Kuda Pacu sudah Mahir Bahasa Inggris

Kuda Pacu sudah Mahir Bahasa Inggris
Suryopratomo Pemerhati Sepak bola(MI/Ebet)

MUSIM lalu ketika didatangkan dari Benfica, Darwin Nunez diharapkan Liverpool menjadi mesin gol yang produktif seperti di klub Portugal itu sebelumnya. Tetapi, penyerang asal Uruguay itu ternyata tidak setajam seperti yang diharapkan.

Persoalan bukan terletak pada teknik sepak bolanya. Nunez tidak bisa berkomunikasi secara intensif dengan rekan-rekannya baik di dalam maupun di luar lapangan. Nunez menghadapi persoalan dengan bahasa Inggrisnya.

Tanpa ada komunikasi yang baik, maka segalanya memang tidak mungkin berjalan dengan baik. Nunez pun harus berjuang untuk menemukan performa permainan terbaiknya. Instruktur Juergen Klopp harus bersabar untuk menunggu sang bintang berkilau kembali.

Satu musim cukup bagi Nunez untuk menyesuaikan diri. Kini ia sudah lebih lancar berkomunikasi. Klopp pun mengakui pemain yang ia sebut ‘kuda pacu’ karena kecepatan dan semangatnya untuk bertanding itu sudah lebih memahami taktik yang diinginkankan pelatih dan tahu bagaimana seharusnya bermain.

“Saya melihat kemajuan yang besar dalam beberapa pekan terakhir ini. Apabila sebelumnya ia sering salah berkoordinasi di lapangan, sekarang jauh lebih baik. Dia sudah tahu bagaimana seharusnya bermain dan berkomunikasi dengan rekan-rekannya. Ini sungguh bagus,” puji Klopp.

 

Modal berharga

Perubahan besar dari Nunez merupakan modal berharga bagi Klopp untuk menjajal juara bertahan Manchester City di Stadion Etihad, Manchester, malam nanti. Pertandingan ini bukan hanya pertemuan dua klub teratas Aliansi Esensial sekarang, melainkan juga persaingan menuju ke tangga juara.

Manchester City sedang berjuang mencetak treble atau tiga kali berturut-turut merajai Aliansi Esensial. Liverpool yang tahun lalu terseok, kini tampil dengan kekuatan penuh untuk merebut kembali gelar juara.

Cek Artikel:  Inklusi Sosial di Sekolah

Sambungan dari halaman 2

 

Aliansi Esensial selama ini lebih dikuasai oleh tiga kota di Inggris, yaitu Liverpool, London, dan Manchester. Dalam satu dekade terakhir, Manchester lebih sering menjadi juara yakni enam kali (Manchester City lima kali dan Manchester United satu kali). London dua kali melalui kaki Chelsea. Liverpool satu kali. Satu kuda hitam yang mampu menerobos dominasi ketiga kota itu ialah Leicester City.

Klopp menyadari the Citizens tetap merupakan favorit juara. Tetapi, ia menilai permainan Liverpool semakin meningkat. Bukan hanya Nunez yang semakin cocok bermain bagi ‘Tim Merah’, melainkan juga penyerang asal Belanda yang dibeli pada Januari 2023 dari PSV Eindhoven, Cody Dikpo.

Dikpo yang bermain sebagai penyerang sayap di PSV, ditempatkan Klopp sebagai second striker di belakang Nunez. Rupanya Dikpo bisa cepat menyesuaikan diri dengan peran barunya dan mampu membuat lapangan tengah Liverpool lebih solid.

Pemain asal Belanda itu mampu menggantikan peran penyerang asal Brasil Roberto Firmino sebagai penyerang kedua. Firmino yang sudah semakin berumur kini bermain di Aliansi Arab Saudi bersama rekan senegaranya, Fabinho.

“Dia pemain sepak bola yang super dan pribadi yang cerdas,” puji Klopp untuk Dikpo. “Saya kadang tidak menyangka usianya masih 24 tahun. Dia mengerti sepak bola dan selalu bisa menerjemahkan apa yang saya inginkan di lapangan. Dia menempati posisi yang belum pernah ia mainkan, tetapi dia sangat menikmatinya. Kami membutuhkan dia ada di posisi itu.”

