Liputanindo.id – Pengadilan Hanoi menjatuhi hukuman 22 tahun penjara kepada mantan taipan properti dan penerbangan Vietnam Trinh Van Quyet. Hukuman itu dijatuhkan atas kasus penipuan dan manipulasi pasar saham senilai 146 juta dolar AS (Rp2,3 triliun).
Berdasarkan putusan pengadilan, Quyet yang memiliki kerajaan resor mewah, lapangan golf, dan maskapai penerbangan berbiaya rendah Bamboo Airways milik FLC, dijatuhi hukuman terberat karena ia adalah pemimpin penipuan tersebut.
“Melalui pasar saham, para terdakwa melakukan penipuan yang menyebabkan ketidakpercayaan bagi investor dan pasar saham, yang menyebabkan kemarahan di masyarakat,” kata Pengadilan Rakyat Hanoi dalam putusannya, dikutip AFP, Senin (5/8/2024).
Trinh Van Quyet termasuk di antara 50 terdakwa yang dinyatakan bersalah dalam kasus korupsi terbaru yang menargetkan elit bisnis negara komunis tersebut. Ke-49 orang lainnya, termasuk dua saudara perempuan Quyet dan empat pejabat bursa saham, dijatuhi hukuman antara 14 tahun penjara dan hukuman percobaan 15 bulan.
Para pelaku didakwa melakukan penipuan, manipulasi pasar saham, penyalahgunaan kekuasaan, dan menerbitkan informasi pasar saham palsu.
“Oleh karena itu, hukuman yang relevan diperlukan,” kata pengadilan.
Menurut dakwaan jaksa, Quyet mendirikan beberapa pialang pasar saham dan mendaftarkan puluhan anggota keluarga untuk berpura-pura mengelola dan memainkan saham.
Tetapi polisi mengatakan meskipun perintah untuk membeli saham dilakukan dalam ratusan sesi perdagangan yang mendorong nilai saham, perintah tersebut dibatalkan sebelum dicocokkan.
Pengadilan mengatakan Quyet telah mengantongi lebih dari 146 juta dolar AS secara ilegal antara tahun 2017 dan 2022. Selama jangka waktu itu, pengadilan mencatat jumlah korban yang dirugikan mencapai 25.000 orang.
Selama menjalani persidangan Quyet mengatakan bahwa dia memiliki mimpi besar untuk mengubah kehidupan orang-orang Vietnam biasa dan membangun resor serta perumahan yang bisa mengubah masyarakat. Impian itu mendorongnya untuk bertindak melanggar hukum.
“Apa yang saya lakukan akan menghantui saya sepanjang hidup saya,” kata Quyet, mengutip VnExpress.
Pengadilan mengakui bahwa kelompok FLC telah mengembangkan dan berinvestasi dalam banyak proyek di daerah terpencil dan miskin, menciptakan ribuan lapangan pekerjaan dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi.
Kasus ini merupakan bagian dari tindakan keras korupsi nasional yang telah menyeret banyak pejabat dan anggota elit bisnis Vietnam dalam beberapa tahun terakhir.
Pada bulan April, seorang taipan properti terkemuka Vietnam dijatuhi hukuman mati dalam kasus penipuan senilai 27 miliar dolar AS. Ia telah mengajukan banding atas hukumannya.
Selain itu, pada akhir April, pimpinan salah satu perusahaan minuman ringan terkemuka di Vietnam dijatuhi hukuman penjara selama delapan tahun dalam kasus penipuan senilai 40 juta dolar AS.