu Siloam Kebon Jeruk, Leonardo Paskah Bersihadi, kardiomiopati dapat berkembang secara bertahap dan sering kali tidak menunjukkan gejala khas pada awalnya.

“Kondisi yang demikian membuat banyak orang baru menyadari adanya gangguan ketika sudah dalam tahap lanjut,” ujar Leonardo dalam keterangan pers, Selasa (24/9)

Baca juga : Penyebab Ngilu Jantung atas Dua Grup Umur

Menurut dia, kebanyakan kasus kardiomiopati terjadi pada usia muda, puncaknya sekitar usia 30 sampai 40 tahun.

MI/HODokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Rumah Ngilu Siloam Kebon Jeruk, Leonardo Paskah Bersihadi

Pengetahuan mengenai jenis-jenis kardiomiopati dan gejalanya diperlukan untuk bisa mengetahui lebih awal gangguan jantung itu.

Jenis-jenis kardiomiopati

1. Kardiomiopati Dilatasi

Baca juga : Aritmia Jantung Pandai Berdampak Serius pada Kehidupan Anda

Kardiomiopati dilatasi adalah jenis kardiomiopati yang paling umum. Dalam kondisi ini, otot jantung akan melemah sehingga dinding bilik jantung (ventrikel) akan mengalami penipisan dan ruang jantung membesar.

Konsekuensinya, jantung tidak dapat memompa darah secara efektif. Gangguan ini ditandai dengan gejala seperti sesak napas, cepat lelah, dan pembengkakan pada kaki atau perut.

2. Kardiomiopati Hipertrofik

Baca juga : Masyarakat Indonesia Khawatirkan Biaya Kesehatan Penyakit Kritis

Dinding jantung, khususnya ventrikel kiri, mengalami penebalan yang berlebihan dan tidak lazim dalam kondisi kardiomiopati hipertrofik.

Cek Artikel:  Salurkan Biaya Filantropi Apindo, Sucor Gandeng Yayasan Maju Berbarengan Pengusaha Indonesia

Eksisnya hipertrofi dari otot jantung ini akan menyebabkan dinding bilik jantung menjadi mengeras dan kaku sehingga berdampak pada gangguan relaksasi jantung, suatu fase yang penting dalam pengisian darah ke dalam bilik jantung sebelum dipompakan ke seluruh tubuh.

Jenis kardiomiopati ini merupakan yang paling sering dijumpai, angka kejadiannya sekitar 1 dari 500 penduduk sehat. Penyebabnya hampir selalu mutasi genetik atau keturunan. 

Baca juga : Apakah Orang yang tidak Mempunyai Riwayat Jantung Pandai Terkena Serangan Jantung?

Gejalanya dapat berupa nyeri dada, berdebar, dan pingsan.

3. Kardiomiopati Restriktif

Kardiomiopati restriktif ditandai perubahan struktur dinding bilik jantung yang menyebabkan pengerasan otot jantung tanpa adanya penebalan dinding. Jenis kardiomioapti ini lebih jarang ditemui dibandingkan kelainan otot jantung lainnya. 

Mantappa dengan kardiomiopati hipertrofik, kondisi restriktif akan menyebabkan gangguan berat pada fase relaksasi otot jantung, sehingga berakibat gagal jantung dengan gejala berat dan umumnya sulit untuk diobati.

4. Kardiomiopati Aritmogenik

Kelainan ini secara spesifik disebabkan oleh perubahan jaringan otot jantung yang normal menjadi jaringan lemak fibrosa. 

Secara statistik, kondisi ini lebih sering mengenai atau dimulai dari bilik jantung sebelah kanan, namun pada sebagian kasus bisa meluas hingga ke bilik jantung kiri.

Kondisi ini sering kali menyebabkan aritmia atau gangguan irama jantung yang fatal, jauh sebelum manifestasi gejala gagal jantung terjadi. 

Hal ini berkaitan dengan insidensi henti jantung atau kematian jantung mendadak yang lazimnya dijumpai pada pasien usia muda dengan penampilan sehat tanpa gejala sebelumnya.

