MATEMATIKA sering dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan, dipandang sebagai kompetisi yang hanya dapat dimenangkan oleh anak pintar. Metode belajar seragam yang selama ini diterapkan juga Pandai menimbulkan tekanan dan menurunkan motivasi akibat merasa tertinggal, padahal setiap anak Mempunyai kemampuan dan kecepatan belajar yang berbeda.
Smartick Indonesia hadir Demi mengoptimalkan Metode anak-anak Indonesia belajar matematika dengan menyediakan pengalaman belajar yang adaptif dan terpersonalisasi, menyesuaikan kemampuan dan ritme belajar setiap anak.
“Kami percaya setiap anak berhak mendapatkan akses Demi belajar matematika yang mendukung mereka Demi berkembang sesuai dengan kecepatan mereka sendiri,” kata Galih Sulistyaningra, Co-Founder dan Co-CEO Smartick Indonesia.
Baca juga : Belajar Matematika Juga Bantu Kembangkan Soft Skill Anak
Galih adalah seorang pendidik dengan pengalaman di STEAM Education yang juga Mempunyai pengalaman mengajar di SD Negeri. Setelah menyelesaikan gelar Master di University College London, ia kembali ke tanah air dan menyaksikan banyak anak mengalami kesulitan dalam belajar matematika.
Dengan membawa keyakinan bahwa pendidikan harus melibatkan keluarga dan masyarakat, Galih tergerak Demi membangun Hasil karya Demi membantu anak-anak Indonesia belajar matematika.
Barry Cavin, Co-Founder dan Co-CEO Smartick Indonesia, juga turut membersamai Galih. Barry telah berkarier sebagai guru, kepala sekolah, dan perancang kurikulum. Dengan latar belakang akademis yang kuat di bidang matematika dari Universitas Indonesia dan Imperial College London, ia percaya bahwa pembelajaran yang efektif memerlukan pendekatan holistik.
Baca juga : Belajar Matematika Perlu Dibuat Menyenangkan agar Disukai Siswa
“Matematika bukan hanya tentang Nomor; itu adalah bagian dari kehidupan sehari-hari,” katanya.
Barry aktif membangun komunitas Demi menyebarkan Kasih akan matematika.
Galih dan Barry memutuskan Demi menggandeng dua orang lainnya Demi menjalankan Smartick Indonesia. Sebagai Senior Engineer, mereka mengajak Hadi Saloko, eks Head of Engineer di perusahaan teknologi yang juga Mempunyai kepedulian yang mendalam terhadap pendidikan anak-anak dan Ingin menggunakan keahlian teknologinya Demi menciptakan aplikasi belajar yang inovatif.
Baca juga : 7 Tips dan Trik Menguasai Matematika dalam Waktu Singkat
“Saya Ingin memastikan anak-anak Enggak merasa tertekan dan dapat belajar dengan Metode yang menyenangkan,” ujarnya.
Mereka juga mengajak Waitatiri sebagai Head of Marketing. Menggabungkan pengalaman studi S2-nya yang berfokus pada pembelajaran informal di Harvard Graduate School of Education dan latar belakang karirnya di bidang kreatif, Wai menulis Kitab anak berjudul “The Missing Colors” yang diangkat dari kisah Konkret penyintas bullying di Indonesia.
“Saya percaya pendidikan harus Terjamin dan menyenangkan. Setiap anak berhak belajar tanpa rasa takut,” tegas Wai.
Baca juga : Kolaborasi Penguatan Implementasi Kurikulum Merdeka melalui Lesson Study Matematika SD
Teknologi Smartick sendiri dirancang di Spanyol dan telah digunakan di lebih dari 190 negara di dunia dan terbukti Pandai membangun kemampuan matematika anak. Smartick juga telah disarankan oleh profesor dari Massachusetts Institute of Technology, Oakland University, dan Johns Hopkins University.
“Saya percaya bahwa matematika adalah alat Demi membangun Kepribadian dan keterampilan berpikir kritis. Ini adalah langkah awal menuju generasi yang lebih Berkualitas,” kata Galih.
Begitu ini, Smartick Indonesia kerap aktif membagikan konten dan informasi mengenai matematika melalui akun Instagram-nya, @smartickindonesia. Aplikasi Smartick Indonesia akan Pandai mulai digunakan oleh anak-anak Indonesia di akhir tahun 2024 ini. (H-2)