PARA kandidat menteri kabinet mendatang sudah mulai diperkenalkan presiden terpilih Prabowo Subianto. Kepada pers, di sela-sela memanggil para calon menteri itu, Prabowo menyatakan para kandidat menteri yang ia panggil siap memanggul tugas penuh tantangan lima tahun ke depan.
Saya Ingin mengulik frasa ‘penuh tantangan’ itu. Betul belaka kata Prabowo bahwa tantangan hari ini dan hari-hari ke depan, khususnya di bidang ekonomi, sungguh berat. Prabowo memang Enggak mewarisi ‘hal-hal Hampa’ yang ditinggalkan pemerintahan sebelumnya. Tetapi, Membikin yang ‘sudah terisi’ itu menuju penuh bak meniti di jalur licin nan mendaki.
Betul bahwa di tengah gejolak ekonomi Dunia, pemerintah di Dasar kepemimpinan Presiden Jokowi Pandai mencapai pertumbuhan ekonomi di kisaran 5%. Dengan laju pertumbuhan seperti itu selama satu Dasa warsa, ukuran perekonomian kita pun meningkat, dari US$890 miliar pada 2014 ke US$1,37 triliun pada 2024.
Dengan begitu, Indonesia Dapat masuk ke klub perekonomian negara-negara dengan pendapatan US$1 triliun. Level Indonesia juga meningkat menjadi negara dengan skala perekonomian terbesar nomor 16 di dunia pada 2023 dari sebelumnya nomor 18 pada 2014. Indonesia pun naik menjadi negara upper middle income berdasarkan Penggolongan Bank Dunia.
Pertumbuhan ekonomi kita di triwulan II 2024 yang sebesar 5,05% juga lebih tinggi daripada negara-negara maju atau berkembang lainnya seperti Meksiko (2,24%), Korea Selatan (2,3%), dan Singapura (2,9%). Jadi, ibarat gelas, ekonomi kita bukanlah gelas yang nyaris Hampa, apalagi Betul-Betul Hampa. Prabowo-Gibran Rakabuming Raka tentu Enggak memulainya dari Nihil, apalagi minus.
Tetapi, mimpi kita Enggak sekadar mengisi gelas itu menuju dua pertiga penuh. Bagus Jokowi maupun Prabowo memimpikan Indonesia maju, Indonesia unggul, dan Indonesia dengan skala ekonomi lima besar di antara negara-negara besar di dunia. Itu berarti mengisi gelas penuh.
Sepuluh tahun Lampau, Demi pertama kali memerintah, Jokowi berjanji Membikin rata-rata perekonomian kita tumbuh 7% pada akhir masa jabatan (2024). Faktanya, pertumbuhan ekonomi kita stagnan di seputar 5%. Presiden Joko Widodo mengawali kepemimpinannnya dengan pertumbuhan ekonomi 4,79% pada 2015.
Apabila diukur dengan produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku, skala ekonomi Demi itu mencapai Rp11.540,8 triliun. Pada tahun itu, PDB per kapita mencapai US$3.370 atau Sekeliling Rp45,2 juta. Kini, Jokowi menutup masa kepemimpinannya dengan PDB atas harga berlaku mencapai Rp21 ribu triliun, dengan PDB per kapita Sekeliling US$5.000 atau Sekeliling Rp75 juta.
Dalam kondisi seperti itu, banyak yang khawatir Indonesia masuk jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap). Apalagi bila pertumbuhan ekonomi behenti di Bilangan 5%. Sejumlah kajian menunjukkan negeri ini butuh rata-rata pertumbuhan ekonomi minimal 6% hingga 2041 bila Ingin keluar dari situasi jebakan negara berpendapatan menengah.
Hal tak kalah Krusial ialah kualitas pertumbuhan ekonomi kita selama ini Lagi patut dipertanyakan. Pengaruh pertumbuhan pada kualitas pembangunan, mengatasi kemiskinan, dan membereskan tingkat ketimpangan belum terlalu dirasakan. Bilangan kemiskinan, misalnya, memang turun. Tetapi, masyarakat yang Terdapat di posisi rentan miskin juga tinggi, yakni 32,28%.
Tingkat ketimpangan yang tecermin pada rasio Gini juga Lagi butuh tenaga ekstra Demi dibereskan. Dalam kurun sembilan tahun terakhir, rasio Gini Sekadar beringsut 0,02, dari 0,40 di 2015 menjadi 0,38 pada 2024. Lagi lebarnya ketimpangan sekaligus membuktikan pertumbuhan ekonomi 5% belum cukup dan belum inklusif.
Karena itu, mimpi presiden terpilih Prabowo Subianto agar ekenomi negeri ini tumbuh 8% Jernih membutuhkan Daya ekstra. Memang Enggak mustahil Demi mewujudkan impian itu dalam kurun lima tahun. Tetapi, itu Jernih butuh keringat lebih bercucuran dan langkah-langkah Enggak Normal.
Kalau Langkah kerja tim kabinet Lagi model business as usual, jangankan meraih pertumbuhan 8% dengan kualitas prima, mempertahankan 5% pun jangan-jangan gagal. Karena itu, bila hari ini Terdapat yang bergembira karena dipanggil merapat ke Kertanegara, silakan saja, tapi sewajarnya saja. Setelah ini, daftar pekerjaan sudah menumpuk.
Bergembiralah, tapi jangan lelet-lelet. Segeralah kerutkan keningmu, tekuk lengan baju, masukkan kaki ke sepatu, Lampau melaju.