Mahalnya Harga Obat Harus Dilihat dari Rantai Produksi dan Distribusi

Mahalnya Harga Obat Harus Dilihat dari Rantai Produksi dan Distribusi
Ilustrasi(freepik.com)

DIREKTUR Pascasarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan untuk mengatasi masalah mahalnya harga obat di Indonesia maka harus dilakukan analisis menyeluruh terkait dua aspek yakni rantai produksi dan rantai distribusi.

“Selain itu, ditambah juga perlunya komitmen politik kebijakan publik. Akan baik kalau analisa mata rantai ini dilakukan secara rinci dan terbuka, serta melibatkan pula pakar kesehatan publik,” kata Tjandra saat dihubungi, Minggu (25/8).

Sebelumnya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan harga obat di Indonesia 4–5 kali lipat lebih mahal dari negara tetangga, Malaysia.

Baca juga : Rayakan Asian Dengue Day 2024, Kemenkes RI Gelar Lomba Gerak dan Tembang Mars 1 Rumah 1 Jumantik

Cek Artikel:  Teknologi Nuklir Pengobatan Kanker Mulai Digunakan di Indonesia

Terkait bahan baku farmasi dalam negeri, perlu ada perhitungan rinci tentang nilai ekonomi ketersediaan bahan baku ini di bandingkan dengan kebutuhan penggunaannya di dalam negeri.

“Kita harus akui juga sekarang bahwa industri sudah terbiasa dengan impor bahan baku ini. Kalau sekarang mau diminta sepenuhnya dari dalam negeri maka karena penggunaan di dalam negeri belum terlalu besar maka harganya jadi relatif tinggi, sehingga orang akan berpaling ke bahan baku dari luar negeri lagi,” ujar dia.

Menurutnya ada tiga cara untuk mengatasi jika nilai ekonomi tidak sepadan dengan kebutuhan dalam negeri. Pertama, sejak awal sudah harus direncanakan untuk potensi ekspornya. Kedua, bisa juga dilakukan kerja sama dengan luar negeri, katakanlah produksi luar negeri tapi di buat di dalam negeri, dan ini di beri intensif, sampai berangsur bisa memproduksi sendiri sepenuhnya.

Cek Artikel:  Prakiraan Cuaca 16 September 2024 Hujan Melanda 16 Kota, BMKG Imbau Waspadai Gelombang Tinggi

“Ketiga, kalau toh bahan baku awal datang dari luar negeri maka kita harus menerapkan teknologi untuk menjadikan nilai tambah dari bahan baku itu, seperti dilakukan oleh negara maju lainnya,” jelasnya.

Selain itu, ketersediaan bahan baku dalam negeri tentu harus diselaraskan dengan aspek pemeliharaan lingkungan yang bersih dan higenis. (H-2)

Mungkin Anda Menyukai