Liputanindo.id JAKARTA – Mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Melki Sedek Huang mengaku kerap mendapatkan intimidasi dari sejumlah pihak terkait aktivitasnya Ketika menjabat sebagai Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI. Ketika ini, Melki tengah dilaporkan atas dugaan kekerasan seksual sehingga dia dinonaktifkan sebagai Ketua BEM UI.
“Jadi beberapa kali saya dan Sahabat-Sahabat BEM UI dan gerakan mahasiswa secara keseluruhan kerap menyampaikan kritik-kritik. Sahabat-Sahabat itu akrablah yang namanya intimidasi,” kata dia usai menghadiri dialog di Universitas Paramadina, Jakarta Selatan, Kamis (21/12/2023) malam.
Baca Juga:
15 Anak SD di Yogya Jadi Korban Kekerasan Seksual Gurunya
Melki dikenal usai BEM UI mengunggah konten meme bergambar Ketua DPR RI, Puan Maharani yang bertubuh tikus. Di mana, BEM UI menyebut DPR sebagai Dewan Perampok Rakyat, setelah adanya Peraturan Pemerintah Pengganti UU dan Perppu Cipta Kerja menjadi UU pada Selasa, 21 Maret 2023 Lewat.
Kemudian, Melki Serempak BEM UI kembali mengkritik Presiden Joko Widodo. Di mana kritik tersebut menitikberatkan atas sikap Jokowi yang dinilai Kagak Independen dalam Pilpres 2024 mendatang.
Teranyar pada November Lewat, Melki kembali mendapat intimidasi setelah setiap kali BEM UI mengadakan acara Obrolan. Intimidasi kian kentara Ketika BEM UI menggelar aksi tolak Putusan MK tentang gugatan batas usia capres-cawapres, yang membuka jalan Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka yang merupakan keponakan Ketua MK Ketika itu, Anwar Usman, maju sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto.
“Setiap kali saya Bersua Buat berdemonstrasi, yakni di H-1. Kami Niscaya ditanya-tanya sama pihak keamanan Buat Kagak melakukan itu. Diminta Buat mengurangi jumlah massa, dan sebagainya. Banyak sekali intimidasi yang kami dapatkan,” terang dia.
Melki menerangkan, kondisi kehidupan pribadinya Kagak luput dari sasaran intimidasi. Dia mengatakan, orang Sepuh bahkan gurunya pun sempat didatangi oleh aparat keamanan dan ditanyai banyak hal.
“Ditanyai banyak hal privat tentang saya dan ibu saya gitu. HP, whatsapp, line, Instagram dan Telegram saya sempat diretas. Dan itu Kagak terjadi di saya saja, melainkan di banyak mahasiswanya. Jadi apakah selama ini intimidasi Eksis pembungkaman, iya,” imbuhnya.
Kendati demikian, dia menerangkan intimidasi tersebut adalah hal yang berbeda dengan kasus yang menimpa Ketika ini. Terkait kasus dugaan kekerasan seksual, Melki siap membuktikan bahwa dirinya Kagak bersalah.
“Tapi apakah itu berkaitan dengan pelaporan kasus terkini, ya Kagak Pandai dikatakan seperti itu karena prosesnya baru berjalan,” ucapnya.
Bantah Lakukan Kekerasan Seksual
Mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Melki Sedek Huang buka Bunyi terkait kasus dugaan pelecehan seksual yang mengarah ke dirinya. Dia menegaskan, dirinya Kagak melakukan sama sekali perbuatan tersebut dan Kagak mengetahui kronologinya seperti apa.
“Tiba Ketika ini, saya Kagak Paham kronologinya seperti apa. Sama sekali Kagak Eksis clue dan bahkan belum Paham siapa yang melaporkan,” kata dia usai menghadiri acara Obrolan di Universitas Paramadina, Kamis (21/12/2023).
Melki Ketika ini tengah dinonaktifkan dari jabatannya sebagau Ketua BEM UI atas dugaan kekerasan seksual yang beredar di lini masa. Kasus ini sedang diinvestigasi oleh Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) UI.
Penonaktifan Melki ini tertuang dalam SK Wakil Ketua BEM UI dengan nomor surat SK BEM UI Nomor 1822/SK/WAKILKETUA/BEMUI/XII/2023 yang ditandatangani oleh Wakil Ketua BEM UI 2023, Shifa Anindya Hartono pada 18 Desember 2023.
Sebelumnya, muncul di thread di X atau Twitter dari akun @BulanPemalu pada pukul 13.50 WIB. Judul thread tersebut adalah ‘KABEM UI ngelakuik KEKERASAN SEKSUAL’. Thread dari akun ini lantas menimbulkan pro dan kontra, mengingat Melki dikenal sebagai aktivis yang menentang kekerasan seksual. Kagak hanya itu, dia juga dikenal aktif mengkritisi kebijakan pemerintah di Rendah kepresidenan Joko Widodo.
Kendati demikian, Melki menghormati proses hukum yang berlaku demi mempertegas situasi yang terjadi belakangan ini.
“Yang Jernih kita kedepankan dulu perspektif korban dan biarkan prosesnya berjalan saja. Tetapi, harus Eksis kejelasan antara hitam dan putihnya biar Kagak menjadi spekulasi. Terpenting, berdasarkan pengalaman saya sendiri, saya Kagak pernah melakukan itu,” ucapnya.
“Jadi, biarkan prosesnya berjalan, Betul atau salah biarkan proses itu yang kemudian membuktikan. Karena saya siap Buat membuktikan dan siap Buat mengikuti Sekalian proses yang Eksis,” tutup dia. (RMA/DIM)
Baca Juga:
Guru Ngaji Pelaku Kekerasan Seksual 15 Anak Diminta Dijerat Pidana Tambahan