MENTERI Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyarankan masyarakat yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan rutin melakukan vaksinasi setiap 6-12 bulan sekali untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
“Buat yang immunocompromise (kekebalan tubuh rendah), punya komorbid banyak, saya rasa perlu secara rutin 6-12 bulan sekali divaksinasi Covid-19 karena virusnya tetap ada, enggak bakal hilang,” kata Menkes usai meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Ia menjelaskan, vaksin penguat atau booster Covid-19 masih diperlukan karena dapat bertahan selama 50-100 tahun dalam tubuh hewan, sehingga masyarakat yang memiliki komorbid atau kekebalan tubuh rendah rentan tertular apabila terjadi pandemi kembali.
Baca juga : Upaya Preventif Pengaruhtif Hindari Penyakit pada Orang Dewasa dengan Vaksin
“Virus corona saya baru belajar juga dari teman-teman di Biotis, ini kan familinya corona, di hewan itu bisa bertahan 50-100 tahun. Selama badan kita sehat, enggak apa-apa, tetapi kalau kita punya komorbid banyak dan badannya sudah enggak sehat, itu bisa enggak baik,” ucap Budi.
“Jadi lebih baik untuk yang punya komorbid, rutin lah divaksin setahun sekali, toh vaksinnya sudah ada, aman, dan nyaman untuk digunakan,” imbuhnya.
Menkes mengemukakan, tugas pemerintah yakni memastikan pendidikan tentang vaksin dapat tersampaikan kepada seluruh masyarakat agar mereka lebih tenang ketika mendapatkan vaksin dari dalam negeri.
Baca juga : Rencana Vaksinasi Berbayar Perlu Dipertimbangkan Kembali
“Itu memang tugasnya kita untuk mendidik para ibu-ibu terutama, supaya lebih tenang kalau diimunisasi atau vaksinasi. Dengan adanya media sosial sekarang, memang segala macam hoaks itu beredar, untuk itu saya minta tolong dengan media, imunisasi dan vaksinasi itu prosesnya panjang sekali, enggak mungkin bisa keluar tanpa approval (persetujuan) dari otoritas-otoritas seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM),” paparnya.
Ia menegaskan, beberapa vaksin bahkan sudah melalui otoritas dari dunia seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sehingga keamanannya sudah pasti teruji.
“Kemudian, orang mencegah dengan divaksinasi itu jauh lebih murah, nyaman, dibandingkan dia terkena penyakit duluan. Sekarang misalnya lagi menjalar cacar air atau cacar monyet, segala macam jenis cacar, itu dulu banyak membuat masyarakat menderita dan cacat, kemudian keluar vaksinnya, kita divaksin, akhirnya itu kan hampir hilang dari dunia,” tuturnya.
Menurut dia, patogen atau virus berpotensi untuk bermutasi kembali sehingga lebih baik mengutamakan tindakan preventif daripada kuratif.
“Itu sebabnya menurut saya jauh lebih baik kita lakukan tindakan preventif, salah satunya adalah vaksinasi, dibandingkan harus mengobati,” ujar dia. (Ant/H-2)