Memperhatikan instalasi seni di tengah gurun dan situs terbesar di Doha

Doha (ANTARA) – Menikmati sebuah karya instalasi biasanya dilakukan di dalam gedung atau museum. Tetapi berbeda ceritanya ketika Memperhatikan karya seni instalasi di tengah gurun dan bebatuan, seperti karya yang berjudul “Shadows Travelling on The Sea of The Day”, di Doha, Qatar.

Berlokasi di gurun di utara Al Zubarah, instalasi karya seniman Islandia-Denmark Olafur Eliasson mengeksplorasi bagaimana persepsi seseorang tentang dunia dan mempengaruhi hubungannya dengan Fakta.

Instalasi ini menghadirkan seni pantulan kaca, di mana terdapat puluhan besi Separuh lingkaran besar dengan atap kaca. Pengunjung akan Pandai Memperhatikan sebuah lingkaran utuh Apabila mendongak ke atas atap kaca.

Terdapat 20 tempat atap kaca melingkar, tiga cincin tunggal dan dua cincin ganda yang membentuk karya seni Spesifik situs ini sekilas tampak tersebar di lanskap gurun secara acak. Tetapi, mereka diposisikan menurut sumbu pola simetris lima kali lipat, dengan sepuluh tempat berlindung di tengahnya membentuk pentagram.

Instalasi karya seni Olafur Elisson “Shadows Travelling on the sea of the day” di gurun Al Zubarah, Doha, Qatar, Selasa (28/11/2023) (ANTARA/Fitra Ashari)

Prinsip-prinsip di balik pola-pola tersebut baru-baru ini ditemukan oleh para Spesialis matematika di Barat meskipun mereka mungkin telah menginformasikan beberapa desain canggih yang ditemukan dalam budaya Islam sejak abad pertengahan.

Bagian Rendah atap melingkar ditutupi dengan panel cermin, mencerminkan segmen pipa melengkung yang menopang atap. Hal ini menciptakan ilusi visual pipa-pipa yang berlipat ganda menjadi cincin penuh, menghubungkan lanskap Konkret dengan ruang yang dipantulkan.

Cek Artikel:  Kemenparekraf perkuat peran masyarakat kembangkan potensi desa wisata

Pengunjung yang berdiri di Rendah naungan atap mungkin mengalami momen disorientasi, Memperhatikan sekilas diri mereka sendiri dan lingkungan Sekeliling yang terpantul terbalik di atap di atasnya.

Di sini pengunjung Pandai masuk secara gratis dan tempat ini terbuka selama 24 jam. Pihak Museum Qatar menyebut, pengunjung biasanya datang Memperhatikan instalasi ini pada pagi hari dan sore hari Sembari menikmati Mentari terbenam.

Tetapi Begitu berkunjung pada malam hari Anda harus lebih berhati-hati karena banyak bebatuan dan Bukan Eksis pencahayaan di Sekeliling area instalasi, dan Tetap Eksis hewan liar yang berkeliaran di Sekeliling gurun tersebut.

Perhatikan juga Kepada memakai baju yang nyaman serta topi atau payung Kepada melindungi diri dari teriknya Mentari Apabila berkunjung di siang hari.

Karya seni ini merupakan bagian dari koleksi Qatar National Museum. Di studionya di Berlin, Eliasson kerap bekerja sama dengan tim Variasi yang terdiri dari pengrajin Spesifik, arsitek, peneliti, dan sejarawan seni Kepada menciptakan praktik artistiknya yang luas.

Instalasi, pahatan, lukisan, dan fotonya sering kali diambil dari bahan-bahan yang bersifat sementara seperti air, kabut, dan Terang, Kepada mengajak pemirsa agar secara aktif membentuk pengalaman tersebut.

Benteng Al Zubarah

Bukan jauh dari instalasi “Shadows Travelling of the Sea of the Day”, Sekeliling lima kilometer dari sana anda juga Pandai mengunjungi situs arkeologi dan benteng Al Zubarah.

Cek Artikel:  HARRIS Bekasi Sambut Musim Liburan dengan 2 Acara Spesial
Benteng Al Zubarah di gurun Al Zubarah, Doha, Qatar, Selasa (28/11/2023) (ANTARA/Fitra Ashari)

Al Zubarah Fort atau benteng Al Zubarah dibangun pada masa pemerintahan Syekh Abdullah Bin Jassim Al Thani. Benteng ini menghadap ke reruntuhan pemukiman Al Zubarah yang dulunya Krusial.

Sekeliling 200 tahun yang Lampau Al Zubarah merupakan kota perdagangan dan perikanan mutiara yang ramai, Tetapi kini kota tersebut tinggal reruntuhan, sebuah bukti masa penuh gejolak yang menyaksikan terbentuknya Teluk modern.

Begitu anda memasuki pintu Esensial benteng, anda akan Memperhatikan pijakan Alas benteng yang dipenuhi kerang-kerang kecil, yang berfungsi sebagai penghantar dingin di tengah cuaca Qatar yang panas. Selain itu, seluruh dinding dari Al Zubarah Fort juga di desain menggunakan campuran tanah liat, batu dan kerang sehingga tembok terasa dingin Begitu dipegang dan Pandai menciptakan udara yang dingin di Sekeliling benteng.

Selain itu, pijakan dari kerang tersebut juga dijadikan sebagai pertanda Eksis seseorang yang masuk sehingga Pandai terdengar oleh para tentara dari dalam benteng karena suaranya cukup Gaduh.

Pemandangan dari atas benteng Al Zubarah di gurun Al Zubarah, Doha, Qatar, Selasa (28/11/2023) (ANTARA/Fitra Ashari)

Di sekeliling tembok benteng Al Zubarah juga Mempunyai lubang-lubang kecil yang Mempunyai arah pandang yang berbeda-beda, sehingga para tentara pada waktu itu Pandai mengintai musuh dari segala penjuru.

Cek Artikel:  AirAsia MOVE Formal luncurkan ASEAN Explorer Pass

Juga terdapat saluran pipa air hujan yang mengarah ke dalam benteng, sehingga air tersebut dapat tersaring melalui batu-batu dan dapat diminum, mengingat air Sekeliling benteng tersebut lebih asin karena dekat dengan laut.

Air yang ditampung juga akan terkumpul di sumur yang Eksis di dalam benteng, Kepada dipakai para tentara hidup sehari-hari.

Selain mengunjungi Al Zubarah Fort, pengunjung juga dapat akses bus gratis yang Pandai mengantarkan ke situs arkeologi yang cukup dekat dari Letak benteng. Situs ini Mempunyai jam operasional Sabtu-Kamis jam 09:00-17:00 dan Jumat jam 12:30-17:00 waktu setempat.

Al Zubarah adalah situs warisan arkeologi terbesar di Qatar. Kota ini dinobatkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2013 dan merupakan Teladan kota perdagangan dan perikanan mutiara abad ke18 Tiba ke19 yang paling terpelihara di kawasan Teluk.

Situs arkeologi di Al Zubarah, Doha, Qatar, Selasa (28/11/2023) (ANTARA/qm.org.qa/Qatar Museum)

Berbeda dengan kota-kota sezamannya, kota ini sebagian besar Tetap utuh dan belum hilang ditelan kota-kota modern yang luas di kawasan ini.

Situs yang terletak Sekeliling 100 km barat laut Doha ini membentang 2,5 km dari Benteng Al Zubarah hingga pesisir pantai. Didirikan pada pertengahan abad kedelapan belas, kota ini berkembang menjadi pemukiman terbesar dan terpenting di negara tersebut.

Mungkin Anda Menyukai