Mengembangkan Sikap Prososial

Mengembangkan Sikap Prososial
Ilustrasi MI(MI/Duta)

“Sharing is caring-teaching our children to share is teaching them compassion and love.” Kevin Heath.

Acuh, syukur, empati, dan ikhlas ialah kata-kata positif yang Kalau diterapkan pada seseorang akan menghasilkan perilaku sangat Berkualitas. Standar kualitas tersebut akan terlihat dalam berbagai situasi dan Letak. Itu Kagak hanya dilakukan Demi mendapatkan pengakuan dari pihak lain, tetapi juga merupakan bagian autentik dari diri seseorang. 

Demi mencapai hal tersebut, tentu saja diperlukan dukungan memfasilitasi prosesnya. Apa itu? Jawabannya Kagak sulit ditemukan: lingkungan. Menciptakan lingkungan positif berkontribusi pada perilaku positif Mempunyai tantangannya sendiri.

Menyelisik lebih mendalam, istilah lingkungan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merujuk pada respons individu terhadap kondisi sekitarnya. Sesuai prinsip alam, Kalau tanggapannya positif, hasilnya pun akan bersifat positif. Meskipun demikian, dalam era digitalisasi, ketika individualisme semakin menonjol, Krusial sekali Demi mengembangkan dan menyemai rasa empati dalam setiap individu.

 

Jalan dan dalih

Sudah saatnya kita Pusat perhatian pada urusan pribadi masing-masing. Penghitungan cermat dalam segala hal ialah tanda dari sifat individualisme. Hal itu semakin terlihat Terang dalam interaksi sosial Begitu ini. Kemampuan Demi merasakan perspektif orang lain semakin menurun, keahlian yang Begitu ini semakin langka. Proses internalisasi tidaklah semudah menjentikkan jari. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan siswa menuju dewasa, apakah ini terbentuk dengan sendirinya?

Bila Ingin memberikan Dalih, jawabannya tentu Kagak mudah. Semestinya kita masing-masing harus Independen. ‘Kalau Saya Dapat mencapai ini, mengapa dia Kagak Dapat? Saya memulai dari titik Kosong sebelum akhirnya meraih kesuksesan seperti sekarang.’ Begitulah pikiran-pikiran berpusat pada diri sendiri muncul dalam benak mereka Ingin memberikan Dalih.

Cek Artikel:  Profesor Kehormatan

Bagi pendidik yang berdalih, mereka merasa bahwa mengubah sifat itu sulit diterapkan, juga akan menemukan berbagai Dalih Demi Kagak berusaha. Sebagai Teladan, Menonton secara Standar interaksi di antara siswa tergabung dalam satu Golongan. Di sini Golongan siswa hanya Pusat perhatian pada membantu Mitra-Mitra dalam lingkaran mereka sendiri tanpa terlalu memperhatikan siswa lain di luar lingkaran itu. Itu dianggap sebagai hal wajar dan akibatnya pola pikir tersebut tertanam dalam diri mereka, Membangun mereka hanya memberi perhatian pada orang-orang tertentu. 

Terkadang fenomena semacam itu muncul. Sebagai Dalih, bagi pendidik yang Mempunyai Interaksi paling dekat dengan siswa, kita mungkin terlalu sibuk dengan hal-hal semacam itu. Yang Krusial mereka Kagak mengganggu orang lain, jadi biarkan saja.

Tetapi, sebaliknya, pendidik bersemangat Demi memupuk rasa empati akan Maju mencari Metode. Saran diimplementasikan, tindakan konkret dalam berinteraksi dan saling membantu dalam menghadapi kesulitan Berbarengan, serta Teladan-Teladan teladan lain dapat dijadikan teladan siswa. Upaya lainnya ialah dengan mengembangkan rasa sensitivitas dalam mengamati interaksi antara siswa. 

Kalau tanpa disadari siswa, lingkaran pertemanan mereka mungkin Kagak sehat. Di titik tersebut, diperlukan sedikit Kombinasi tangan sehingga batasan-batasan dalam berinteraksi perlahan-lahan hilang dengan sendirinya, menciptakan fleksibilitas dalam Interaksi sesama Mitra, dan memungkinkan saling bergantung. Kebiasaan-kebiasaan mungkin tampak sepele, tetapi Mempunyai Akibat sangat besar. Tindakan Konkret sangat diperlukan Demi melatih perasaan tersebut.

