![Menempatkan Deep Learning pada Tes Kompetensi Akademik](https://mediaindonesia.gumlet.io/news/2025/02/10/1739120671_4537b9335a231ed9d297.jpeg?w=800&q=80&format=webp)
KEMENTERIAN Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) akan kembali menggelar penilaian berskala nasional melalui tes kompetensi akademik (TKA). Berbeda dengan Pengkajian nasional sebelumnya yang berfokus pada pemantauan kinerja sekolah, TKA dirancang Buat mengukur kompetensi individu siswa, sehingga hasilnya dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk perguruan tinggi.
Selain itu, hasil TKA juga dapat dimanfaatkan Buat menilai efektivitas pengelolaan pendidikan di tingkat sekolah. Sejalan dengan penyelenggaraan TKA, Kemendikdasmen juga memperkenalkan konsep pembelajaran mendalam (deep learning), yang menitikberatkan pada penguasaan konten secara lebih komprehensif.
Pembelajaran mendalam bukanlah konsep baru dalam dunia pendidikan. Selama berabad-abad, sekolah telah berupaya mengembangkan pemahaman mendalam pada siswa, membangun keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, komunikasi yang efektif, serta kerja sama dengan Mitra sebaya. Konsep ini juga mendorong Cerminan atas proses pembelajaran serta pengembangan pola pikir akademik yang matang.
Studi yang dilakukan National Research Council (2012) menunjukkan bahwa pembelajaran mendalam berkontribusi pada hasil pendidikan, karier, dan kesehatan yang lebih Berkualitas. Dengan demikian, pembelajaran mendalam adalah kemampuan mentransfer pengetahuan ke lingkungan baru, yang merupakan tujuan Penting pendidikan.
Penerapan pembelajaran mendalam dalam berbagai mata pelajaran menuntut standar tertentu. Dalam bahasa dan literasi, misalnya, siswa diharapkan Bisa menyusun dan mengevaluasi argumen berbasis bukti serta menunjukkan keterampilan komunikasi yang kompleks.
Sementara dalam matematika, siswa harus dapat memecahkan masalah nonrutin serta menggunakan penalaran berbasis bukti. Kombinasi antara Pengkajian berbasis kompetensi seperti TKA dan strategi pembelajaran mendalam diharapkan Bisa meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh, serta mempersiapkan siswa menghadapi tantangan akademik dan profesional di masa depan.
TKA DAN PEMBELAJARAN MENDALAM
Kemendikdasmen Lanjut berupaya meningkatkan kualitas pendidikan yang merata bagi seluruh siswa, Yakni—salah satunya, ialah menghidupkan kembali sistem ujian berskala nasional serta memperkenalkan konsep pembelajaran mendalam. Kedua inisiatif ini diharapkan dapat saling melengkapi dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih efektif. Tetapi, tanpa perencanaan yang matang dan implementasi yang cermat, keduanya berisiko saling bertentangan dan Bahkan menghambat pencapaian tujuan pendidikan.
Pembelajaran mendalam berorientasi pada pemahaman yang bermakna, dengan Konsentrasi pada penguasaan materi yang esensial dan substansial. Metode ini bertujuan agar siswa Bukan sekadar menghafal fakta, tetapi juga Bisa menganalisis, menghubungkan konsep, dan menerapkan pengetahuan dalam berbagai konteks.
Di sisi lain, TKA dirancang Buat mengukur capaian belajar siswa selama tiga tahun di jenjang sekolah menengah atas. Tes ini berbasis kurikulum dengan cakupan materi yang luas, mencerminkan Variasi aspek pengetahuan yang telah diajarkan di sekolah. Kalau Bukan dikelola dengan Berkualitas, perbedaan pendekatan ini Dapat menimbulkan ketidaksesuaian dalam praktik pembelajaran di kelas, sehingga tujuan peningkatan mutu pendidikan Bahkan Bukan tercapai.
Buat menghindari ketidakseimbangan tersebut, penyelenggara TKA harus mulai melakukan pemetaan terhadap kurikulum yang berlaku. Dengan kajian yang komprehensif, mereka dapat menyusun dan mengembangkan silabus penilaian yang selaras dengan pendekatan pembelajaran di sekolah.
