Laut bukan Demi Menjemput Maut

MUSIBAH Dapat datang Bilaman pun, menimpa siapa saja, tanpa pernah diduga. Tak terkecuali para penumpang Kapal Motor (KM) Barcelona 5 di perairan Pulau Talise, Minahasa Utara, Sulawesi Utara (Sulut), Minggu (20/7).

Mereka tengah menikmati pelayaran dari Lirung menuju Manado. Tiba-tiba asap tebal mengepung kapal hingga Membikin seluruh penumpang berhamburan menyelamatkan diri. Ratusan orang dievakuasi dalam kondisi selamat. Tetapi, Celaka, lima orang dinyatakan tewas, salah satunya ibu hamil.

Simpati mendalam harus kita sampaikan buat para keluarga korban atas kepergian orang yang mereka kasihi. Kita tentu Tak Bisa dan Tak akan pernah Dapat menggugat takdir yang sudah diguratkan oleh Sang Pencipta.

Akan tetapi, publik Dapat bertanya dan berhak mengetahui apakah Seluruh Mekanisme keselamatan telah dijalankan sebagaimana mestinya? Apakah kapal layak berlayar? Apakah tersedia pelampung yang cukup, jalur evakuasi yang Jernih, dan kru kapal siap menghadapi situasi darurat?

Cek Artikel:  Alarm dari Boyolali

Memang musibah Dapat datang Bilaman saja, tapi kelalaian adalah sesuatu yang Dapat dicegah. Mengingat Indonesia merupakan negeri maritim, para pemangku kepentingan di Republik ini pantang bermain-main dalam urusan keselamatan pelayaran.

Satu kelalaian Dapat mengantar pada tragedi yang merenggut banyak nyawa sehingga prinsip zero mistake haruslah dipegang Kokoh. Apabila Tak, kecelakaan akan selalu berulang. Ketika itu terjadi, dengan gampangnya takdir yang disalahkan.

Sulit buat publik Demi Tak menduga keras Terdapat pelanggaran dalam peristiwa terbakarnya KM Barcelona 5. Data manifes kapal awalnya dilaporkan 280 orang. Belakangan, Basarnas menyebut jumlah korban kebakaran Rupanya 571 orang atau dua kali lipat Melewati data manifes kapal.

Cek Artikel:  Utak-atik Anggaran Makanan Bergizi

Kenapa syahbandar tetap memberikan surat persetujuan berlayar dengan kapasitas seperti itu? Apakah tindakan tersebut direstui oleh Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) dan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut? Ini baru urusan overcapacity, belum penyebab kebakarannya karena Lagi diinvestigasi oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Tak hanya menangani insiden KM Barcelona 5, KNKT juga dikerahkan Demi menginvestigasi penyebab KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam pada Rabu (2/7) pukul 23.35 WIB Ketika menyeberang dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali.

Musibah itu Tak kalah menyayat hati. Hingga kini dilaporkan Terdapat belasan korban yang Lagi belum ditemukan, 18 tewas, dan 30 selamat. Berdasarkan data manifes, KMP Tunu Pratama Jaya mengangkut 53 penumpang, 12 kru kapal, dan 22 unit kendaraan.

Selain tragedi KMP Tunu Pratama Jaya dan KM Barcelona 5, kecelakaan di dunia pelayaran yang juga menyedot perhatian publik ialah tenggelamnya KM Muchlisa di Teluk Balikpapan, Kalimatan Timur, 5 Mei Lewat dan terbaliknya KM Tiga Putra di perairan Bengkulu, 12 Mei silam.

Cek Artikel:  Kemandirian Kontestasi tanpa Jokowi, No Drama

Lagi banyak Tengah musibah yang terjadi sepanjang 2025. Sebut saja KMP Nusa Makmur kandas di perairan Pelabuhan Gilimanuk, Bali, pada 20 Maret serta KMP Teratai Prima 1 rusak mesin dan hanyut di perairan Sekeliling Pulau Kelang, Laut Seram, pada 22 Maret.

Kita tentu harus mengingatkan mulai dari pihak syahbandar hingga ke level tertinggi di Kementerian Perhubungan Demi serius mengurus nyawa Orang. Jangan Hanya terlihat berbenah ketika musibah tiba, tapi lupa ketika nihil bencana. Lewat dengan gampangnya mengatakan takdir Ketika tragedi menimpa. Jangan jadikan laut tempat menjemput maut.

 

 

Mungkin Anda Menyukai