Mengelola Lonjakan Wisatawan Strategi dan Akibat di Destinasi Terkenal

Mengelola Lonjakan Wisatawan: Strategi dan Dampak di Destinasi Populer
Para ahli menyarankan kolaborasi antara pemerintah dan industri pariwisata untuk menciptakan pariwisata yang lebih berkelanjutan dan menghormati kesejahteraan komunitas lokal.(freepik)

PENINGKATAN pariwisata suatu daerah membawa dampak positif dan negatif. Prilaku wisatawan yang buruk, belum lagi meningkatnya penyewaan penginapan jangka pendek, membuat masyarakat lokal tidak mampu membayar sewa.

Kagak ingin diam terus, sejumlah negara di Eropa mulai melakukan perlawanan. Di Venesia mulai mengenakan biaya masuk bagi para wisatawan harian. Swiss juga mengumumkan keinginannya akan hal yang serupa. 

Kagak hanya Eropa, Pemerintah Jepang sempat memasang penghalang pandangan ke arah Gunung Fuji pada Mei dan sudah dibongkar saat ini. Pemerintah Indonesia berencana memberlakukan pajak masuk turis ke Bali pada Februari.

Baca juga : Kerja Sama Internship, Universitas LIA Gandeng Universitas dan Perusahaan Jepang

Menurut angka National Park Services (NPS), taman nasional AS dipenuhi dengan 13 juta lebih banyak kunjungan pada 2023 dibandingkan tahun 2022. Pada musim puncak, pengunjung harus memesan tiket masuk terlebih dahulu.

Pusingkatan antusiasme tampaknya tidak berkorelasi dengan peningkatan rasa hormat terhadap lanskap. Selama penutupan pemerintah selama 35 hari pada 2019, pengunjung merusak Taman Nasional Joshua yang akan memakan waktu berabad-abad untuk diperbaiki, kata pejabat saat itu .

Risikonya, sebagaimana yang ditulis profesor dan spesialis lingkungan Emily Wakild tahun 2023, adalah mencintai suatu tempat sampai mati. “Ini bukan sesuatu yang baru, atau sesuatu yang baru saja terjadi,” kata Noel Josephides, ketua operator tur Eropa Sunvil.

Baca juga : Kawasan Dieng Didorong Jadi Destinasi Wisata Ramah Muslim

Josephides menganggap kekacauan saat ini sudah dapat diprediksi beberapa tahun lalu. Ia mengatakan ia merasa malu atas apa yang telah dilakukan industri terhadap destinasi wisata.

“Saya sudah kehilangan kepercayaan pada bisnis kami,” katanya tentang malapetaka yang ditimbulkan oleh pariwisata di Eropa.

Para veteran lainnya setuju. Satu-satunya pertanyaan adalah apakah kita dapat bangkit dari situasi ini dan mengubah perjalanan menjadi pengalaman indah yang kita semua ketahui dan hargai.

Baca juga : Ribuan Wisatawan Saksikan Prosesi Pemotongan Rambut Gimbal di DCF 2024

Industri melupakan niat baik lokal

Terdapat banyak hal yang memberikan dampak tidak menyenangkan dari pariwisata massal. Misalnyanya banyak wisatawan yang berdiri disekitar dan menghalangi jalan.

Industri pariwisata melupakan asetnya yang paling berharga, yautu niat baik penduduk setempat. Tanpa penduduk setempat, maka kemungkinan bangunan itu akan runtuh, sehingga akan hilang dan akan sulut untuk mendapatkannya kembali.

Perlombaan menuju dasar

Noel Josephides, yang telah mengirim klien dari Eropa Utara ke Mediterania yang cerah sejak 1970 hingga sekarang, sebagian besar pekerjaannya melibatkan pencarian lokasi baru yang menurutnya akan disukai masyarakat.  Perusahaan tersebut merupakan salah satu yang pertama mengirim paket wisata ke pulau Skiathos di Yunani pada 1980-an, serta ke pulau Yunani lainnya, Lemnos, dan kepulauan Portugis di Azores.

Cek Artikel:  7 Wisata Nusa Komodo, Fasilitas dan Daya Tarik yang Eksotis

Baca juga : Dieng Culture Festival Dimulai, Peredaran Doku Diperkirakan Lelah Rp50 Miliar

Penciptaan destinasi wisata relatif mudah, katanya. Operator tur menjelajahinya, penduduk setempat berinvestasi dalam infrastruktur liburan, yang sering kali didukung secara finansial oleh operator tur dan kemudian operator tur kecil menambahkannya ke dalam buku mereka.

