Membumikan Intelek Progresif Pendiri Bangsa

Membumikan Akal Progresif Pendiri Bangsa
(MI/Seno)

KALA itu, Presiden Soekarno menyampaikan pandangan progresifnya Buat menjawab pertanyaan Ketua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Dr KRT Radjiman Wedyodiningrat pada 1 Juni 1945. Kurang lebih, Ketua BPUPKI itu bertanya kepada Bung Karno, Indonesia merdeka apa dasarnya? Bung Karno menjawab, Pancasila!

Kata kuat itu, Pancasila, membawa getaran progresif bagi perjalanan kehidupan Republik hingga kini. Hati kebudayaan bangsa yang puspawarna bernama Pancasila itu, kita sebut sebagai jantung kemajuan bangsa. Soekarno juga pernah Mengucapkan, Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia. Pancasila Bukan hanya falsafah negara, tetapi lebih luas Tengah, yakni falsafah bangsa Indonesia Buat Seluruh, Punya Seluruh lapisan rakyat Indonesia.

Nah, Apabila jantung bangsa kita, Apabila isi jiwa bangsa kita tak Tengah berdetak, entah apa jadinya nasib rakyat Indonesia. Tapi, apabila jantung rakyat Indonesia itu berdetak, dan isi jiwa falsafah negara kita itu bergetar progresif, getaran kehidupan keindonesiaan ini akan selalu kita rasakan dan masa depan bangsa tak akan pernah remuk redam. Sistem nilai Pancasila sebagai inti ideologi, menurut The Grand Old Man, tokoh progresif Republik ini, H Agus Salim, kelimanya merupakan kesatuan, ibarat suatu tembok batu yang segala bagiannya sendi-menyendi dan sokong-menyokong.

Karena itu, generasi baru kini, sebagai rakyat muda bangsa, sudah saatnya tak sekadar omong-omong, nongkrong-nongkrong, dan rapat-rapat saja. Kata Bung Hatta, kita Bukan perlu teriak dan sorak kalau kita tak sanggup berjuang. Karena itu, rakyat muda tentu punya keinginan Buat maju, lahir, dan batin, yang Intelek progresifnya memahami ke mana arah laju gerak Era, Paham sejarah bangsa, dan perlu paham sejarah dunia.

Cek Artikel:  Dari Makassar ke Arnhem Land Jejak Keislaman Jalur Tripang Nusantara dan Australia

Kaum muda sebagai basis Penting penentu kemajuan peradaban Indonesia mestilah saling sendi-menyendi, sokong-menyokong, agar kata kuat itu menjadi kata progresif. Deklarasi Perhimpunan Rakyat Progresif, 1 Juni 2023 Lewat, Mempunyai cita-cita luhur Buat melanjutkan detak-detak jantung kemajuan itu, getar-getar kata kuat itu supaya menjadi membumi. Pancasila, ideologi progresif yang tak akan pernah padam, tapi mewujud dalam kerja-kerja kerakyatan dan membangun basis-basis rakyat progresif Buat kemajuan Harkat bumi pertiwi.

Sejatinya, generasi baru yang progresif bergerak melanjutkan getaran keindonesiaan dan kebangsaan dari pejuang Republik yang sudah-sudah. Dari para pemimpin progresif dulu dan kini, dari para pendiri bangsa dan guru bangsa, mereka Mahluk-Mahluk Indonesia nan progresif, dari mana pun asalnya dan apa pun golongannya, tetap pendiri bangsa, cendekiawan Republik, dan para pemimpin yang lahir dari rakyat Buat rakyat.

Perhimpunan ini juga berjuang mendorong kerja-kerja Berkualitas dari kepemimpinan kini, sekaligus mendidik dan mengorganisasi Buat melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Ya, kepemimpinan yang lahir dari rakyat Buat rakyat. Sejarawan terkemuka bangsa ini, Taufik Abdullah (2004), pernah Mengucapkan, jangan Tiba kita hanya ingat nama-nama orang yang Hanya sibuk menyalakan api saja, tetapi kita sebagai rakyat malah tak merasakan apa-apa. Kita terkadang dengan mudah melupakan orang yang mengumpulkan kayu-kayu kering yang akan memungkinkan api itu menyala.

Cek Artikel:  Dari Jalanan ke Reshuffle Kabinet Emosi Publik dan Pertarungan Kedaulatan Digital

 

Progresif dan optimistis

Organisasi rakyat merupakan salah satu pilar terwujudnya kemajuan demokrasi di Republik ini. Tanpa rakyat yang terorganisasi, Indonesia tak akan pernah Terdapat. Rakyat muda perlu membumikan Intelek progresif dari para pemikir dan pendiri bangsa. Watak utamanya ialah berkerakyatan, berperikemanusiaan, berkeragaman, berkeadilan, berkeadaban, bermartabat, dan Niscaya berkemajuan.

Rakyat yang progresif menggenggam tekad Buat merajut rasa kebangsaan yang terserak, menanam benih-benih idealisme, membangun benteng-benteng kebinekaan, dan menguatkan fondasi kerakyatan, Yakni gotong royong. Tentu, juga meningkatkan Harkat Indonesia dalam pergaulan Dunia, sesuai prinsip politik bebas aktif dengan Menonton kondisi geopolitik Dunia yang berkembang.

Di samping itu, dalam suasana kerakyatan menghadapi tahun politik ini, seluruh rakyat Indonesia Buat tetap memajukan Intelek progresif agar Bukan terprovokasi isu-isu yang menyesatkan dan informasi yang tak Terang ujung pangkalnya. Kita jangan Tiba termakan propaganda kaum konservatisme klimis, propaganda biang kerok intoleransi, dan propaganda provokator polarisasi. Seluruh itu sampah demokrasi yang merusak kehidupan rakyat progresif. Kita perlu gunakan Intelek merdeka nan progresif Buat mewujudkan keadilan yang revolusioner bagi masa depan Indonesia.

Cek Artikel:  Super Garuda Shield 2023 dan Ketidakpastian Geopolitik di Indo-Pasifik

Sejalan dengan itu, partai politik harus dikembangkan keluar dari jebakan feodalisme dan perilaku koruptif. Demokrasi mestinya menjadi mahkota, bukan malah menjadi prahara. Kini, tak dapat Tengah ditunda, di tengah hiruk-pikuk politik yang tak menentu ini, kawula muda perlu kembali menghimpun diri Buat bergerak dan berjuang menegakkan dan membumikan pilar-pilar kebangsaan Indonesia, membumikan Intelek progresif para pendiri bangsa dan para guru bangsa. Menggalang perjuangan budaya politik yang progresif Buat melanjutkan agenda reformasi dan menguatkan demokrasi yang berkemajuan.

Alhasil, pesan seorang guru bangsa, Ahmad Syafii Maarif, berikut ini semoga menjadi Konkret. Kata Buya, agar kita Bukan berkabung menghadapi kondisi umat yang Lagi tertatih-tatih ini, mari kita optimistis dan percaya bahwa Mentari Lagi akan bersinar dalam waktu lelet. Siapa Paham generasi mendatang akan lebih Berkualitas dan unggul dalam hal moral, intelektual, dan amal ketimbang kita. Semoga tercipta.

Mungkin Anda Menyukai