KEMAJUAN teknologi telah membawa Definisificial Intelligence (AI) ke pusat perhatian dalam transformasi sistem pendidikan global. Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan University of Southern California (USC), baru-baru ini, menjalin kolaborasi untuk mendirikan AI Center yang bertujuan mempercepat adopsi teknologi ini dalam pendidikan di Indonesia. Inisiatif ini, meskipun menjanjikan, juga memunculkan tantangan signifikan, terutama dalam hal plagiarisme.
AI Center yang didirikan melalui kerja sama antara UKI dan USC akan menawarkan program pendidikan dan pelatihan di bidang AI yang berkualitas tinggi.
Melalui sinergi antara keahlian kedua institusi ini, pusat tersebut diharapkan mampu memperkenalkan teknologi AI kepada mahasiswa dan profesional, serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan digital yang akan datang.
Baca juga : Kehadiran ChatGPT Disebut akan Ciptakan Siswa yang Tak Jujur
Perwakilan USC Profesor Melnick menjelaskan, “Kehadiran AI dalam pendidikan berpotensi menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal dan efektif. AI dapat memfasilitasi proses penilaian akademik, mengurangi beban kerja dosen, dan memastikan penilaian dilakukan dengan objektivitas tinggi.”
AI memiliki kemampuan untuk menganalisis data secara cepat dan efisien, yang memungkinkan pengembangan materi dan metode pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap mahasiswa.
“Dengan analisis data yang canggih, AI dapat memahami preferensi dan kebutuhan belajar masing-masing mahasiswa, sehingga kami dapat menyediakan materi yang paling sesuai dan metode pengajaran yang lebih efektif,” kata Melnick.
Baca juga : Jawaban Ujian dari Kecerdasan Buatan tidak Terdeteksi dan Ungguli Siswa
Tetapi, salah satu tantangan utama dalam penerapan AI di pendidikan adalah risiko plagiarisme. AI dapat digunakan untuk menyalin pekerjaan orang lain, yang menimbulkan kekhawatiran terhadap integritas akademik.
Profesor Melnick menekankan, “Kepada mencegah penyalahgunaan AI, kami menyarankan mahasiswa menyerahkan draf asli sebelum menggunakan AI. Dengan cara ini, dosen dapat memverifikasi karya asli mahasiswa sebelum mereka mengumpulkan versi yang telah dimodifikasi oleh AI.”
Pendekatan ini diharapkan dapat meminimalisir penyalahgunaan AI dan memastikan bahwa mahasiswa tetap menghasilkan karya yang orisinal.
Baca juga : ConveGenius Galang Anggaran US$1,8 Juta untuk Perluas Peran AI di Bidang Pendidikan
Selain itu, Profesor Melnick juga mengungkapkan pentingnya pengembangan perangkat lunak untuk mendeteksi penggunaan AI dalam tugas akademik sebagai langkah penting untuk menjaga integritas pendidikan.
Ketua Pengurus Yayasan UKI Edward Sirait menegaskan kolaborasi ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan literasi AI dan mempersiapkan generasi mendatang menghadapi era digital.
“Kerja sama ini diharapkan dapat memberikan dampak positif di berbagai sektor, termasuk pendidikan. Kami berharap teknologi AI dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas pembelajaran, namun penting untuk memastikan bahwa penggunaannya mendukung proses pendidikan yang baik,” ujar Edward.
Baca juga : Integrasikan Pendidikan AI dan IoT, SIC Cetak Bakat Digital
Melansir dari Dicoding, berikut adalah beberapa contoh pemanfaatan AI dalam bidang pendidikan:
1. Pembelajaran adaptif
Pembelajaran adaptif menggunakan data untuk menyesuaikan pengalaman belajar bagi setiap siswa.
Teknologi AI dapat mengumpulkan data tentang cara belajar siswa dan merekomendasikan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan individu.
Misalnya, fitur practice sets dalam Google Classroom yang tersedia di beberapa lembaga pendidikan internasional dapat menciptakan jalur pembelajaran yang lebih personal.
Meskipun belum tersedia di Indonesia, potensi fitur ini dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sangat signifikan.
2. Penilaian otomatis
Sistem penilaian otomatis berbasis AI mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menilai tugas dan ujian secara manual, serta mengurangi risiko bias dan kesalahan manusia.
Teknologi Natural Language Processing (NLP) memungkinkan komputer untuk menilai esai berdasarkan kejelasan argumen, relevansi, tata bahasa, dan aspek lainnya.
Produk seperti GradeMe oleh Ingenta merupakan contoh sistem penilaian otomatis yang berbasis AI.
3. Aksesibilitas dan inklusivitas
AI dapat membantu siswa dengan kebutuhan khusus. Misalnyanya, Parrotron dapat membantu siswa dengan gangguan bicara dengan memahami ucapan yang tidak jelas dan mengulangnya sehingga dapat dipahami oleh orang lain.
Selain itu, layanan transkripsi dan terjemahan otomatis mempermudah akses konten pendidikan bagi siswa penyandang disabilitas atau mereka yang berbicara dalam berbagai bahasa.
4. Asisten untuk belajar
AI juga berfungsi sebagai asisten belajar, memberikan informasi, merangkum materi, dan menyediakan latihan.
Aplikasi seperti ELSA Speak menggunakan teknologi speech recognition untuk membantu pengguna belajar bahasa Inggris dengan memberikan umpan balik rinci mengenai pengucapan dan tata bahasa.
Akibat yang perlu diperhatikan dari penggunaan AI
Penggunaan AI dalam pendidikan menawarkan banyak manfaat namun juga menimbulkan beberapa dampak yang perlu diperhatikan:
Privasi dan keamanan data
Pengumpulan data yang dilakukan oleh AI harus dilindungi dengan baik dari pelanggaran keamanan dan penyalahgunaan.
Kesenjangan teknologi
Enggak semua lembaga atau individu memiliki akses yang sama terhadap teknologi, yang dapat memperlebar kesenjangan antara daerah yang memiliki sumber daya yang cukup dengan yang tidak.
Ketergantungan pada teknologi
Ketergantungan berlebihan pada AI dapat mengurangi kemampuan siswa dalam mengembangkan keterampilan interpersonal dan pemecahan masalah.
Kecurangan
Penggunaan AI yang tidak bertanggung jawab dapat digunakan untuk kecurangan dalam ujian atau penyusunan karya.
Ketidaksempurnaan algoritma
Bias dalam algoritma AI dapat memengaruhi keadilan dalam penilaian terhadap siswa.
AI memang telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan. Tetapi, penggunaan teknologi ini harus dilakukan dengan bijak untuk memaksimalkan manfaatnya sambil meminimalkan risikonya. (Z-1)