Kalau destinasi tersebut laku keras, operator tur besar akan ikut campur. Dan, katanya, jika seseorang memutuskan untuk menaiki pesawat ke tujuan itu, yang lain akan segera mengikutinya.

“Hal ini terjadi selama beberapa tahun dan Anda hampir tidak menyadarinya, tetapi tiba-tiba industri pariwisata lokal mengeluh bahwa tidak ada yang makan di restoran, atau mereka hanya makan satu hidangan, bukan dua, atau mereka tidak melakukan perjalanan wisata, karena orang-orang ‘baru’ mampu membayar harga paket (tetapi tidak lebih). Jadi Anda mendapatkan reaksi secara lokal,” katanya.

Josephides adalah nama yang tangguh dalam perjalanan Eropa. Ia juga mantan ketua ABTA (Asosiasi Agen Perjalanan Inggris), AITO (Asosiasi Operator Tur Independen), dan Travel Foundation, lembaga amal keberlanjutan di industri tersebut.

Josephides percaya industri pariwisata secara keseluruhan saat ini tidak terkendali dan berlomba menuju kehancuran, yang mengubah cara penduduk setempat memandang pengunjung yang datang kepada mereka.

“Saya tidak berpikir masyarakat antipariwisata, tetapi mereka akhirnya mulai memahami bahwa pariwisata harus dikontrol,” katanya.

“Kalau tidak, maka apa yang dilihat orang akan sangat terdegradasi dan berakhir dengan air mata.”

Kagak seimbang

Kagak semua orang di lapangan bersikap negatif. Pedro Fiol, presiden AVIBA, Asosiasi Agen Perjalanan Kepulauan Balearic, kepulauan di lepas pantai timur Spanyol, yang menjadi pusat protes musim panas ini mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat tidak memprotes wisatawan.

Bandara di Mallorca, pulau terbesar, telah melayani hingga 1.000 penerbangan setiap hari (baik yang mendarat maupun berangkat) selama musim panas, menurut seorang juru bicara.

Fiol percaya banyak masalah infrastruktur, dan kurangnya transportasi umum dan perumahan disebabkan keputusan politik yang buruk, seperti halnya pariwisata.

Cek Artikel:  Wisata Desa Penglipuran Bali yang Mempesona

Salah satu perubahan yang terjadi di sektor pariwisata di Kepulauan Balearic adalah orang-orang tidak lagi tinggal di pantai, melainkan mereka menggunakan transportasi umum untuk mengunjungi kota-kota di pedalaman.

“Di satu sisi, hal ini positif karena menghasilkan pendapatan bagi perdagangan lokal, tetapi di sisi lain, hal ini dapat menghancurkan infrastruktur dasar karena kota-kota kecil ini tidak mampu menampung banyak wisatawan,” katanya.

Dengan harga yang naik, beberapa wisatawan mencoba mengurangi kualitas atau mengurangi waktu tinggal, katanya. Tetapi, mengurangi wisatawan yang menghabiskan lebih sedikit tanpa meningkatkan pengeluaran untuk kualitas yang lebih tinggi terlebih dahulu akan “menyebabkan dampak ekonomi yang sangat negatif bagi pulau-pulau kami,” kata Fiol.

“Kaum menuntut perubahan, tetapi perubahan tersebut tidak akan terjadi tanpa ekonomi yang kuat dari sektor pariwisata yang dapat mendorong peningkatan dan modernisasi sistem sosial dan infrastruktur kita,” tambahnya.

Kekhawatiran Fiol terhadap daerah pedalaman pulau yang berjuang mengatasi meningkatnya permintaan merupakan poin utama bagi Jeremy Sampson, CEO Travel Foundation .

“Saya tidak menganggap pariwisata yang berlebihan sebagai akar permasalahan, melainkan sebuah gejala, kita tidak seimbang,” ungkapnya.

“Anda dapat menampung banyak orang jika Anda memiliki tujuan tertentu tentang bagaimana mereka mengalir. Tetapi, satu orang yang datang pada waktu dan tempat yang salah akan melampaui sumber daya yang tersedia.”

Jaume Bauza, menteri pariwisata, budaya, dan olahraga Balearic, mengatakan bahwa pemerintah telah membentuk sebuah komite yang bertujuan mengembangkan cetak biru sosial dan politik untuk pariwisata berkelanjutan.

