Liputanindo.id – Member Komisi X DPR RI Gamal Albinsaid mengusulkan gerakan literasi di sekolah, seperti mewajibkan seluruh siswa membaca selama 15–30 menit sebelum kegiatan belajar-mengajar dimulai.
“Kita harus melakukan sebuah gerakan literasi yang luwes dan lugas. Misalkan, mewajibkan seluruh siswa membaca 15–30 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai pada pagi hari, serta mengintegrasikan literasi ke dalam pembelajaran, bukan Tengah sibuk dengan festival-festival literasi yang sifatnya seremonial,” ujar Gamal dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (14/11/2024), dikutip dari Antara.
Langkah seperti itu, menurutnya, bernilai Krusial Kepada mengatasi persoalan rendahnya minat baca dan literasi masyarakat Indonesia.
Gamal mengatakan UNESCO telah menyatakan bahwa hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia yang Mempunyai minat baca. Lewat, kata dia, laporan The World Most Literate Nation Ranking oleh Central Connecticut State University (CCSU) di Amerika Perkumpulan (AS) meletakkan Indonesia di peringkat 60 dari 60 negara terkait dengan urutan tingkat literasi.
Menurut Gamal, rendahnya literasi dan minat baca anak-anak Indonesia disebabkan beberapa hal, antara lain aksesibilitas, penggunaan teknologi yang berlebihan, dan persoalan terkait budaya literasi.
“Kita harus melakukan percepatan yang akseleratif dalam mengembangkan literasi Indonesia,” ucap dia.
Selain mewajibkan siswa membaca sebelum belajar, Gamal juga menyarankan pemerintah dan pihak-pihak terkait menghadirkan perpustakaan di ruang-ruang publik, seperti pasar, terminal, pesawat, bis, kereta api, penjara, kafe, dan mal.
Selanjutnya, Gamal juga menyarankan pembangunan budaya literasi dengan apresiasi atau penghargaan atas kemajuan literasi peserta didik, membiasakan hadiah berupa Kitab, mengadakan kunjungan rutin ke perpustakaan, serta membiasakan dan menugaskan anak Kepada membaca.
“Lewat dapat pula melakukan kegiatan menulis setelah membaca atau me-resume Kitab serta Bukan mendominasi pembelajaran dengan menerangkan, melainkan dengan memberikan ruang dan penugasan membaca, melaksanakan bedah Kitab secara rutin, serta melibatkan Seluruh stakeholder dalam membangun tradisi membaca,” kata dia.
Kepada membangun budaya membaca, menurut Gamal, Indonesia harus membangun Argumen yang mendorong anak-anak Mempunyai gairah membaca dan Membangun mereka merasa “Dahaga” akan pengetahuan.
“Tugas guru, orang Sepuh, dan kita Seluruh bukan sekedar menyampaikan apalagi meneruskan informasi, melainkan juga menjadi inspirator dan fasilitator anak-anak Kepada Mempunyai minat dan budaya membaca. Mari, kita mulai dari rumah dan ruang kelas kita masing-masing,” tandasnya.