Cek Artikel:  Mengasuh Anak

 

Perilaku prososial

Ahmad Baedowi (2017) dalam artikelnya di Sukma: Jurnal Pendidikanmerujuk Baker (2004) dalam Equality: From Theory to Actionmenyatakan bahwa terwujudnya kesetaraan dalam berbagai aspek, termasuk kepedulian, solidaritas, dan kasih sayang, Kagak dapat terjadi secara alami, tetapi memerlukan pendidikan Demi mewujudkannya. 

Mengimplementasikan teori dalam tindakan Konkret merupakan usaha terbaik harus kita lakukan. Prinsip itu dijalankan di Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe. Siswa dari tingkat SD diajak Demi mengalokasikan sebagian dari Dana jajannya. Dana tersebut dikumpulkan wali kelas dan pada Begitu tertentu, seperti Ramadan misalnya, akan digunakan Demi membantu mereka yang membutuhkan. Sasaran dari aksi itu bukan hanya masyarakat di Sekeliling sekolah yang membutuhkan, melainkan juga Mitra-Mitra sekelas mendapatkan manfaat dari berbagi itu.

Salah satu bentuk upaya lain Demi melatih kecerdasan emosional yang mewujudkan empati ialah dengan menciptakan kotak tabungan Spesifik yang diberi nama save our brother. Seperti namanya, isi kotak tabungan itu akan digunakan Demi membantu Member sekolah, terutama siswa, yang mengalami situasi sulit. 

Sumber Biaya dalam tabungan tersebut berasal dari sumbangan sukarela dari Member sekolah atau Dana tercecer yang ditemukan di area sekolah. Dana Intervensi itu diumumkan kepada seluruh siswa dan disimpan guru selama beberapa waktu. Kalau Kagak Eksis yang mengeklaimnya, Dana tersebut akan disumbangkan ke dalam kotak tabungan itu. 

Cek Artikel:  Agenda Busuk di Balik Isu Depresi dalam Pendidikan Spesialis

Ketika Informasi duka tentang Kematian wali siswa muncul, misalnya, Segala Penduduk sekolah diundang Demi merasakan duka Mitra yang ditinggal Member keluarganya. Empati itu tumbuh dengan Metode dilatih secara bertahap, dari SD hingga SMA. Emosi tersebut mendorong mereka Demi Acuh dan memberikan dukungan morel maupun materiel kepada keluarga berduka. Kunjungan ke rumah duka sebagai tanda dukungan moral dan pemberian sumbangan sebagai Figur dukungan materiel.

Menurut Khoiruddin Bashori (2017), tindakan itu dikenal sebagai perilaku prososial yang mana tindakan tersebut Kagak bergantung pada imbalan dari penerima Donasi. Perilaku prososial murni ialah tentang saling membantu tanpa mempertimbangkan transaksi. 

Tujuannya ialah mengubah kondisi fisik atau psikologis penerima Donasi dari yang kurang Berkualitas menjadi lebih Berkualitas. Perilaku itu dapat berupa sumbangan, perhatian, dukungan, persahabatan, kerja sama Demi saling memperkuat, inisiatif membantu tanpa diminta, bahkan pengorbanan diri Demi kepentingan orang lain.

Lingkungan keluarga Mempunyai peran Krusial dalam membentuk perilaku prososial anak-anak karena di sinilah mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka. Karena itu, orangtua dan orang-orang di Sekeliling anak harus memastikan bahwa nilai-nilai yang mereka ajarkan ialah nilai-nilai positif. 

Hal yang sama berlaku Demi lingkungan sekolah yang menjadi tempat kedua bagi anak-anak Demi menghabiskan hari-hari mereka. Guru ialah panutan ideal bagi mereka karena karisma dan kepribadian guru akan menjadi salah satu Unsur dalam membentuk Watak positif anak-anak. Guru menjadi teladan yang dihormati dan diikuti. Mari kita Maju konsisten dalam menyebarkan kebaikan ini.

Mungkin Anda Menyukai