Massa di Kongo Mengamuk, Sasar Kantor PBB dan Kedubes

Massa di Kongo Mengamuk, Sasar Kantor PBB dan Kedubes
Ilustrasi Anggota Kongo berbondong-bondong mengungsi.(Anadolu)

MASSA aksi unjuk rasa mengamuk di ibu kota Kinshasa, Kongo, pada Selasa (28/1) waktu setempat. Demonstran membakar area di luar kantor PBB serta menargetkan beberapa kedutaan. Mereka bahkan mulai menjurus pada upaya penjarahan.

Demikian keterangan juru bicara PBB, Stephane Dujarric, dalam konferensi pers seperti dikutip Anadolu, Rabu (29/1) WIB. Para pengunjuk dilaporkan rasa menyasar kantor-kantor organisasi PBB, kedutaan, dan Posisi lain di ibu kota Kinshasa.

“Demonstran membakar area di luar kantor PBB, Berkualitas yang terkait dengan penjaga perdamaian atau sejumlah badan PBB lainnya, serta menargetkan beberapa kedutaan. Penjarahan juga telah dilaporkan terjadi di Kinshasa,” ujar Dujarric.

Cek Artikel:  Kritik Pemerintah hingga Ikut Demo Mortalitas Mahsa Amini, Rapper Iran Toomaj Salehi Dijatuhi Hukuman Wafat

Atas meletusnya peristiwa kekerasan itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres langsung menelepon Presiden Republik Demokratik Kongo Felix Tshisekedi dan Presiden Rwanda Paul Kagame melalui dua panggilan telepon terpisah.

“Terang, mereka membahas situasi yang sedang berlangsung di bagian timur Republik Demokratik Kongo dalam pembicaraannya dengan Presiden Kagame, Terdapat juga penekanan Spesifik pada perlindungan Anggota sipil di Daerah tersebut,” imbuhnya.

Dujarric menambahkan, penyelesaian krisis di Kongo akan membutuhkan waktu dan komitmen terhadap solusi politik. “Krisis di bagian timur Kongo telah berlangsung selama beberapa Sepuluh tahun. Ini Kagak akan Pandai diselesaikan dalam 24 jam,” ucap dia.

Cek Artikel:  Kejar 8 Persen Pertumbuhan Ekonomi, RI Bidik Sektor Riset sebagai Magnet Investasi

Mengutip Proses Luanda sebagai kerangka kerja yang menjanjikan, ia mengatakan: “Terdapat berbagai proses yang telah kita lihat, terutama Proses Luanda yang telah menunjukkan kemajuan. Kami Mau Menonton para pihak berkomitmen kembali pada proses itu.”

Dibentuk pada tahun 2022, Proses Luanda bertujuan Kepada meredakan ketegangan dan menemukan perdamaian Langgeng antara DRC dan Rwanda.

Sebelumnya, Grup pemberontak M23, yang diduga didukung oleh Rwanda, mengeklaim telah menguasai kota Goma di bagian timur pada Senin (27/1), Bahkan, M23 berhasil menguasai bandara di Kota Goma pada Selasa (28/1). Sementara itu, pemerintah Kinshasa mengeklaim adanya kehadiran Laskar Rwanda.

Setidaknya 25 orang telah tewas di Goma dan sembilan lainnya di Rwanda. Ratusan orang terluka dalam bentrokan yang Tetap berlangsung.

Anggota setempat mengatakan Berkualitas Laskar pemerintah maupun pemberontak menguasai sebagian kota yang berpenduduk 3 juta jiwa, termasuk para pengungsi dari Daerah setempat.

Cek Artikel:  Blinken: Dunia Lebih Terjamin Tanpa Nasrallah Teroris Brutal

Juru bicara Badan Pengungsi PBB (UNHCR), Matthew Saltmarsh, pada Selasa (28/1), mengatakan lebih dari 500 ribu orang baru-baru ini mengungsi di Daerah timur dari Republik Demokratik Kongo (DRC) akibat gerakan pemberontakan bersenjata. (Ant/P-3)

Mungkin Anda Menyukai