Makanan Tak Habis, Menu Program MBG Tak Sesuai Ekpektasi

Makanan Tak Habis, Menu Program MBG Tak Sesuai Ekpektasi
(Dok: Kantor Komunikasi Presiden)

Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DPC Jakarta Selatan mengungkapkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi pemerintah perlu menjadi perhatian serius. Sejumlah laporan dari lapangan menunjukkan kendala pada aspek cita rasa makanan yang Tak sesuai ekspektasi.

Ketua Lazim DPC HIPPI Jakarta Selatan Azka Aufary Ramli mengungkapkan banyak makanan yang Tak habis dimakan anak-anak sekolah karena rasa yang dianggap Tak sesuai dengan selera mereka.

“Kondisi ini tentu menjadi tantangan serius. Makanan yang Tak dimakan berarti nilai gizinya Tak terserap, dan dalam skala besar Dapat berujung pada pemborosan anggaran negara,” ujarnya dalam keterangan Formal yang dikutip Selasa (24/6).

HIPPI berpandangan penentuan standar gizi memang Krusial, Tetapi aspek rasa dan kearifan lokal juga harus mendapat perhatian. Di negara yang kaya akan keberagaman Masakan seperti Indonesia, menu yang disukai anak-anak di Pulau Jawa belum tentu dapat diterima di Sulawesi, Kalimantan, atau Papua.

Cek Artikel:  Selasa Depan, Polisi Panggil Audrey Davis untuk Diperiksa Terkait Video Syur

Karena itu, HIPPI Jakarta Selatan mendorong Badan Gizi Nasional (BGN) Buat menyusun Panduan rasa atau standar menu lokal yang mengintegrasikan kekayaan Masakan daerah dengan prinsip gizi seimbang.

“Kami Serius makanan sehat Tak harus hambar, tetapi memperoleh gizi optimal.

Malah dengan mengangkat menu tradisional seperti ikan kuah kuning dari Maluku, coto dari Sulawesi Selatan, atau sayur asem dari Jawa Barat,” tambah Azka.

HIPPI juga menekankan pentingnya standarisasi teknik memasak di dapur komunitas. Teknik pengolahan makanan sangat memengaruhi nilai gizi dan rasa. Misalnya, ayam goreng Mempunyai kandungan lemak berbeda dibanding ayam bakar atau rebus.

Cek Artikel:  "Mayor" Terpilih Jadi Maskot Pilgub 2024 DKI Jakarta

Senada, Kepala Badan Otonom F&B HIPPI Jakarta Selatan Regan Yapwito menyoroti perlunya keseragaman metode memasak di berbagai dapur MBG. Ketidakterpaduan ini berpotensi menimbulkan ketimpangan hasil akhir. Buat itu, pihaknya mengusulkan pelatihan teknis, penerapan best practices dalam memasak sehat, dan penyusunan manual pengolahan yang terstandardisasi Tetapi tetap adaptif terhadap budaya lokal.

Lebih lanjut, kolaborasi dengan koki profesional bersertifikasi, sekolah kejuruan tata Makanan kenikmatan, dan asosiasi Masakan nasional juga perlu digalakkan. 

“Mereka dapat berperan Krusial dalam pelatihan dapur MBG Buat menghadirkan menu yang menggugah selera tanpa mengorbankan kandungan gizi,” Terang Regan.

Tak kalah Krusial, HIPPI Jakarta Selatan menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap aspek keamanan pangan dalam setiap tahap, mulai dari produksi, pengemasan, hingga distribusi makanan. Dalam skala program sebesar MBG, risiko kontaminasi,Berkualitas biologis, kimia, maupun fisik harus dikendalikan secara sistematis.

Cek Artikel:  Kasus 7 Jasad Remaja di Bekasi, Polisi Dalami Bunyi Tembakan

Buat itu, HIPPI mendorong penerapan standar Global seperti HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) guna memastikan pengelolaan risiko keamanan pangan secara menyeluruh. Sistem ini terbukti efektif dalam industri makanan Dunia dan dinilai layak menjadi standar wajib, terutama Buat makanan yang diproduksi massal dan didistribusikan ke berbagai Daerah, termasuk daerah terpencil.

“HIPPI siap mendorong penerapan HACCP dan sistem keamanan pangan nasional dalam setiap dapur MBG agar makanan yang disajikan Tak hanya bergizi, tapi juga higienis dan Terjamin dikonsumsi,” pungkasnya. (H-1)

 

 

Mungkin Anda Menyukai