Mata Malas pada Anak Bisa Harus Dapat Terapi Sejak Awal

Mata Malas pada Anak Bisa Harus Dapat Terapi Sejak Dini
Ilustrasi(freepik.com)

AMBLYOPIA atau mata malas pada anak harus diterapi dengan baik sehingga mencegah terjadinya penglihatan ketika sudah dewasa. Amblyopia adalah penurunan perkembangan penglihatan yang terjadi ketika otak tidak mendapat rangsangan normal dari mata. Penglihatan itu bisa terjadi dari kedua mata kemudian disampaikan melalui syaraf mata. Eksis sebagian syaraf mata yang menyilang, ada yang tidak menyilang.

“Kemudian lanjut ke pusat penglihatan di otak. Di pusat penglihatan ini kita semua bisa melihat. Apabila mata menyampaikan gambaran yang baik, tajam, dan tidak buram, maka dia akan menyimpan di otak dan otak akan mengerti,” kata Ketua Golongan Keahlian Mata Anak Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami), Feti Karfiati Memed, Senin (7/10).

Tetapi bila yang disampaikan oleh kedua mata atau satu mata buram, maka otak akan tidak bisa menerima laporan dari mata tersebut. Perkembangan penglihatan yang tidak normal terjadi ketika salah satu atau kedua mata mengirimkan gambar yang kabur atau terdistorsi ke otak.

Maka otak tidak dapat belajar melihat dengan jelas dengan mata tersebut meskipun sudah menggunakan kacamata sehingga disebut amblyopia. Tak pernah bekerja, memberikan gambaran yang buram kepada otak, ketika otak tidak mengerti, akhirnya komunikasi mata dengan otak tidak terjadi dan akhirnya penglihatan tidak terjadi sempurna.

Cek Artikel:  Imam Besar Istiqlal dan Paus Fransiskus akan Bersua Bahas Kesepakatan Persaudaraan

“Hanya anak-anak yang bisa terkena amblyopia. Apabila tidak diterapi pada masa anak-anak, hal ini akan mengakibatkan hilangnya penglihatan secara permanen. Penyebab paling umum dari kehilangan penglihatan pada orang dewasa usia 20-70, jadi usia produktif, adalah amblyopia pada masa kanak-kanak yang tidak diterapi dengan baik,” ujar dia.

Penyebab amblyopia antara lain terjadi kelainan refraksi yang tidak terkoreksi. Bisa myopia atau mata minus, mata silindris, mata plus, kemudian adanya mata juling, atau kelainan di dalam matanya, misalnya ada katarak.

Sehingga ia menyarankan agar kegiatan skrining mata pada anak wajib dilakukan sejak kecil di fasilitas kesehatan anak karena gangguan penglihatan pada anak bisa dicegah.

Ia menjelaskan apabila pemeriksaan penglihatan pada usia sekolah bisa jadi terlambat, karena amblyopia mulai menjadi sulit disembuhkan setelah usia 5 tahun, dan kehilangan penglihatan permanen bisa mulai terjadi bila terapi amblyopia setelah usia 8-10 tahun.

“Kita mulai dengan anak-anak mana yang mempunyai risiko untuk terjadinya suatu gangguan penglihatan. Jadi kita menilai risiko. Risiko yang pertama, riwayat keluarga ada yang menderita juling, mata malas waktu kecil tidak diterapi, kemudian penggunaan kacamata dari mulai kecil,” ucapnya.

Cek Artikel:  KLHK dan BMKG Bakal Bersinergi untuk Cocokisasi Data Emisi Gas Rumah Kaca

Selain itu juga ada riwayat medis sebelumnya, misalnya anak tersebut lahir prematur, kemudian ada delay development atau perkembangan terlambat, misalnya umur 9 bulan masih belum bisa berbalik badan, kemudian umur 15 bulan belum bisa jalan, dan adanya diabetes melitus.

Kemudian misalnya ada riwayat masalah dengan mata pada anak tersebut. Eksis juling atau strambismus, mata berair atau kelopak mata yang turun, sehingga bisa menutupi sumbu penglihatan dan pupilnya bisa tertutup, akhirnya adanya gangguan melihat.

Kemudian apakah ada penglihatan buram. Tapi kalau untuk mencari penglihatan buram pada anak, kadang-kadang anak banyak sekali yang tidak pernah mengeluh matanya buram.

“Kemudian screening tajam penglihatan adalah standar emas saat ini. Pada anak-anak yang sudah bisa bekerjasama, pengukuran tajam penglihatan secara langsung menggunakan cart atau kartu pemeriksaan adalah menjadi standar emas untuk pemeriksaan penglihatan,” katanya.

Feti juga menjelaskan sering terjadinya hambatan dalam skrining seperti kerja sama yang buruk dari anak yang sangat kecil karena tidak mudah untuk memeriksa anak dengan keadaan anak yang tidak kooperatif. Kemudian sering kali membutuhkan waktu terlalu lama untuk pemeriksaan tersebut sehingga anak tersebut bosan hingga staf yang tidak cukup terlatih.

Cek Artikel:  Rupanya Anjing Bisa Ingat Nama Mainan Setelah Dua Mengertin

Eksispun pedoman skrining ketajaman penglihatan ini tergantung usia. Eksis bayi baru lahir sampai usia 35 bulan. Hal yang dilakukan pertama yakni perlu ditanyakan riwayat kesehatan, termasuk masalah mata pada keluarga. Kemudian cek penglihatan pergerakan mata atau adanya nistakmus atau matanya bergerak dan tidak diam, termasuk posisi bola mata.

“Refleks pada kornea, serta cover test untuk melihat ada juling atau tidak. Red reflex harus positif pada anak yang normal. Pada usia 36-47 bulan atau 3-4 tahun, harus bisa mengukur tajam penglihatan, dan harus mampu mengidentifikasi sebagian besar optotype, baris 20 per 50 pada masing-masing mata. Jadi periksanya satu-satu,” ungkap Feti.

Feti menjelaskan pada kartu pemeriksaan mata, cukup sebetulnya tidak harus 100% seperti orang dewasa, cukup 20 per 50. Artinya sekitar 40%  yang bisa dia baca atau dia amati. Pemeriksaan dilakukan pada jarak sekitar 3 meter, tergantung untuk ukuran kartunya. (S-1)

Mungkin Anda Menyukai