Mengapa Tak Boleh Makan Daging Kucing? Rupanya Ini Dalihnya

Liputanindo.id – Kucing menjadi salah satu hewan yang dipilih sebagai teman manusia. Sebagai hewan kesayangan, tentunya kucing tidak termasuk ke dalam hewan ternak konsumsi. Mengapa tidak boleh makan daging kucing?

Dosen Kesehatan Masyarakat Veteriner SIKIA Universitas Airlangga (Unair), Prima Ayu Wibawati menjelaskan, konsumsi daging kucing merupakan tindakan yang sangat tidak etis.

Hal tersebut mengacu pada Undang-undang Nomor 18 Pahamn 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang diubah dengan UU 41 Pahamn 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Pahamn 2009.

“Dari UU itu, daging kucing bukan produk hewan yang masuk kriteria dikonsumsi manusia. Jadi ini merupakan tindakan penyalahgunaan. Apapun alasan (konsumsi) hanyalah dalih untuk menghalalkan dan membenarkan pendapat pengkonsumsi tersebut,” jelasnya dikutip dari situs Unair, Kamis (8/8/2024).

Prima selanjutnya menjelaskan tiga alasan mengapa tidak boleh makan daging kucing.

Cek Artikel:  Pengisi Bunyi Nobita dalam Anime Doraemon Meninggal Dunia
Ilustrasi. (Freepik)

Mengapa Tak Boleh Makan Daging Kucing?


  • Tak Terdapat Jaminan Kondusif Konsumsi

Indonesia mempunyai kebijakan terkait penyembelihan hewan di Rumah Potong Hewan (RPH). Hal ini berhubungan dengan perlindungan konsumen, yaitu untuk memastikan konsumen menerima produk yang aman, sehat, dan utuh, serta halal (untuk hewan yang halal). Sehingga dapat dipastikan hewan tersebut memang layak potong.

Prima menjelaskan tidak ada standardisasi pemotongan kucing hingga pemakaiannya. Sehingga memang tidak menjamin keamanan daging tersebut dikonsumsi manusia.

“Sudah jelas jaminan keamanannya tidak ada. Mulai dari penangkapan, transportasi ternak hingga bagaimana cara penyembelihannya, kita gak tahu. Mungkin saja kucing membawa bibit penyakit,” jelasnya.


  • Bentuk Pelanggaran Animal Welfare

Selain menjadi hewan peliharaan nonkonsumsi, asal-usul kucing juga harus menjadi perhatian khusus.

“Pandai dibayangkan, sebenarnya kucingnya didapat dari mana, bisa juga kucing peliharaan yang dicuri. Tindakan pemotongan juga pasti tidak berperikehewanan, karena memang bukan produk pangan yang ada standar pemotongannya,” ungkapnya.


  • Potensi Bahaya Meat Borne Disease

Meat Borne Disease merupakan penyakit yang muncul karena konsumsi daging kucing. Berbagai penyakit meat borne disease misalnya Tuberculosis, Botulism, Staphylococcal Meat Intoxication, Brucellosis, Salmonellosis, Taeniasis, Trichinosis hingga Clostridiosis berpotensi menginfeksi pengonsumsi daging kucing. Bahkan infeksi rabies pun berisiko didapatkan.

“Dikhawatirkan, berbagai penyakit dari meat borne disease berpotensi menginfeksi orang yang makan. Selain itu kucing merupakan reservoir rabies, jadi apabila memang memiliki virus rabies. Maka juga potensi zoonosisnya juga sangat tinggi,” jelasnya.

Bagaimana Metode Mengedukasi Bahaya Konsumsi Daging Kucing?

Prima menyebutkan banyak organisasi yang mengecam tindakan konsumsi daging kucing. Tetapi, kecaman tersebut juga harus diikuti dengan upaya edukasi masyarakat dengan menyesuaikan psikologis target.

Menurut Prima, harus ada pendekatan dari segi agama, kesehatan masyarakat veteriner, potensi penyakit sampai legislasi agar bisa menekan angka konsumsi daging kucing di tengah masyarakat.

“Kalau muslim dapat ditekankan keharamannya, apabila nonmuslim bisa disosialisasikan mengenai penyakit yang bisa ditularkan dan sisi kesayangan terhadap hewan,” katanya.

Selain itu, untuk wilayah tertentu yang mempunyai tradisi konsumsi daging kucing, membutuhkan perhatian psikologis bagi anak usia dini. Sehingga rantai konsumsi dapat diputus secara perlahan dari jenjang usia muda.

Demikianlah alasan mengapa tidak boleh makan daging kucing. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda.

Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…

Mungkin Anda Menyukai