PAKAR hukum tata negara dari Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera, Bivitri Susanti menilai tak banyak partai politik di Indonesia yang memiliki ideologi jelas. Kebanyakan, partai politik menawarkan politik jalan tengah untuk mencari aman.
“Tengah artinya tidak dimaknai terlalu konservatif dan tidak terlalu moderat progresif,” kata Bivitri di Jakarta, Selasa (10/9).
Hal itu disampaikannya dalam diskusi kelompok terpumpun atau focus group discussion (FGD) bertajuk Pembangunan Partai Politik dan Demokrasi Indonesia Emas 2024 dalam Perspektif Administrasi Publik yang digelar Ikatan Alumni Politeknik STIA LAN (Lembaga Administrasi Negara) Jakarta.
Baca juga : Jabatan Politik Harus Diatur, Termasuk Pimpinan Partai
Dengan politik jalan tengah itu, Bivitri mengatakan program-program yang ditawarkan partai politik sekadar gimik belaka, bukan program yang berkarakter ideologi kuat. Program populis itu, misalnya, makan siang gratis yang dilengkapi dengan gimik kampanye lewat lagu dan gerakan.
Ia menilai, lewat politik jalan tengah, partai cenderung mengambil langkah yang aman dan mengikuti arah suara populer berayun. Padahal, praktik seperti itu justru membuat posisi partai politik makin jauh kepada masayrakat.
“Sehingga parpol menjauhkan warga dari politk bermoral. Politik sebenarnya penuh values, harusnya dasarnya moralitas. Voters turn out (pemberi hak suara) tinggi, tapi tidak bermakna,” tandasnya. (Tri/P-2)