Mengebor Tembok ICOR

AWAL bulan ini, pembicaraan soal ICOR mencuat Kembali. Pemantiknya ialah pidato Presiden Prabowo Subianto Demi penyerahan daftar isian Penyelenggaraan anggaran (DIPA) dan Kitab alokasi transfer ke daerah tahun anggaran 2025, di Istana Negara, pada 10 Desember 2024 Lampau. Demi itu Kepala Negara menyinggung ICOR Indonesia lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Itu artinya Tak efisien.

Lampau, apa itu ICOR? Kok, Tamat Presiden risau? ICOR ialah singkatan dari incremental capital output ratio. ICOR merupakan ukuran yang menunjukkan efisiensi suatu negara Demi memanfaatkan modal dalam menghasilkan suatu barang/jasa. Makin tinggi ICOR, makin Tak efisien suatu negara dalam memanfaatkan investasi menjadi pendongkrak pertumbuhan. Sebaliknya, makin rendah Bilangan ICOR, makin efisien pemanfaatan investasi di suatu negara.

Demi ini, ICOR Indonesia Lagi di atas 6, lebih tinggi daripada sejumlah negara tetangga yang ICOR mereka 5 dan 4. Wajar kalau Presiden meminta agar Bilangan itu diturunkan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ICOR Indonesia mencapai 6,33 pada 2023.

Sementara itu, ICOR negara-negara tetangga di kawasan lebih kecil. Vietnam, dalam beberapa tahun terakhir ini, nilai ICOR-nya rata-rata 3,5-4,5. Thailand rata-rata 3,5-4,5. Begitu juga dengan Malaysia dengan rata-rata ICOR di Bilangan 4 hingga 5.

Cek Artikel:  Jual Beli WTP

Jadi, sederhananya, kalau investasi kita mencapai 30%, dengan ICOR 6, berarti 30 dibagi 6 sama dengan 5. Itu artinya pertumbuhan kita 5%. Kalau ICOR Dapat dikurangi menjadi 5, misalnya, dengan investasi yang sama 30%, pertumbuhan ekonomi Dapat 6%. Karena, bilangan pembaginya lebih kecil.

Penilaian ICOR mengacu pada syarat bahwa investasi harus serasi dengan sektor produktif. Misalnya, Kalau negara membangun bendungan, saluran Penting, sekunder, dan tersiernya harus serempak tersambung sehingga produksi pangan naik. Itu artinya terkoneksi dan efisien.

Berbeda, misalnya, dengan Proyek Strategis Nasional (PSN) Pelabuhan Patimban yang belum tersambung dengan tol di Jawa bagian utara. Karena tolnya belum tersambung hingga kini, pengiriman barang dilakukan lewat jalan Lamban. Akibatnya, biaya logistik Lagi mahal, investasi Tak seefisien bila tol sudah nyambung.

Tetapi, apakah konektivitas menjadi penghalang Penting Bilangan tingginya inefisiensi modal yang masuk ke negeri ini? Tentu saja Tak. Sejumlah analisis menunjukkan banyak Elemen di luar perencanaan yang Malah jadi pemicu inefsiensi itu. Terdapat soal birokrasi yang ribet, aturan yang kerap berubah-ubah, hingga risiko yang belum sepenuhnya digaransi.

Cek Artikel:  Intelektual Lupa Jalan Pulang

Saya sepakat dengan analisis itu. Sejauh ini, berbagai perombakan sudah dilakukan. Bahkan, dalam lima tahun terakhir, Badan Koordinasi Penanaman Modal sudah melakukan terobosan-terobosan besar. Hasilnya juga sudah sangat Konkret. Dalam beberapa tahun terakhir, Sasaran realisasi investasi pun bukan Sekadar tercapai, melainkan terlampaui.

Tetapi, BKPM atau Kementerian Investasi dan Hilirisasi Terang Tak Dapat bergerak sendirian. Tanpa frekuensi yang sama Demi melakukan perbaikan di tempat lain, sebesar apa pun perombakan Tak akan banyak berdampak. Di sejumlah pemerintah daerah, misalnya, Lagi ditemukan syarat-syarat yang rumit Demi para investor. Bahkan, Terdapat penolakan-penolakan atas investasi dengan Berbagai Ragam Dalih. Maka itu, ibarat tembok, hambatan menurunkan Bilangan ICOR mesti dibor Serempak-sama.

Padahal, Sasaran total modal yang dibutuhkan di negeri ini hingga lima tahun ke depan Tak main-main besarnya. Sasaran yang ditetapkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencapai Rp47,58 ribu triliun selama 2025-2029.

Cek Artikel:  Sudah 48 Tahun Penertiban Judi

Demi mencapai Sasaran tersebut, tantangannya Niscaya besar. Pertumbuhan investasi, misalnya, harus mencapai rata-rata 10% per tahun. Mengandalkan investasi dari belanja pemerintahan tentu mustahil mengingat penerimaan negara sangat terbatas.

Oleh Karena itu, investasi dari swasta mesti dikejar. Pihak swasta siap berbondong-bondong bila Fulus yang mereka masukkan efisien sehingga menguntungkan, terjamin keamanannya, dan Dapat dimitigasi risikonya. Kalau itu Sekalian Dapat digaransi, kepercayaan bakal tumbuh, Sasaran tercapai, ekonomi tumbuh tinggi, rakyat pun naik kesejahteraannya.

Maka itu, Tak salah bila pemerintah mulai Konsentrasi memperbaiki ICOR. Perbaikan ICOR akan berbanding lurus dengan peningkatan kepercayaan investor. Saya Mau mengutip apa kata Ahli manajemen pemasaran Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, bahwa meraih trust atau kepercayaan (konsumen) dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan secara Maju-menerus, berulang-ulang, dan dalam jangka waktu yang Lamban.

 

 

Mungkin Anda Menyukai