KOREA Utara (Korut) meledakkan jalan-jalan perbatasan di bagian utara yang menghubungkannya dengan Korea Selatan (Korsel). Militer Korea Selatan melepaskan tembakan balasan di selatan garis demarkasi. Tembakan balasan itu dilancarkan setelah militer Pyongyang meledakkan bagian ruas jalanan yang menghubungkan kedua negara di perbatasan.
“Beberapa bagian jalan di utara garis demarkasi militer yang memisahkan kedua negara diledakkan sekitar tengah hari,” kata Kepala Staf Gabungan Korea Utara dalam pesan yang dikirim ke media pada Selasa (15/10).
Ketegangan di Semenanjung Korea meningkat sejak Korea Utara menuduh Korea Selatan mengirimkan drone yang membawa selebaran propaganda antirezim di ibu kota Pyongyang. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bahkan sampai menggelar rapat keamanan untuk mengarahkan rencana aksi militer segera sebagai tanggapan.
Militer Korea Selatan kemudian merilis rekaman video ledakan tersebut. Salah satunya menunjukkan tentara Korea Utara berseragam militer memasang kamera pada tripod menjelang ledakan besar. Mereka meledakkan sebagian jalan Gyeongui dan menimbulkan awan asap serta debu yang mengepul.
Rekaman lain, tampaknya diambil setelah ledakan, menunjukkan ekskavator menggali dan warga Korea Utara berseragam militer bekerja di dekatnya. Terdapat juga rekaman yang menunjukkan Korea Utara meledakkan bagian jalan Donghae di pantai timur.
Meskipun kedua jalan tersebut telah lama ditutup, para analis mengatakan kehancurannya menunjukkan bahwa Kim Jong Un tidak lagi bersedia bernegosiasi dengan Korea Selatan. “Ini tindakan militer praktis terkait dengan sistem dua negara bermusuhan yang sering disebutkan oleh Korea Utara,” kata presiden Universitas Studi Korea Utara di Seoul, Yang Moo-jin.
Ledakan itu terjadi sehari setelah Kim mengadakan pertemuan dengan pejabat tinggi militer dan keamanannya untuk membahas masalah drone. Dalam pertemuan tersebut, Kim menggambarkan penerbangan tersebut sebagai provokasi serius musuh dan menetapkan tugas-tugas yang tidak ditentukan terkait dengan aksi militer segera serta pengoperasian pencegah perang untuk mempertahankan kedaulatan negara.
Korea Utara sebelumnya menempatkan artileri garis depan dan unit militer lain dalam keadaan siaga untuk melancarkan serangan terhadap Korea Selatan, jika drone mereka kembali ditemukan di Korea Utara. Korea Selatan menolak mengonfirmasi terkait mereka mengirimkan drone atau tidak, tetapi memperingatkan bahwa pihaknya akan menghukum keras Korea Utara jika keselamatan warga negaranya terancam.
Penghancuran jalan ini seiring keinginan Kim Jong Un memutuskan hubungan dengan Korea Selatan. Ini secara resmi menjadikan Korea Selatan sebagai musuh utama negaranya dan mengabaikan tujuan selama puluhan tahun untuk mengupayakan penyatuan kedua Korea secara damai.
Pada 2020, Korea Utara meledakkan kantor penghubung kedua Korea yang kosong. Ini menandakan berakhirnya periode relaksasi.
Pada November tahun lalu, Pyongyang mengatakan akan memindahkan lebih banyak pasukan dan peralatan militer ke perbatasan dan tidak lagi terikat oleh perjanjian militer bersama pada 2018 setelah Seoul menangguhkan sebagian perjanjian tersebut sebagai tanggapan atas peluncuran satelit mata-mata militer oleh Pyongyang.
Para pejabat Korea Selatan mengatakan bahwa Korea Utara mulai menambah penghalang antitank dan memasang ranjau di sepanjang perbatasan awal tahun ini. (Al Jazeera/Z-2)