Cek Artikel:  Kemampuan Komunikasi Gen Z atas Sustainability Bentuk Kontribusi untuk Indonesia Emas 2024

Gejala kardiomiopati

Siapa saja dapat mengalami kardiomiopati, terlepas dari usia atau jenis kelaminnya. Tetapi, beberapa kelompok lebih berisiko terkena
kardiomiopati, termasuk kelompok orang dengan riwayat penyakit dalam keluarga, faktor genetik, riwayat infeksi atau peradangan jantung, penyakit sistemik, dan penyintas kanker.

Gejala kardiomiopati sering kali bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit. 

Gejala umum yang mungkin dialami meliputi, sesak napas, kelelahan, pembengkakan, nyeri dada, berdebar, dan pingsan terutama saat berolahraga.

Analisa

Kepada mendiagnosis kardiomiopati, dokter akan menggunakan beberapa metode pemeriksaan spesifik selain pemeriksaan fisik, antara lain
Elektrokardiografi (EKG), Ekokardiografi, pemeriksaan laboratorium darah, MRI jantung, tes genetik, hingga biopsi jantung.

Ekokardiogram adalah metode non-invasif dan sangat praktis serta efektif dalam mengidentifikasi perubahan struktural yang terkait dengan kardiomiopati.

Ekokardiogram menghasilkan gambar jantung dengan menggunakan gelombang suara yang dipantulkan oleh jaringan jantung (ultrasonografi). 

Hal tersebut memungkinkan dokter untuk melihat struktur jantung, ukuran bilik jantung, ketebalan dinding, dan dinamika fungsi jantung.

MRI dapat membantu dalam menilai kerusakan pada otot jantung dan perubahan struktural yang tidak selalu terlihat pada ekokardiogram. 

Dengan demikian, pemeriksaan ini lebih sensitif dalam mendeteksi abnormalitas struktur jantung, serta sangat berguna dalam penegakan diagnosis kasus sulit yang sering kali terlewatkan dengan tes metode lain.

Cek Artikel:  Pemerintah Berencana Tambah Vaksin Mpox 1.600 Dosis

Risiko henti jantung

Sebagian besar kasus kardiomiopati dapat menimbulkan risiko aritmia fatal dan henti jantung yang berakibat pada kematian jantung mendadak.

Kejadian ini justru sering kali dialami pasien yang gejalanya relatif ringan atau bahkan tanpa gejala sebelumnya.

Dengan kata lain, komplikasi fatal ini dapat terjadi sebagai manifestasi awal pada penderita dengan kardiomiopati, sebelum gejala lain atau gagal jantung muncul.

Kardiomiopati takotsubo atau dikenal sebagai broken heart syndrome adalah kondisi unik yang gejalanya mirip dengan serangan
jantung, yaitu nyeri dada atau sesak napas mendadak.

Tetapi, kondisi ini tidak disebabkan oleh penyumbatan arteri koroner, melainkan karena kerusakan sementara otot jantung yang dipicu oleh hormon stres yang dilepaskan secara berlebihan yang bersifat toksik bagi otot jantung.

Hal ini sering kali ditemukan pada perempuan usia setelah menopause sesaat setelah dipicu oleh stres emosional atau fisik yang berat, termasuk seusai kejadian penyakit akut lain yang berat seperti perdarahan otak.

Transplantasi jantung biasanya dipertimbangkan jika kardiomiopati sudah menyebabkan gagal jantung terminal yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan atau intervensi lain. Ini adalah langkah terakhir untuk memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup penderita.

Sedangkan rehabilitasi jantung melibatkan program latihan, edukasi, dan dukungan psikologis untuk membantu pasien dengan kardiomiopati meningkatkan kesehatan jantung dan kualitas hidup. Ini termasuk latihan fisik yang aman, manajemen stres, dan perubahan gaya hidup. (Ant/Z-1)

Mungkin Anda Menyukai