Main Gawai Berlebih Dapat Hambat Kemampuan Bicara Anak

Main Gawai Berlebih Bisa Hambat Kemampuan Bicara Anak
Ilustrasi(123RF)

KETUA Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan anak yang sering menggunakan gawai atau gadget secara berlebihan bisa terganggu perkembangan bicaranya.

Ia mengungkapkan, dokter biasanya bisa melihat perkembangan bicara seorang anak apakah normal atau tidak dari teriakannya. Anak yang teriakannya tidak terarah, melengking, disertai dengan sedikit hiperaktif maka bisa ada indikasi mengalami gangguan dalam perkembangan bicaranya.

“Setelah kita telusuri kembali akhir-akhir ini memang banyak sekali anak-anak yang terpapar dengan gadget secara berlebihan. Bahkan banyak yang sampai pada tahap gadget addict. Ketika adiksi terhadap gadget terjadi pada saat anak itu belum bisa bicara lancar maka berpotensi menghambat kemampuan bicaranya,” kata Piprim dalam konferensi pers secara daring, Selasa (15/10).

Cek Artikel:  Pegunungan Meratus Diusulkan Jadi Taman Nasional

Fenomena itu menjadi sering terlihat di era pascapandemi covid-19. Sebenarnya, terapinya sederhana yakni dengan puasa gadget satu bulan maka bisa terlihat lagi perbaikan yang sangat signifikan.

Teknologi tentu memberikan dampak positif. Tetapi juga harus hati-hati terhadap dampak negatif seperti paparan gadget pada anak-anak yang seharusnya masih bisa dilakukan stimulasi secara langsung oleh orangtuanya.

“Kita tahu bahwa orangtua yang mengajak bercerita, mengajak ngobrol anaknya, membetulkan suku kata kalau ada salah ucap, sangat penting bagi perkembangan bahasa dibandingkan ketika orangtuanya sibuk dengan gadget,” tutur Piprim.

Cek Artikel:  Satu Dasa warsa Program JKN, Indonesia Jadi Pencapaian UHC Tercepat

Sementara anaknya dibiarkan menonton film atau Youtube meskipun pada kategori anak-anak. Tapi stimulasi langsung dari orangtua yang seharusnya bisa dilakukan dua arah hilang. Padahal, imbuh Piprim, ini salah satu kunci keberhasilan stimulasi pada anak.

“Kita tahu anak butuh asih, asuh, dan asah yakni dikasihi dengan sepenuh cinta yang itu tidak bisa diberikan oleh gadget. Kemudian asuh, tentu saja diberi nutrisi yang baik, diberi imunisasi, diberi sandang pangan yang baik dan terakhir adalah asah dengan baik. Diberikan stimulasi secara langsung oleh orangtua maupun oleh caregivernya,” tukasnya.

Jangan sampai anak dilimpahkan kepada gadget. Memang anak menjadi tenang dan orangtua tidak terganggu. Tetapi ini sangat berpengaruh terhadap perkembangannya dan juga aspek-aspek negatif lain pada anak-anak.(M-3)

Cek Artikel:  Rampungkan Segera Regulasi Perlindungan Anak di Ranah Daring

Mungkin Anda Menyukai