DALAM upacara kemerdekaan RI di Ibu Kota Nusantara (IKN), Sabtu (17/9) sore, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersama Annisa Yudhoyono berhasil meraih penghargaan busana tradisional terbaik.
Busana yang dikenakan AHY dan Annisa adalah busana adat khas Bugis, Sulawesi Selatan, tas tutu dan baju bodo. Berwarna merah marun, busana itu makin mewah dan berwibawa dengan sentuhan warna emas baik lewat aplikasi maupun aksesoris.
Baca juga : HUT RI di Nusantara, Demokrat: SBY Eksis Acara di Pacitan
Dikatakan AHY dalam unggahan di Instagramnya, @agusyudhoyono, alasan pemilihan pakaian adat Bugis itu karena ingin menghormati masyarakat di IKN. Menurutnya selain masyarakat Kalimantan, Dayak dan Melayu, banyak juga orang Bugis di sana.
Baca juga : AHY Pertimbangkan Heru Budi Hartono untuk Maju Pilgub DKI Jakarta
Berikut penjelasan lebih detil tentang jas tutu dan baju bodo:
Dilansir dari situs resmi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, jas tutu dikenal juga dengan nama baju bella dada dan merupakan baju tradisional khas suku Makassar. Bentuknya, menyerupai jas modern dengan bentuk krah menempel di leher atau disebut krah sanghai. Di bagian depan terbelah dan diberi kancing berwarna emas sebanyak lima buah.
Baca juga : Demokrat belum Putuskan Sosok yang Diusung di Pilkada Jakarta
Rona jas tutu bermacama-macam seperti hitam, putih/krem, merah tua, kuning, coklat dan oranye. Tetapi, yang umum digunakan pada upacara adat atau pesta perkawinan yaitu warna hitam.
Jas Tutu biasanya dipasangkan dengan sarung sutra bercorak kotak-kotak dan songkok pamiring. Busana ini bisa digunakan oleh pria dewasa dan anak-anak, baik keturunan bangsawan maupun orang biasa. Meskipun ada warna-warna khusus yang hanya digunakan oleh keturunan bangsawan.
Baca juga : Nana Sudjana Dampingi AHY Luncurkan Layanan Elektronik di 29 Kantor Pertanahan
Dilansir dari situs yang sama, baju bodo memiliki sejarah magis bagi masyarakat Bugis, baju itu dipercayai hadir ketika terjadi situasi chaos akibat perebutan kekuasaan di Kerajaan Gowa.
Ketika itu dipercayai datanglah seorang perempuan yang turun dari langit. Perempuan ini mengenakan pakaian dan sarung yang halus yang terbuat dari sutra yang menutupi tubuhnya. Perempuan itu kemudian diberi nama Tomanurung. Pakaian yang dikenakannya cukup sederhana karena hanya berbentuk segi empat dengan dihiasi pernak pernik. Pakaian inilah kemudian dikenal dengan sebutan baju bodo yang berarti baju pendek.
Penamaan itu mengacu pada ukuran baju yang pendek. Selain itu lengannya juga pendek hanya setengah lengan atas. Eksispun bentuknya menyerupai persegi seperti balon, sedangkan bawahannya tetap menggunakan kain sarung sutra dengan warna yang senada. (M-1)