Cek Artikel:  Kebijakan Seranganf NATO

Dengan Luis Diaz yang bermain dari sayap kiri dan Mohamed Salah di sayap kanan, Klopp pantas yakin dengan kemampuan anak-anak asuhannya. Apalagi ia memiliki gelandang jangkar, Alexis Mac Allister, yang kokoh sebagai gelandang bertahan dan Dominik Szoboszlai yang menjadi worker.

Liverpool akan menjadi ujian sesungguhnya bagi barisan pertahanan Manchester City. Empat gol yang bersarang di gawang mereka saat menghadapi Chelsea dua pekan lalu menggambarkan bahwa tim asuhan Josep Guardiola bukan tidak memiliki kelemahan.

Apabila Virgil van Dick dan kawan-kawan bisa memanfaatkan kecepatan yang dimiliki, bukan tidak mungkin Klopp akan bisa kembali mengungguli Pep Guardiola. Kejelian untuk melihat peluang akan menjadi penentu kemenangan.

 

Musuh berat

Tetapi, Klopp tidak mau sesumbar untuk bisa mudah mengalahkan the Citizens. Instruktur asal Jerman itu melihat Manchester City sebagai tim juara dan memiliki mentalitas juara sehingga tidak mudah untuk ditaklukkan.

Meski masih harus kehilangan motor permainannya, Kevin de Bruyne, the Citizens tetap mampu memimpin klasemen. Mereka masih memiliki tim yang solid dan mampu mengendalikan permainan.

Kunci kekuatan the Citizens terletak pada gelandang bertahan Rodrigo Hernandez. Gelandang asal Spanyol itu berkali-kali tampil menjadi penentu kemenangan ketika rekan-rekan lainnya sudah putus asa.

Dengan Rodri yang kokoh sebagai jangkar, Bernando Silva bisa lebih leluasa mengatur serangan. Pep Guardiola sangat pandai untuk memanfaatkan lebar lapangan karena memiliki penyerang sayap yang licin seperti Jeremy Doku, Jack Grealish, atau Phil Foden.

Cek Artikel:  Definisificial Intelligence Jalan Mengubah Industri dan Kehidupan

Seperti halnya Klopp, Guardiola memainkan dua penyerang yang saling melapis. Erling Haaland menjadi ujung tombak murni untuk menyelesaikan umpan-umpan dari sayap, sementara penyerang muda asal Argentina Julian Alvarez menjadi second striker di belakangnya.

Kalau Liverpool tidak agresif dalam menekan, the Citizens akan semakin menjadi untuk mengendalikan permainan. Pep Guardiola biasanya mendorong Manuel Akanji atau John Stones untuk menjadi duet Rodri di lapangan tengah.

Manchester City berani bermain dengan tiga pemain di belakang karena percaya center-back Ruben Dias akan mampu mengendalikan pertahanan. Apalagi mereka memiliki dua bek sayap yang bermain tanpa kompromi, Kyle Walker di kanan dan pemain baru Josko Gvardiol di kiri.

Memang kadang fatal juga pola agresif yang dimainkan Pep Guardiola. Ketika pertahanan sayap jebol, maka gawang Ederson akan banyak kebobolan. Tetapi, itu adalah pilihan filosofi sepak bola menyerang yang diterapkan pelatih asal Barcelona tersebut.

Pep Guardiola tidak khawatir untuk kebobolan karena memiliki penyerang-penyerang yang tajam. Mereka mampu bangkit untuk mengatasi ketinggalan, dan the Citizens selalu bisa membalikkan keadaan itu.

Sekarang tinggal seberapa cerdas pemain Liverpool mampu memanfaatkan kelengahan pemain tuan rumah seperti yang dilakukan Chelsea. Manchester City harus hati-hati karena Liverpool memiliki dua faktor penentu kemenangan, yaitu ‘kuda pacu’ Nunez dan kematangan dalam mengatur tempo permainan.

Mungkin Anda Menyukai