Meneladani Ibu Nyai dan Ning, Roda Penggerak Pondok Pesantren

Meneladani Ibu Nyai dan Ning, Roda Penggerak Pondok Pesantren
Fery Farhati, Ketua TP PKK Provinsi DKI Jakarta 2017-2022(MI/SUMARYANTO)

PONDOK pesantren memiliki sejarah yang cukup panjang. Dari mulai tradisi berguru pada Kyai untuk belajar dan menginternalisasi ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari hari dengan tujuan agar anak didik memiliki ilmu agama yang baik dan menjadi orang yang berakhlak mulia. Pondok pesantren adalah khazanah pendidikan khas Indonesia yang hingga saat ini masih eksis dan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pendidikan di Indonesia.

Semakin banyak orangtua yang menitipkan anaknya ‘mondok’ atau tinggal dalam waktu tertentu agar bisa berguru sambil meneladani laku keseharian seorang kiai yang dihormati dan disegani karena memiliki keilmuan mendalam tentang Religi Islam. 

Singkat cerita, saat ini, pondok pesantren bukan hanya sebagai tempat tinggal dan belajar ilmu agama, tetapi juga tempat para santri belajar pengetahuan umum dan menjalani kehidupan sosialnya.

Tokoh sentral dalam kesuksesan sebuah pesantren dan pendidikan santri di dalamnya adalah seorang kiai. Keilmuannya yang mendalam tentang kitab Islam klasik seperti dalam bidang Fiqih dan Tasawuf adalah hal penting karena ini adalah cara pesantren mewariskan pengetahuan bagi para santrinya dari generasi ke generasi. 

Tetapi, dalam memenuhi aspek kehidupan lain seperti aspek sosial, relasi keluarga, hingga aspek mental dan emosional para santri, maka pesantren juga punya tokoh lain yang juga sama pentingnya. Tokoh tersebut adalah Ibu Nyai (istri Kiai) dan Ning (putri Kiai).

Begitu banyak yang telah membuktikan strategisnya peran Ibu Nyai dan Ning dalam kehidupan pesantren. Salah satunya dalam karya akademik, seperti pada penelitian berjudul “The Power of Nyai in The Development of the Pesantren” (Adnani & Mahbub, 2021). 

Cek Artikel:  Bunyi Muhammadiyah, Cermin Spirit Literasi Berkemajuan

Kepemimpinan Ibu Nyai dan Ning memegang peranan penting dalam keberhasilan sebuah pesantren. Ibu Nyai dan Ning memiliki peran dalam memastikan logistik pesantren, mendidik, hingga menjadi orangtua pengganti bagi ratusan bahkan ribuan santri. 

Kagak hanya berperan dalam lingkungan internal pesantren, Ibu Nyai dan Ning juga memberikan dampak bagi masyarakat di sekitar pesantren. Lewat, seberapa besar pengaruh Ibu Nyai dan Ning dalam menentukan keberhasilan sebuah pesantren? Peran apa saja yang diembannya?

Tiga Peran Ibu Nyai dan Ning

Sering kita mendengar tirakat atau amalan yang dilakukan Ibu Nyai dan Ning sebagai ikhtiar yang akan menentukan masa depan keluarga dan santri. Kagak dipungkiri, tirakat para Ibu Nyai dan Ning adalah upaya untuk mengantarkan pesantren yang dibinanya agar terus melahirkan generasi baru berakhlakul karimah yang tentunya bisa diteladani. Ibu Nyai dan Ning menjalankan tiga peran yang sangat strategis, yakni sebagai pengayom, pendidik, dan penggerak.

Pertama, sebagai pengayom. Ibu Nyai berperan layaknya ibu dan Ning menjadi kakak yang setia membimbing para santri selama mereka mondok. Tanggung jawab itu begitu besar karena Ibu Nyai dan Ning tidak hanya menyiapkan kebutuhan pokok melainkan juga ikut mengelola perkembangan karakter dan perilaku para santri.

Ibu Nyai dan Ning berupaya memberikan rasa aman, membentuk kedisiplinan positif, menegakkan aturan dan batasan, serta melibatkan santri dalam beragam kegiatan. Seluruh itu dilakukan untuk satu tujuan mulia membentuk santri sebagai generasi akhlakul karimah yang berbahagia.

Kedua, sebagai pendidik. Ibu Nyai dan Ning adalah teladan nyata bagi santri serta warga di lingkungan pesantren. Pendidik bukan hanya dalam ranah akademis, melainkan juga dalam laku keseharian. Merekalah yang menurunkan nilai-nilai luhur untuk membentuk santri yang berakhlak mulia.

