Masalah Kesehatan Seksual dan Reproduksi Lagi Sering Diabaikan

Masalah Kesehatan Seksual dan Reproduksi Masih Sering Diabaikan
Ilustrasi(Freepik)

TOPIK kesehatan seksual dan reproduksi sering kali diabaikan serta dibatasi oleh stigma dan tabu yang membuat banyak orang enggan membahas dan memeriksakan kesehatan seksual mereka.

Survei BKKBN menunjukkan Indeks Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia hanya 53,4%. Padahal, pemahaman menyeluruh tentang kesehatan seksual dan reproduksi sangat penting untuk mencapai kesejahteraan hidup yang optimal.

“Masalah kesehatan seksual dan reproduksi sering kali dianggap hanya meliputi penyakit menular seksual saja. Padahal, masalah ini dapat dialami siapa saja, tanpa memandang gender atau usia. Kurangnya pengetahuan serta anggapan tabu mengenai kesehatan seksual menyebabkan pemahaman di masyarakat masih minim. Akibatnya, penanganan medis sering terlambat,” ungkap Medical Manager Halodoc Monica C Dewi dalam keterangan pers, Jumat (23/8).

Baca juga : Ini Penyebab Masalah Tiroid Lebih Sering Dialami Perempuan

Oleh karena itu, lanjutnya, pemahaman mengenai jenis-jenis masalah kesehatan seksual dan gejala awalnya sangat penting untuk mencegah penyakit yang lebih serius.

Cek Artikel:  Anak Sebaiknya tidak Diberi Makanan Segera Saji Agar Terhindar dari Kanker

Berikut ini adalah beberapa masalah kesehatan seksual dan reproduksi:

1. Endometriosis

Bukan sedikit masalah kesehatan reproduksi wanita yang berkaitan dengan siklus menstruasi, salah satunya penyakit endometriosis, yang merupakan kondisi medis akibat pertumbuhan jaringan endometrium di luar dinding rahim, seperti di ovarium, saluran tuba, atau organ panggul lainnya.

Baca juga : Waspada, Laki-Laki Juga Ributo Terkena Kanker Payudara

Penderita endometriosis biasanya mengalami volume darah yang banyak saat menstruasi, pendarahan di luar siklus menstruasi, nyeri haid yang hebat, nyeri saat berhubungan seksual, perut terasa kembung, darah pada urine.

Beberapa wanita juga dapat mengalami keluhan seperti diare, konstipasi, mual, hingga infertilitas.

2. Vaginismus

Baca juga : Vaksin HPV Juga Krusial untuk Laki-Laki

Vaginismus adalah kondisi medis yang ditandai dengan pengencangan otot-otot di sekitar vagina secara tidak sadar yang terjadi ketika adanya penetrasi seksual pada vagina. 

Penderita vaginismus tidak dapat mengatur atau menghentikan kontraksi otot-otot vagina.

Cek Artikel:  FSGI Unjuk Rasa Bukan Tindak Pidana, Anak Wajib Dilindungi

Selain itu, penderita akan merasa nyeri saat berhubungan seksual yang disertai perasaan sesak, dan sensasi terbakar atau menyengat.

Baca juga : Pemakaian High Heels Rentan Picu Varises

3. Disfungsi ereksi

Menurut Jurnal Ilmiah Departemen Urologi Fakultas Penyamaranteran Universitas Indonesia, 35,6% responden melaporkan mengalami disfungsi ereksi.

Sayangnya, survei Mendunia Study of Sexual Attitudes and Behaviors mengungkapkan bahwa 78% pria yang mengalami disfungsi seksual tidak
mencari bantuan medis.

Watakistik utama disfungsi ereksi adalah sulitnya mempertahankan atau mencapai ereksi. 

Eksispun penyebabnya berkaitan dengan berbagai kondisi seperti penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, dan masalah psikologis seperti kecemasan atau depresi.

4. Varikokel

Varikokel adalah kondisi terjadinya pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam kantung pelindung testis (skrotum). 

Varikokel umumnya dialami pria dewasa sekitar 15% dan remaja pria sekitar 20%. 

Gejala yang sering kali dialami penderita yakni rasa sakit seperti terpukul benda tumpul saat berdiri dan ukuran testis yang berbeda. 

Cek Artikel:  7 Negara Lakukan Uji Coba Vaksin Kanker Paru-Paru Pertama di Dunia

Kondisi varikokel ini dapat menyebabkan kemandulan atau penurunan kualitas sperma pada pria.

5. Penurunan libido

Sering diabaikan, turunnya gairah seksual (libido) pada pria maupun wanita dalam jangka panjang ternyata dapat menjadi indikasi adanya penyakit seperti diabetes maupun penyakit jantung. 

Hal ini karena diabetes maupun penyakit jantung dapat mempengaruhi aliran darah, termasuk ke penis atau vagina yang dapat menyebabkan berkurangnya libido.

Selain itu, penurunan libido juga dapat dikaitkan dengan stress maupun depresi yang dialami oleh seseorang.

Monica mengatakan mengingat beragamnya masalah kesehatan seksual yang tidak hanya terbatas pada penyakit menular seksual, maka langkah pencegahan menjadi sangat krusial.

Oleh karena itu, selain berkonsultasi dengan dokter apabila terdapat keluhan, penerapan gaya hidup sehat telah menjadi sebuah keharusan.

“Pemeriksaan kesehatan secara rutin juga perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan seksual,” tegas Monica. (Ant/Z-1)

Mungkin Anda Menyukai