Mengenal Dataran Tinggi Golan: DIbeli Rothschild hingga Jadi Pemukiman Israel

Liputanindo.id – Dataran Tinggi Golan menjadi dalam beberapa dekade ini telah menjadi wilayah panas di daerah Timur Tengah. Penasaran? Mari mengenal Dataran Tinggi Golan lebih lanjut.

Dataran ini merupakan sebuah wilayah perbukitan vulkanik yang membentang di perbatasan Israel, Suriah, Lebanon, dan Yordania. Pertikaian atas wilayah ini telah mengakar dalam sejarah Timur Tengah dan terus menjadi sumber ketegangan regional.

Serba-Serbi Dataran Tinggi Golan


  1. Kondisi Geografis

Dilansir dari Britanica, Golan dibatasi oleh Sungai Yordan dan Laut Galilea di barat, Gunung Hermon (dalam bahasa Arab dikenal sebagai Jabal Al-Shaykh) di utara, Wadi Al-Ruqqād musiman (cabang utara-selatan dari Sungai Yarmūk) di timur, dan Sungai Yarmūk di selatan.

Negara Israel sendiri adalah penguasa hampir seluruh Golan kecuali untuk wilayah sempit di timur yang mengikuti garis gencatan senjata Israel-Suriah pada 10 Juni 1967. Distrik tersebut kemudian dimodifikasi oleh perjanjian pemisahan pasukan pada 31 Mei 1974.

Golan membentang sekitar 71 km dari utara ke selatan dan sekitar 43 km dari timur ke barat. Distrik ini memiliki bentuk seperti perahu dan memiliki luas 1.150 kilometer persegi.

Baca juga artikel yang membahas Mengenal Laskar Hamas

Dataran Tinggi Golan Pernah Menjadi Bagian dari Prancis hingga Suriah (Antaranews)



  1. Peran Baron Edmond de Rothschild

Pada tahun 1894, bankir Prancis-Yahudi Baron Edmond de Rothschild membeli sebidang tanah besar untuk pemukiman Yahudi di Golan. Langkah Baron diikuti oleh kelompok-kelompok lain dari Amerika Perkumpulan, Kanada, dan Eropa.

Kolonisasi Yahudi kemudian terhambat oleh permusuhan dari penduduk Arab dan oleh undang-undang tanah Utsmaniyah, yang hampir-hampir melarang pemukiman oleh non-pribumi.


  1. Menjadi Bagian dari Prancis hingga Suriah

Setelah Perang Dunia I, Golan menjadi bagian dari mandat Prancis atas Suriah, dan pada tahun 1941 diserahkan kepada Suriah yang merdeka.

Setelah Perang Arab-Israel 1948–1949, Suriah memperkuat puncak barat Dataran Tinggi Golan, yang menguasai Lembah Ḥula, Laut Galilea, dan lembah Sungai Yordan atas semua di Israel.

Perlu diketahui, di bagian-bagian yang dikuasai Suriah, banyak warga sipil Israel terbunuh oleh artileri dan tembakan sniper Suriah. Hal tersebut membuat pertanian dan perikanan menjadi sulit, dan kadang-kadang tidak mungkin.


  1. Golan Selama Perang 6 Hari

Pada dua hari terakhir (9–10 Juni 1967) Perang Enam Hari, angkatan bersenjata Israel, setelah mengalahkan Mesir dan Yordania dengan mengalihkan perhatian mereka ke Suriah.

Di bawah perlindungan Bilangantan Udara Israel, pasukan insinyur membangun jalan akses ke Dataran Tinggi Golan yang curam, yang kemudian diserang secara frontal oleh kendaraan lapis baja dan infanteri.

Para pembela Suriah dan sebagian besar penduduk Arab melarikan diri, dan Suriah meminta gencatan senjata, hingga kemudian pertempuran berhenti pada 10 Juni.


  1. Menjadi Pemukiman Israel

Dataran tinggi kemudian ditempatkan di bawah administrasi militer Israel, dan Golan diintegrasikan ke dalam kerangka komunikasi dan keuangan Israel.

Pasca perang, lima desa yang sebagian besar dihuni oleh orang-orang Druze tetap ada dan ditawarkan kewarganegaraan Israel, meskipun sebagian besar menolak dan mempertahankan kewarganegaraan Suriah.

Kemudian pada akhir 1970-an, hampir 30 pemukiman Yahudi telah didirikan di dataran tinggi, dan pada tahun 1981 Israel secara sepihak menganeksasi wilayah tersebut.

Selain dataran tinggi golan, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Mau tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…

Cek Artikel:  Erdogan PBB tidak Dapat Lindungi Personelnya dari Serangan Israel

Mungkin Anda Menyukai