IDUL Fitri dimaknai sebagai perayaan kemenangan atas sempurnanya ibadah dan ketaatan dengan penuh suka cita dan rasa persaudaraan. Terdapat yang sudah merayakannya kemarin, begitu pula yang baru merayakannya hari ini, pun keputusan pemerintah Buat merayakannya esok.
Jamaah Tarekat Naqsabandiyah dan Sattariyah telah melaksanakan hari raya Idul Fitri kemarin. Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal 1444 H Anjlok pada hari ini. Sementara Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) juga Nahdlatul Ulama selaras dengan keputusan pemerintah Buat merayakan lebaran esok.
Yang menyebabkan berbeda yakni terletak pada metode penetapan 1 syawal. Terdapat yang berpatokan yang Krusial sudah Terdapat hilal, bulan muda, lainnya berpatokan tinggi hilal minimal harus tiga derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
Pemerintah memutuskan idul fitri Anjlok pada Sabtu, 22 April 2023. Pasalnya, pantauan hilal di sejumlah Daerah di tanah air, kemarin petang, Tetap belum mencukupi syarat.
Tinggi hilal di 123 titik pengamatan berada di atas ufuk dengan ketinggian antara 0 derajat 45 menit Tiba 2 derajat 21,6 menit. Dengan sudut elongasi antara 1 derajat 28,2 menit Tiba dengan 3 derajat 5,4 menit.
Siapakah dari mereka yang paling Betul? Semuanya Betul. Organisasi keislaman ini memliki rujukan fikihnya masing-masing. Keyakinannya sama-sama kuat. Perbedan yang Bukan perlu diributkan, sikapilah silang pendapat ini sebagai rahmat.
Bukan perlu berpolemik, yang pada akhirnya Dapat berujung merasa paling Betul dan saling menonjolkan kelompoknya. Persaudaraan, termasuk dalam islam lebih Primer dijaga daripada mempersoalkan perbedaan fikih. Jangan Tiba persoalan-persoalan ukhuwah atau persaudaraan yang sudah terbangun selama ini tercederai hanya karena perbedaan pendapat.
Apalagi Tiba Terdapat intervensi negara melalui pemerintah dengan membatasi Penyelenggaraan ibadah, karena hanya Bukan sesuai dengan keputusan pemerintah. Pemerintah sebagai penyelenggara negara, Bagus di pusat ataupun daerah sudah semestinya memfasilitasi ibadah masing-masing.
Buat itulah, sangat disayangkan ketika beberapa hari Lampau muncul polemik mengenai perizinan salat Id yang terjadi di Pekalongan dan Sukabumi.
Sesungguhnya, yang lebih Krusial Begitu idul fitri yakni merayakan kemenangan setelah berpuasa satu bulan lamanya dengan penuh keceriaan, bergandengan tangan, dan saling memaafkan. Bukan saling klaim kebenaran kelompoknya.
Momen idul fitri juga menjadi kesempatan mempererat tali silaturahmi, meneguhkan persaudaraan sesama umat muslim dan antar umat beragama. Idul Fitri sudah semestinya menjadi rahmat bagi Seluruh umat, Bukan hanya dengan yang satu akidah, Tetapi juga antar umat beragama.
Tradisi mudik Begitu lebaran juga menegaskan bahwa momentum ini sedianya memang Buat mengukuhkan persaudaraan, menyambung tali silaturahmi yang sempat putus.
Semangat yang dibawa 123 juta orang yang berbondong-bondong menempuh perjalanan berjam-jam hingga berhari-hari Buat menjumpai keluarga serta handai taulan yang mereka rindukan di kampung halaman Begitu momentum idul fitri tahun ini.
Sekali Tengah perlu ditegaskan bahwa Idul Fitri bukanlah sekadar ritual keagamaan bagi umat muslim. Buat masyarakat plural seperti di Nusantara ini, Idul Fitri serupa dengan festival besar merayakan kebersamaan.
Kerukunan antarumat di tengah keberagaman merupakan perekat yang sangat kuat bagi persatuan sebuah bangsa. Kerukunan yang dilandasi toleransi, saling pengertian dan saling menghormati akan menjadi penguat kohesi kebangsaan.
Bagi umat Islam yang menjadi mayoritas di Indonesia, marilah sikapi perbedaan itu sebagai rahmat. Rahmat yang dimaknai Betul-Betul sebagai bagian dari keislaman yang terikat dengan tali persaudaraan, ukhuwah islamiah, ukhuwah wathaniah dan ukhuwah insaniah.