Silabus ini nantinya akan menjadi Panduan bagi guru dalam mengajar serta acuan bagi penyusun soal ujian, sehingga hasil asesmen Benar-Benar mencerminkan kompetensi siswa yang diharapkan. Dengan perencanaan yang terintegrasi, TKA dan pembelajaran mendalam dapat berjalan beriringan sebagai strategi peningkatan mutu pendidikan yang saling mendukung, bukan saling menegasikan.
INFORMASI PSIKOMETRIK
Informasi psikometrik, seperti validitas, reliabilitas, dan keadilan tes, merupakan aspek Krusial dalam menilai dan memanfaatkan hasil skor tes. Nitko (2005) menjelaskan bahwa validasi adalah proses yang melibatkan berbagai jenis bukti, bukan sekadar satu aspek tertentu.
Konsep validitas yang terpadu mengacu pada perlunya penggunaan berbagai sumber bukti Buat memastikan bahwa interpretasi dan pemanfaatan hasil tes dapat dipertanggungjawabkan. Nitko juga menekankan bahwa satu studi validasi saja Bukan cukup Buat mendukung Segala Langkah penafsiran dan penggunaan skor tes. Mengingat bahwa tes dapat Mempunyai berbagai tujuan, setiap penggunaan skor memerlukan studi validasi tersendiri agar interpretasinya tetap Benar dan sesuai dengan konteks yang dimaksud.
Studi validitas bertujuan memastikan bahwa interpretasi dan pemanfaatan hasil skor tes telah sesuai dengan tujuan penilaian yang ditetapkan. Dalam konteks tes keterampilan membaca atau literasi yang digunakan Buat sertifikasi, diperlukan analisis yang cermat Buat menentukan apakah interpretasi hasil tes tersebut telah dilakukan secara valid. Salah satu Langkah Buat menilai validitas ialah dengan mengajukan berbagai pertanyaan, seperti apakah skor tes Benar-Benar mencerminkan keterampilan membaca yang Ingin diukur.
Berbagai bukti harus dikumpulkan Buat mendukung interpretasi hasil tes. Salah satunya ialah memastikan bahwa instrumen yang digunakan telah selaras dengan tujuan pembelajaran keterampilan membaca sebagaimana tercantum dalam kurikulum. Selain itu, jumlah jawaban Benar yang diberikan oleh peserta tes juga harus mencerminkan tingkat penguasaan keterampilan membaca sebagaimana ditekankan dalam proses pembelajaran.
Lebih lanjut, Krusial Buat membuktikan bahwa keterampilan membaca yang diukur melalui teks singkat dalam tes Mempunyai relevansi dan dapat diterapkan dalam pemahaman terhadap bacaan yang lebih panjang, seperti novel, artikel surat Info, atau teks akademik lainnya. Selain itu, materi bacaan yang digunakan dalam soal tes harus mencerminkan isi yang esensial dan Bisa mengukur keterampilan membaca secara mendalam, bukan sekadar pertanyaan yang bersifat dangkal atau faktual.
Selain aspek isi, Elemen eksternal yang dapat memengaruhi skor tes juga perlu diperhatikan. Skor tinggi yang diperoleh peserta Bukan boleh hanya disebabkan oleh strategi menjawab soal atau persiapan Spesifik menjelang tes, sementara skor rendah juga Bukan boleh semata-mata disebabkan oleh Elemen kecemasan Ketika ujian. Demikian pula, latar belakang budaya peserta Bukan boleh menjadi Elemen yang memengaruhi kemampuan mereka dalam menjawab soal dengan Benar.
Oleh karena itu, validitas sebuah tes Bukan dapat ditentukan hanya dari satu kali studi, tetapi memerlukan berbagai bukti Buat memastikan bahwa tes tersebut dapat digunakan secara Absah sesuai dengan tujuan penilaiannya. Seperti yang dikemukakan oleh Nitko (2005), sebuah tes mungkin valid Buat satu tujuan, tetapi belum tentu berlaku Buat tujuan yang lain. Wallahu’alam.