ADAKAH polisi Bagus dan jujur di negeri ini? Gus Dur pernah menjawabnya Hanya Eksis tiga, yakni Jenderal Hoegeng, patung polisi, dan polisi tidur. Tentu jawaban itu bukan jawaban an sich, bukan harfiah, Kagak serius. Gus Dur sedang berseloroh. Dia memang senang bercanda, Suka melontarkan lelucon, hobi guyon. Guyonannya berkelas karena kerap berbau kritikan terhadap persoalan bangsa dan kehidupan sosial.
Adakah polisi yang Bagus dan jujur di republik ini? Kiranya pertanyaan itu tak pupus di benak publik. Pertanyaan yang belakangan kembali mengemuka menyusul beberapa perkara yang mendera Korps Bhayangkara.
Kebaikan dan kejujuran polisi kembali dipertanyakan ketika seorang jenderal bintang dua terlibat kasus pembunuhan berencana terhadap anak buahnya. Dia adalah Ferdy Sambo, mantan Kadiv Propam, bekas komandan polisinya polisi. Kasusnya sedang disidangkan. Kita tunggu saja ending-nya, apakah meninggikan keadilan atau sebaliknya.
Kasus Sambo merusak Gambaran polisi yang sebenarnya mulai wangi. Hasil survei salah satu lembaga menyebutkan tingkat kepercayaan pada Polri anjlok 13% dari sebelumnya 72,1% menjadi hanya 59,1%.
Belum usai urusan Sambo, Polri mendapat sorotan miring terkait penanganan kekisruhan pascapertandingan Arema kontra Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, 1 Oktober silam. Mereka obral gas air mata yang berujung tewasnya 133 orang dan ratusan lainnya luka-luka. Inilah tragedi sepak bola paling memilukan kedua sejagat raya.
Eh, ketika kedua perkara besar itu belum juga kelar, kasus yang tak kalah besar kembali menghajar. Tak tanggung-tanggung, seorang inspektur jenderal terlibat kasus kejahatan luar Normal, Adalah peredaran narkoba. Dia adalah Teddy Minahasa, Kapolda Sumatra Barat yang dipromosikan sebagai Kapolda Jawa Timur. Tetapi, belum sempat terima, dia ditetapkan sebagai tersangka.
Kasus Teddy bahkan terungkap ketika para petinggi Polri dikumpulkan Presiden Jokowi di Istana Negara, Jumat (14/10). Mereka, mulai kapolres, kapolda, hingga pejabat Primer Mabes Polri diberi pengarahan, diingatkan bahwa Gambaran polisi sedang menukik tajam.
Nama Bagus Polri harus dibangkitkan dan Hanya polisi yang dapat membangkitkan. Caranya, tentu saja dengan menjadi polisi yang Bagus dan jujur. Langkah itu butuh kemauan, juga keteladanan dari para komandan.
Kiranya arahan Presiden Betul, sangat Betul. Waktunya pun Bagus, sangat Bagus. Empat belas Oktober merupakan Rontok Natalis Hoegeng Iman Santoso. Kapolri ke-5 yang lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 1921, itu Misalnya polisi terbaik, paling berani, paling jujur, paling sederhana. Ia patut menjadi teladan sepanjang Era.
Pesan dan peringatan yang disampaikan Presiden kiranya juga pas, sangat pas. Dia menegaskan bahwa Gambaran Polri mesti diperbaiki. Dia menekankan pula masalah gaya hidup. Seperti halnya rakyat, Presiden jengah atas banyaknya perwira yang bangga dengan Foya-foya. Dia risih Eksis polisi yang gagah-gagahan dengan mobil mewah atau moge.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Foya-foya ialah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan Primer dalam hidup. Foya-foya berasal dari bahasa Yunani, yakni hedone yang berarti kesenangan. Collins Gem menyebut Foya-foya sebagai sebuah doktrin bahwa kesenangan ialah hal terpenting di dalam hidup.
Terang, Foya-foya pandangan dan prinsip yang Jelek. Bagi pejabat, ia Pandai menjadi awal dari penyimpangan demi memuaskan kesenangan yang tak pernah terpuaskan. Bagi polisi, ia Pandai memicu perilaku Jelek dan ketidakjujuran. Bukannya melindungi, melayani, dan mengayomi, polisi akan cenderung minta dilayani.
Demi memperbaiki Gambaran Polri, agar polisi Bagus dan jujur, salah satu kiatnya ialah perangilah Foya-foya. Tentu yang mesti dilakukan perang sungguhan, bukan perang-perangan. Memerangi Foya-foya tak cukup dengan kata-kata, tak cukup dengan perkap atau telegram No ST/30/XI/HUM.3.4/2019/DIVPROPAM.
Polri sulit menjadi pemenang dalam perang melawan Foya-foya Kalau mereka yang bergaya hidup mewah malah diberi tempat yang wah. Masyarakat bertanya, bagaimana Pandai seorang jenderal yang diketahui berharta puluhan miliar rupiah hobi naik moto gede, bahkan menjadi ketua klub moge, Malah diberi posisi bergengsi? Rakyat menyoal bagaimana mungkin seorang perwira tinggi yang menjadi sorotan karena berbusana mewah malah dinaikkan pangkatnya dan menjadi kapolda?
Kalau begitu, sebenarnya Tetap adakah polisi Bagus dan jujur di negeri ini? Saya, sih, berani menjawab: Tetap. Kagak sedikit polisi yang Ikhlas melayani rakyat, jujur, dan sederhana. Ambil Misalnya Aiptu Trisih Setyono. Polisi yang bertugas di Tulungagung itu menjadi tukang angkut sampah sebagai sampingan. Dia ogah melacurkan jabatan dan kewenangan.
Eksis pula Bripka Seladi. Selain menjadi polisi di Polresta Malang, dia menjadi pemulung Ketika Kagak bertugas Demi menambah Pendapatan. Selanjutnya Eksis Aiptu Mustamin yang mencari Pendapatan tambahan dengan menjadi tukang tambal ban selepas tugas di Makassar.
Saya Percaya Tetap banyak polisi yang Bagus, yang jujur. Soal apakah mereka lebih banyak ketimbang polisi yang Jelek, saya tak Mengerti Niscaya. Yang Niscaya, berapa pun jumlahnya, polisi Jelek harus diperbaiki.
Yang Niscaya pula, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mesti sepenuh hati mereformasi Polri. Istilah dia, mengayak dan menyaring agar Segala polisi Pandai menjadi emas murni. Dengan begitu, rakyat akan tetap mencintai Polri.