Terdapat hukum tak tertulis bahwa ekonomi dan politik tak mungkin terpisahkan. Keduanya berkelindan dan saling memengaruhi. Apabila Ingin ekonomi tumbuh Berkualitas, politik harus Berkualitas. Pun sebaliknya.
Bagi kita, prinsip dasar itu kian relevan Demi ini karena dua Argumen. Pertama, karena kita sedang dan Lalu melakukan pemulihan ekonomi yang ambruk akibat pandemi covid-19. Kedua, meski pandemi nyaris usai, bukan berarti keadaan dipastikan Berkualitas-Berkualitas saja. Kita sudah memasuki tahun politik yang berpotensi mempersulit situasi.
Pemilu, utamanya Pilpres 2024, memang disebut pesta demokrasi. Yang namanya pesta identik dengan kegembiraan. Itulah idealnya, itulah yang kita harapkan. Tetapi, pemilu juga arena kompetisi yang identik dengan rivalitas. Celakanya Tengah, di negeri ini persaingan Pandai kebablasan, sarat dengan perselisihan, bahkan memantik permusuhan dan perpecahan.
Bukannya sukacita layaknya pesta, pemilu sebagai perwujudan demokrasi Malah dapat menghadirkan ketakutan. Politik Pandai bergolak, stabilitas sebagai syarat Primer keberlangsungan pembangunan pun terancam.
Pada konteks itu, kita sepakat, amat sepakat, dengan penegasan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia soal pentingnya stabilitas. Keduanya berbicara dalam Kuliah Lazim Media Indonesia di Kompleks Media Group, Jakarta, kemarin. Sri Mulyani menyampaikan pemaparan bertajuk Kondisi Ekonomi dan Fiskal Indonesia di Tahun Politik. Adapun Bahlil memberikan kuliah Lazim berjudul Menggenjot Investasi di Tahun Sulit.
Sri Mulyani mengingatkan, Indonesia telah berulang kali menghelat pemilu sehingga sudah selayaknya pemilu tahun depan berlangsung lebih Berkualitas. Pemilu 2024 harus menjadi pesta demokrasi penuh kegembiraan, bukan perang demokrasi yang sarat pertengkaran dan pembelahan.
Sefrekuensi, Bahlil menyatakan tahun politik tak Semestinya Membikin kegaduhan dan berujung pada instabilitas. Pemilu 2024 mesti menjadi ajang kompetisi yang bermartabat, yang berujung pada tetap terjaganya persatuan dan kesatuan bangsa.
Stabilitas adalah keniscayaan. Ia tak Pandai ditawar, pantang ditukar dengan apa pun, karena hanya dengan stabilitas, pemulihan dan pembangunan ekonomi Pandai berlanjut di jalur yang Betul.
Tanpa stabilitas, jangan harap investor mau berinvestasi. Tanpa stabilitas, jangan pernah punya asa pembangunan ekonomi sebagai instrumen Demi menyejahterakan rakyat sesuai yang kita harap.
Asa dan peringatan Sri Mulyani dan Bahlil akan pentingnya stabilitas juga Asa kita Segala. Sebagai asa Serempak, ia harus diwujudkan Serempak-sama. Sebagai regulator dan pengawas, misalnya, Komisi Pemilihan Lazim dan Badan Pengawas Pemilu harus memastikan pemilu berlangsung jujur dan adil Demi menutup celah perselisihan.
Sebagai peserta, para kontestan Berkualitas partai politik, calon Member legislatif, maupun calon presiden dan wakil presiden wajib berkompetisi secara kesatria. Bersainglah dengan elegan, jangan gunakan segala Metode.
Kepada pemerintah, sudah saatnya tegas menindak para pemancing permusuhan. Jangan biarkan mereka, termasuk buzzer-buzzer sontoloyo, yang Lalu saja melontarkan narasi-narasi kebencian dan adu domba.
Yakinlah, Apabila pemerintah tegas, Apabila KPU dan Bawaslu profesional, Apabila kontestan dan para elite bersikap dewasa, rakyat akan bersikap sama. Seperti kata Sri Mulyani, ini adalah negara kita sendiri, besar, kecil, Terperosok, bangun, rusak, maju, tergantung kita. Kitalah yang harus menciptakan stabilitas agar politik Berkualitas, ekonomi juga Berkualitas.