Cek Artikel:  Meneguhkan Supremasi Hukum dan Penegakan Etika

Ketiga, sebagai penggerak. Ibu Nyai dan Ning tidak hanya berperan di wilayah pesantren, tapi juga untuk masyarakat lokal. Kerja-kerja mereka dampaknya terasa nyata bagi masyarakat yang lebih luas. 

Masyarakat sekitar sering kali menjadikan mereka sebagai tempat mengadukan masalah yang dihadapinya. Mulai dari isu kenakalan remaja, perundungan, hingga kekerasan dalam rumah tangga, menjadi masalah yang perlu turut dipikirkan jalan keluarnya oleh para Ibu Nyai dan Ning.

Ibu Nyai dan Ning memberdayakan masyarakat dengan dua cara sederhana: Menggerakkan santrinya dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan mendampingi warga sekitar dalam menangani masalah-masalah sosial.

Peran Ibu Nyai dan Ning sebagai penggerak di masyarakat masih minim apresiasi. Begitu banyak bukti yang menunjukkan bahwa mereka bisa menjadi agen perubahan strategis di masyarakat. Peran ini penting untuk terus dikembangkan dengan memperkuat kolaborasi.

Potensi Kolaborasi Ibu Nyai dan Ning

Banyak laku Ibu Nyai dan Ning dalam menuntun dan mendampingi lingkungan sekitar pesantren yang bisa dipelajari. Ibu Nyai dan Ning membuktikan bahwa mereka memegang peran yang begitu instrumental dalam menjaga kehidupan bermasyarakat.

Menyaksikan perjuangan Ibu Nyai dan Ning mengingatkan kembali dengan momen-momen saat diberikan amanah menjadi pengurus kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di ibukota. 

Pengalaman di PKK dan pertemuan dengan Ibu Nyai beserta Ning sekali lagi jadi bukti bahwa di tiap perjalanan bangsa ini, peran perempuan tak bisa diabaikan. Perempuan selalu bisa mengambil peran-peran kunci dalam bermasyarakat dengan beragam inovasinya.

Pengaruh yang dihasilkan akan jadi lebih luas jika Ibu Nyai dan Ning bisa memperkuat kolaborasi dan difasilitasi serta didukung oleh pihak-pihak di luar lingkungan pesantren seperti komunitas, swasta, juga pemerintah. Kekhasan tradisi yang dijalani di masing-masing pesantren bisa menjadi khazanah ilmu pengetahuan yang luas yang bisa dibagikan antar Ibu Nyai dan Ning lintas pesantren.

Cek Artikel:  Digitalisasi Pendidikan via Integrasi Platform

Ketika Ibu Nyai dan Ning berjejaring, pemerintah juga perlu menjadikan mereka sebagai mitra strategis dalam mendorong perubahan sosial di banyak sudut negeri ini. 

Ibu Nyai dan Ning adalah aktor yang sangat memahami masalah dan kebutuhan di daerah sekitar pesantren. Pengetahuan itu adalah modal penting untuk membuat kebijakan yang kontekstual dengan santri dan masyarakat sekitar.

Pada momen Hari Santri ini, mari kita meneladani khidmah dan merefleksikan kembali peran Ibu Nyai dan Ning yang begitu besar. Momen Hari Santri yang berakar dari Resolusi Jihad sejatinya mengingatkan kita bahwa pesantren selalu memegang peran penting tidak hanya dalam konteks membentuk generasi akhlakul karimah, tapi juga sebagai penggerak masyarakat.

Menyantap Ibu Nyai dan Ning pada Hari Santri berarti mengapresiasi perannya tak hanya di lingkungan pesantren, melainkan juga penggerak masyarakat. Melalui kolaborasi sekaligus melibatkan Ibu Nyai dan Ning sebagai mitra strategis, Insya Allah dampaknya akan jauh lebih besar.

Alhamdulillah sebuah kehormatan diberikan kesempatan untuk belajar langsung dari Ibu Nyai dan Ning. Sebuah pembelajaran tak ternilai yang membuka wawasan tentang peran Ibu Nyai dan Ning dalam membentuk masyarakat madani. Perjalanan panjang bertemu langsung dengan Ibu Nyai dan Ning memang telah berlalu, namun persaudaraan dan pembelajarannya akan terus terkenang.

Mungkin Anda Menyukai