“Kekhawatiran warga adalah prioritas utama bagi kami. Kita tidak boleh lupa bahwa pariwisata adalah sumber ekonomi utama bagi masyarakat kita, tetapi kita harus mengutamakan warga setempat, dan tidak melupakan tuntutan dan kekhawatiran mereka,” katanya.

Sudah cukup

Akomodasi merupakan faktor utama dalam bagaimana penduduk setempat memandang pariwisata, kata para ahli ini.

“Ketika Anda bertanya kepada penduduk setempat tentang rasa frustrasi terbesar mereka, jawaban utamanya adalah ‘Saya tidak mampu untuk tinggal di sini.’ Penyewaan tempat berlibur telah menggantikan tempat-tempat yang seharusnya bisa disewa atau dibeli orang.

Di Venesia, tempat menarik lainnya, ada lebih dari 8.000 properti yang terdaftar di Airbnb saja, menurut data dari Inside Airbnb, dibandingkan dengan kurang dari 50.000 penduduk.

Lebih lanjut, tentang Mallorca dan Kepulauan Balearic, Fiol menyebut persewaan jangka pendek sebagai masalah yang sangat serius, yang telah menyebabkan peningkatan jumlah pengunjung yang tidak terduga. “Kami mengalami arus wisatawan yang tidak proporsional di beberapa bagian wilayah kami,” katanya.

Cek Artikel:  5 Destinasi Wisata yang Cocok untuk Healing, Beli Tiketnya Mengenakan BRImo

“Penjualan langsung bersama dengan persewaan liburan telah menjadi penyebab peningkatan jumlah wisatawan yang tidak terkendali ini, yang tidak dapat diramalkan oleh satu pun lembaga kami,” ungkap Fiol.

Pada bulan Februari, Uni Eropa memberikan suara untuk transparansi yang lebih besar seputar persewaan jangka pendek, menurut Airbnb.

Seperti gambaran neraka

Lucy Lethbridge, jurnalis dan penulis buku “Tourists,” yang menelusuri sejarah pariwisata dari sudut pandang orang Inggris, mengatakan selalu ada semacam kesombongan tentang siapa yang boleh bepergian.

Pada awal abad ke-19, katanya, bisnis seperti Thomas Cook, operator tur yang bangkrut tahun 2019 setelah 178 tahun menjalankan bisnis membuka gagasan perjalanan untuk bersenang-senang, yang sebelumnya hanya diperuntukkan bagi kaum aristokrat, ke kelas menengah.

Di samping itu, ketegangan antara menjadi turis dan pelancong, atau jenis turis yang benar dan salah pasti selalu ada.

Dapatkah kita menyelamatkan pariwisata?

Josephides berpendapat perubahan apa pun harus dilakukan di tingkat pemerintah. “Harus ada kolaborasi antara negara pengirim dan penerima kekuasaan tidak boleh berada di tangan (industri),” katanya. 

“Maskapai penerbangan akan terus berkembang dan berkembang karena itulah yang diharapkan oleh pemegang saham mereka. Anda tidak akan pernah bisa membuat operator tur besar menyetujui moratorium jumlah penumpang. Dalam waktu 10 tahun ke depan akan ada destinasi yang sudah berhasil dan destinasi yang sudah melewati titik yang tidak bisa kembali lagi,” jelas Josephides.

Sementara Fiol mengatakan bahwa mereka yang khawatir akan memburuknya masalah di Kepulauan Balearic dapat berkunjung di luar musim. Meskipun cuaca masih cerah di musim semi dan gugur, ia mengatakan musim dingin adalah waktu untuk pariwisata imersif yang berfokus pada makanan, budaya, kesehatan, dan sejumlah besar kegiatan yang pasti akan mengejutkan mereka.

Pariwisata adalah sebuah kesepakatan. Penduduk setempat mengizinkan Anda masuk, sebagai imbalan atas beberapa keuntungan yang Anda berikan. 

Jadi, Anda sebagai wisatawan harus benar-benar memberikan uang sebanyak mungkin kepada penduduk setempat. Anda berada di sana sebagai tamu dan imbalannya adalah finansial. Tetapi, seharusnya itu bukan hal yang menjadi kesulitan, jika dilihat itu akan memberikan pengalaman yang berbeda.  (CNN/Z-3)

Mungkin Anda Menyukai