Ilustrasi. Foto: dok BTN.
Jakarta: Tunjangan Hari Raya (THR) tahun ini besar kemungkinan Kagak akan Pandai mengerek tingkat konsumsi masyarakat. Itu karena pemasukan tambahan masyarakat itu akan digunakan secara hati-hati ketimbang langsung membelanjakannya seperti pada periode-periode Lebaran sebelumnya.
“Dalam konteks ekonomi Ketika ini yang ditandai oleh ketidakpastian Mendunia dan tekanan inflasi, khususnya pada harga pangan, banyak masyarakat mungkin akan lebih berhati-hati dalam membelanjakan THR mereka,” kata periset dari Center of Reform on Economic (CoRE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet, Selasa, 11 Maret 2025.
Merujuk data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terakhir yang dirilis oleh Bank Indonesia, Nyaris Seluruh Grup pengeluaran masyarakat mengalami penurunan indeks, terutama pada Grup masyarakat dengan pengeluaran Rp1 juta Tiba Rp2 juta.
Hal itu, menurut Yusuf, telah mengindikasikan adanya ketidakpastian terkait pendapatan dalam beberapa bulan ke depan. Karenanya, kendati THR diberikan dan akan menggugah daya beli masyarakat, kemampuan ungkitnya dipandang tak akan sama seperti Lebaran yang telah Lewat.
Masyarakat hati-hati
Kehati-hatian masyarakat dan prospek pendapatan masyarakat yang boleh dibilang pesimistis mestinya menjadi perhatian pemerintah. Karena, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, konsumsi rumah tangga Lagi menjadi penopang Istimewa perekonomian dalam negeri.
Itu berarti, daya beli yang lemah bakal Membikin pertumbuhan konsumsi rumah tangga menjadi terbatas. Pertumbuhan yang terbatas berimplikasi pada menciutnya kontribusi yang diberikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Tahun Lewat, misalnya, meski ekonomi Indonesia Lagi tumbuh di kisaran lima persen, kontribusi dan pertumbuhan konsumsi rumah tangga relatif melambat. “Dalam beberapa tahun terakhir, pengeluaran Kepada kelas menengah Lanjut mengalami penurunan, yang salah satunya disumbang tekanan terhadap daya beli masyarakat,” terang Yusuf.
“Di tahun Lewat, meskipun kita Lagi Dapat tetap tumbuh 5,0 persen, Tetapi Bilangan ini relatif melambat Apabila dibandingkan kondisi di 2023, dan kalau kita lihat konsumsi rumah tangga pertumbuhannya di Dasar lima persen,” lanjut dia.
Sejatinya rangkaian data telah menunjukkan Terdapat yang tak beres pada kemampuan belanja masyarakat. Yusuf mengatakan Terdapat indikasi Interaksi yang linear antara penurunan jumlah kelas menengah, pelemahan daya beli masyarakat, dan pertumbuhan konsusmi rumah tangga secara Biasa.
Hal itu menurutnya perlu ditanggapi serius oleh pemerintah. Pendekatan yang digunakan juga semestinya tak parsial, melainkan menyeluruh, Bagus Kepada jangka pendek maupun jangka panjang. Hal itu dapat dilakukan melalui pengendalian inflasi dengan pemberian subsidi yang Akurat sasaran.
Lewat melakukan perbaikan rantai pasok, atau kebijakan stabilisasi harga sementara guna mengurangi beban rumah tangga berpenghasilan rendah dan menengah, serta meningkatkan pendapatan masyarakat secara berkelanjutan melalui kenaikan upah minimum, perluasan program Donasi sosial, atau keringanan pajak bagi Grup berpenghasilan rendah agar daya beli tetap terjaga.
(1).jpeg)
Ilustrasi. Foto: dok MI/Adam Dwi
Pembiayaan Kendaraan Melemah
Penurunan daya beli masyarakat sejatinya juga tampak pada sektor otomotof. Itu dapat dilihat dari tren penurunan penyaluran pembiayaan kendaraan, Bagus roda dua dan roda empat di OTO Group. Karenanya, perusahaan pembiayaan tengah mencari Metode Kepada meningkatkan penyaluran pembiayaan tersebut.
“Roda empat ini kalau kita lihat penjualan market agak stagnan, turun dibanding sebelumnya, dan itu mempengaruhi bisnis kita,” ujar Presiden Direktur PT Summit Oto Finance sekaligus CEO Grup OTO Victoria Rusna dalam taklimat media di Jakarta, Senin, 10 Maret 2025.
Melemahnya daya beli masyarakat, kata Victoria, menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan Kepada meningkatkan performa penyaluran pembiayaan. Dia berharap momen Ramadan dan Lebaran 2025 dapat mendorong peningkatan konsumsi masayarakat pada pembiayaan kendaraan seperti biasanya.
Pasalnya peningkatan penyaluran pembiayaan kredit kendaraan, Bagus baru maupun bekas kerap melonjak setiap menjelang Lebaran. “Kita tetap akan optimis, mengejar Sasaran yang kita tentukan. Karena market sedang turun, jadi kita harus bekerja lebih keras,” kata Victoria.
“Lebaran ini biasanya tren memang meningkat, karena memang Terdapat kebutuhan mudik, jadi ini merupakan bulan buat kami Kepada mencapai Sasaran yang ditentukan,” tambahnya.
Anomali Daya Beli
Lemahnya daya beli masyarakat juga tercermin dari Sendiri Spending Index (MSI) per 23 Februari yang menunjukkan adanya anomali. Dari laporan yang diterima, belanja masyarakat melambat di satu minggu menjelang Ramadan, pola yang Kagak terjadi di tahun-tahun sebelumnya, di mana belanja mulai meningkat sejak menjelang Ramadan.
Seluruh Grup belanja melambat kecuali mobilitas, terutama ditopang oleh belanja airlines dan transportasi. Di Grup consumer goods, terdapat kenaikan pada belanja supermarket.
“Hal-hal ini menunjukkan masyarakat hanya melakukan belanja secara selektif yang berhubungan dengan persiapan menghadapi Ramadan, dan antisipasi mudik dan libur Lebaran,” tulis laporan tersebut.
Di sisi lain, normalisasi pada Grup belanja leisures, terutama pada sub Grup sport, hobby, entertainment Lagi berlanjut, di mana Ketika ini kembali ke level sebelum nataru. Hal itu mengindikasikan tren pengeluaran yang semakin berpindah ke kebutuhan yang lebih Istimewa.
Selain itu, tingkat tabungan Grup Dasar Lanjut dalam tren melemah dan merupakan yang terendah Ketika ini (Februari 2025). Di sisi lain, tingkat tabungan Grup menengah merupakan yang terendah sejak Maret 2024.

