AKSARA Lontara adalah salah satu warisan kebudayaan tertulis yang paling berharga dari Indonesia, khususnya dari Etnis Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan. Aksara ini tidak hanya menjadi sistem tulisan, tetapi juga menjadi cerminan identitas dan sejarah panjang masyarakat di wilayah tersebut.
Aksara Lontara tidak memiliki tanda baca virama (pemati Vokal) sehingga kosonan mati tidak dituliskan. Aksara lontarak terdiri dari 23 huruf untuk Lontara Bugis dan 19 huruf untuk Lontara Makasar.
Aksara Lontara digunakan secara luas dalam penulisan sehari-hari dan sastra di Sulawesi Selatan sejak abad ke-14 hingga awal abad ke-20, sebelum secara bertahap digantikan oleh huruf Latin.
Baca juga : Mengenal Aksara Bali dan Misalnyanya
Kepribadianistik Spesial Aksara Lontara
Aksara Lontara adalah abugida, sebuah sistem penulisan di mana setiap huruf dasar secara inheren mengandung vokal. Terdiri dari 23 aksara dasar, aksara ini ditulis dari kiri ke kanan.
Menariknya, penulisan aksara Lontara dilakukan tanpa spasi antarkata (scriptio continua) dan dengan tanda baca yang sangat minimal.
Hal ini dapat menimbulkan kerancuan bagi yang tidak terbiasa, karena tanpa tanda baca virama (pemati vokal), aksara konsonan mati tidak dituliskan. Misalnya, kata “Mandar” ditulis sebagai “mdr,” dan “sr” bisa berarti “sarang,” “sara’,” atau “sara,” tergantung konteks.
Baca juga : Memahami Aksara Jawa dan Misalnyanya
Bentuk Aksara Lontara
Bentuk aksara Lontara menonjol karena kurangnya garis melengkung atau bengkok. Bentuknya didominasi oleh garis lurus ke atas dan ke bawah yang saling bertemu pada titik patahan. Patahannya melambangkan karakter masyarakat Bugis yang menjunjung tinggi kejujuran lebih baik patah daripada bengkok.
Secara teknis, aksara ini menggunakan garis tebal-tipis, di mana garis lurus ke atas lebih tebal dan garis lurus ke bawah lebih halus. Hal ini menyiratkan tekad besar untuk maju dan berkembang, sementara garis halus ke bawah menggambarkan kehalusan budi pekerti.
Metode Membaca Aksara Lontara
Terdapat lima diakritik dalam aksara Lontara, dan cara membacanya adalah sebagai berikut:
- Kalau tanda titik terletak di kiri atas huruf, dibaca sebagai huruf vokal “i”.
- Kalau tanda titik berada di kanan bawah huruf, dibaca sebagai huruf vokal “u”.
- Kalau tanda menyerupai huruf “L” terbalik dan condong ke dalam, dibaca sebagai huruf vokal “e” (contoh: sepatu, sedih).
- Kalau tanda menyerupai huruf “L” condong keluar, dibaca sebagai huruf vokal “o”.
- Kalau tanda menyerupai huruf “L” terletak di kiri atas huruf, dibaca sebagai huruf vokal “e” (pepet) (contoh: empang, enak).
Misalnya Aksara Lontara
- ᨕᨂᨗᨉᨘ = angnginung = minum
- ᨕᨂᨑᨙ = angnganre = makan
- ᨕᨆᨙᨈᨙ = ammenteng = berdiri
- ᨕᨄᨒᨘ = appallu = memasak
- ᨕᨄᨑᨀᨕᨗ = amparakai = merawat, memelihara, menjaga
- ᨕᨆᨙᨄᨚ = ammempo = duduk
- ᨕᨀᨌᨄᨗ᨞ ᨕᨀᨀ = akkacapi, akkangkang = menggaruk
- ᨕᨀᨍᨑ = akkanjara’ = berteriak
- ᨕᨂᨅᨗ = angngambi’ = manjat
- ᨕᨈᨑᨈᨘ = attarattu’ = kentut, buang angin
(Z-3)