Mempercepat Penurunan Stunting Melalui Perubahan Mindset

 Mempercepat Penurunan Stunting Melalui Perubahan Mindset 
Diena Tiara dan Indira Oktoviani(Dok pribadi)

MENINJAU kalimat dari Shiv Khera bahwa pikiran menentukan tindakan, tindakan menentukan kebiasaan, kebiasaan menentukan Kepribadian, Kepribadian menentukan kesuksesan dan kegagalan. 

Kalimat tersebut Rupanya  Cocok adanya ketika seorang bidan menyatakan, “Malu ketika Enggak bekerja dengan Berkualitas Buat melayani masyarakat.” Rupanya mindset tersebut menjadi salah satu yang mendorong  kesuksesan penurunan stunting di Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Tercatat dalam Survei Satus Gizi Indonesia Nomor Prevalensi Stunting Provinsi Lampung nomor tiga terbaik se Indonesia di 2022.

 

Bidan di Kabupaten Tulang Bawang sebagai garda terdepan yang melayani masyarakat akan berkunjung ke rumah balita, apabila balita Enggak datang ke posyandu. Tentunya perilaku tersebut Enggak lahir dengan sendirinya. Niscaya Terdapat keterlibatan dari pemerintah daerah yang membentuk perilaku itu.  

Setelah ditelisik Rupanya Pemda Kabupaten Tulang Bawang Mempunyai Program Bergerak Melayani Penduduk (BMW), sebagai ruh yang mendasari program yang Terdapat di Distrik tersebut. Konsep BMW menjadi konsep dalam proses konvergensi program dan kegiatan di lintas organisasi perangkat daerah (OPD) dapat berjalan dengan Berkualitas,  yang membantu dalam percepatan penurunan stunting di Kabupaten Tulang Bawang. 

Bergerak, dalam konteks BMW, mempunyai nilai-nilai yang terkandung di antaranya proaktif, reaktif, sensitif, inovatif, kebersamaan, gotong royong (team work), dan Elastis. Melayani, mempunyai nilai-nilai yang terkandung di antaranya pengabdian, kepedulian, ketulusan, keikhlasan, keseriusan, bertanggung jawab, jujur, integritas, totalitas, berkomitmen serta berdedikasi yang tinggi. Penduduk, adalah seluruh masyarakat Tulang Bawang.

Cek Artikel:  Ketaatan dalam Implementasi Kurikulum FoI

Mindset BMW diwujudkan juga melalui dukungan anggaran dari APBD dan APBDes sehingga sangat mendukung para pelaksana program bergerak melayani Penduduk, Buat percepatan penurunan stunting di Kabupaten Tulang Bawang. Pola pikir para pelaksana program lahir dari komitmen kuat pemimpin Buat menurunkan Nomor prevalensi stunting di daerahnya. 

Hal itu Enggak sekadar terucap tapi dilaksanakan dengan aksi Konkret dalam Arsip perencanaan yang mengkonvergensikan Segala anggaran di lintas sektor Buat mendukung stunting. Hebatnya Segala perencanaan Enggak hanya direncanakan tapi dibabat habis dalam aksi Konkret. Hal ini yang  mendukung penurunan stunting selama tiga tahun turun sebesar 22,99% (2018: 32,49% ke 2021: 9,5%).

“Enggak Terdapat satu perencanaan Buat mendukung stunting pun yang Enggak terlaksana,” pungkas Asisten III Kabupaten Tulang Bawang M Rasidi.

Inovatif

Setiap daerah di Indonesia tentunya Mempunyai Langkah dan praktik Berkualitas tersendiri Buat menurunkan Nomor stunting di daerahnya masing-masing. Demi ini Nomor stunting tercatat sebesar 21,6% (2022) sehingga guna  mendukung Sasaran RPJMN 14% di 2024 perlu kerja ekstra. Itu karena harus menurunkan sebesar 7,6% atau  3,8% setiap tahun. 

Cek Artikel:  Menunaikan Janji Politik Pendidikan Gratis-tis

Nomor tersebut sangat besar Kalau dibandingkan penurunan stunting 2021 ke 2022 yang hanya sebesar 2,8%. Arahan Wakil Presiden dalam Rapat Tingkat Menteri 2023 pada Mei, salah satu Langkah Adalah dengan terobosan dan Ciptaan baru dalam percepatan penurunan stunting serta mereplikasi model kabupaten yang penurunannya signifikan.

Stunting pada balita tentunya Enggak langsung terjadi, Terdapat tahapannya yang dilalui. Sebagaimana dijelaskan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada acara launching Pemberian Makanan Tambahan Lokal medio Mei 2023. Menkes menyebutkan hal tersebut sama seperti kanker Terdapat tahapan yang dilalui, mulai stadium 1, 2, 3, dan 4. “Baiknya ditangani awal dari stadium 1 dan stadium 2. Kalau Dapat, ditangani dari stadium 1 atau stadium 2,” ujar Menkes.

Sebelum balita stunting, balita akan mengalami weight faltering (kenaikan berat badan yang di Rendah rata-rata kenaikan minimal, bahkan Dapat jadi Enggak naik berat badan/turun). Lampau ke posisi wasting, gizi kurang, gizi Jelek, akhirnya Tiba pada stunting. Sungguh Berkualitas Kalau mencegah stunting dari awal,  demikian penjelasan Menkes. 

Cek Artikel:  Kesempatan Diplomasi ASEAN dalam Upaya Bina Damai BRNThailand Selatan

Buat itu Cocok adanya kata pepatah mencegah lebih Berkualitas dari pada mengobati. Karena Buat mengobati  balita yang sudah stunting membutuhkan waktu Lamban dan biaya Enggak murah. Dengan demikian Buat mempercepat penurunan stunting harus dengan Mempunyai mindset mencegah stunting dari hulu.

 

Mencegah stunting paling hulu ialah mencegah stunting sebelum lahir Adalah  melalui intervensi pada  remaja putri agar Enggak Tiba mengalami kekurangan zat besi (anemia). Selanjutnya intervensi ibu hamil  agar mencegah bayi Enggak lahir dalam kondisi berat badan rendah (BBLR). Setelah bayi lahir dicegah jangan Tiba ke tahapan stunting sehingga ketika menemukan bayi mulai weight faltering sebaiknya langsung ditangani.

Buat itu, guna mempercepat penurunan stunting Buat mencapai Sasaran 2014 di samping melaksanakan 5 pilar strategis percepatan stunting (komitmen kepemimpinan, kampanye perubahan perilaku, konvergensi  program/kegiatan, ketahanan pangan, dan pemantauan-Pengkajian), para pelaksana program di pusat dan daerah diharapkan perlu Buat mengawal titik titik Krusial di bagian hulu. 

Pengawalan di hulu juga Berfaedah Buat mengantisipasi agar balita wasting Indonesia yang angkanya naik dari 2021 ke 2022 sebesar 0,6% dan underweight yang naik sebesar 0,1%, Enggak Terperosok ke posisi stunting di masa depan.

Mungkin Anda Menyukai