Kontroversi para Wakil

Terdapat fakta menarik Kalau kita tarik benang merah dari dua laku kontroversial yang belakangan menjadi perbincangan panas di ruang-ruang publik. Entah kebetulan entah Bukan, para pelaku yang memicu kontroversi itu ialah mereka yang berposisi sebagai ‘wakil’.

Yang satu ialah wakil menteri yang baru menjabat selama 10 bulan, tapi sudah kena tangkap tangan lembaga antikorupsi; satu Tengah wakil rakyat yang tega Memajukan Duit tunjangan rumah dan beras tanpa basa-basi. Bukan tunjangan Kepada rakyat, lo ya, melainkan buat mereka sendiri.

Dua isu itu mencuat pada waktu yang Nyaris bersamaan dan sama-sama bikin emosi publik. Isu yang menyangkut wakil menteri berkaitan dengan pelanggaran hukum korupsi lantaran ia diduga terlibat dalam tindak pemerasan. Sementara itu, isu yang ramai di DPR terkait dengan masalah etika dan kepatutan karena penaikan tunjangan itu banyak dinilai sebagai bukti wakil rakyat memang sedang defisit empati.

Soal kasus yang menjerat Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel ‘Noel’ Ebenezer Gerungan (kini statusnya eks wakil menteri) kiranya tak perlu dijabarkan Tengah. Mayoritas publik saya rasa sudah Paham karena dalam sepekan terakhir ini beritanya sangat viral di Seluruh platform media. Itu terbukti dari Ungkapan kegeraman publik yang Lalu membanjir, entah itu melalui percakapan di warung kopi entah unggahan ‘mengandung cabai’ alias pedas di media sosial.

Bukan Sekadar kasusnya yang bikin marah, melainkan juga sikap yang ditunjukkan Noel seusai dijadikan tersangka oleh KPK. Sikapnya tak Jernih, kadang Arogan, kadang mengiba. Satu kali ia terlihat meneteskan air mata, tapi kali lain ia tersenyum, bahkan mengepalkan tangan. Puncaknya ia mengemis-ngemis amnesti ke Presiden. Betul-betul enggak Jernih apa maunya, bikin orang makin senewen saja.

Cek Artikel:  Hasyim dan Tiga Ta

Permintaan amnestinya kepada Presiden dianggap sebagai sikap pengecut. Publik menyebut Noel tak punya malu. Tak Paham diuntung. Ia yang Jernih-Jernih sudah mengkhianati kepercayaan Presiden Prabowo, kok, berani-beraninya minta pengampunan. Ia dulu begitu gahar Demi mendukung penerapan hukuman Wafat bagi koruptor, eh kini ketika dia sendiri yang diduga melakukan korupsi, langsung lembek. Nangis. Minta amnesti.

“Katanya wamen, kok cemen?” begitu kata netizen dengan perasaan dongkol. Terdapat juga yang menyindir permintaan ngawur soal amnesti itu dikaitkan dengan motor gede nan sporty Punya Noel yang tempo hari ikut disita KPK, “Motornya sih sporty, eh orangnya minta amnesti.”

Sama halnya dengan eks wamen Noel, sikap wakil rakyat perihal penaikan tunjangan juga enggak Jernih. Demi disodori pertanyaan mengenai Dalih mereka Memajukan Duit tunjangan rumah Personil DPR Tamat Rp50 juta per bulan dan Duit tunjangan beras jadi Rp12 juta per bulan, jawaban mereka belepotan.

Terdapat yang coba menjawabnya dengan pendekatan matematika, tapi rupanya salah hitung. Terdapat juga yang beralasan tunjangan rumah sebesar itu perlu Kepada menyewa rumah atau unit apartemen sehingga Personil DPR terhindar dari kemacetan, tapi tampaknya salah memilih diksi sehingga malah jadi bulan-bulanan publik.

Cek Artikel:  Menerungku Silfester

Mereka terkesan asal jawab, hanya demi Membikin sesuatu yang sebetulnya Bukan masuk logika dan Logika publik itu menjadi seolah-olah masuk Intelek. Kentara betul Bukan Terdapat dasar argumen kuat yang menjadi pijakan kebijakan tersebut. Di sisi lain, publik Bahkan punya dasar fakta sangat kuat Kepada mempertanyakan penaikan itu, Adalah terkait dengan kondisi ekonomi masyarakat yang Tetap terimpit.

Baru belakangan ini saja setelah beberapa hari jadi sorotan, akhirnya Terdapat jawaban yang lumayan menjernihkan persoalan dari Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco. Ia bilang tunjangan rumah Rp50 juta per bulan buat Personil DPR itu hanya diberikan selama setahun, dari Oktober 2024 Tamat Oktober 2025. Kita awasi saja, apakah nanti pada November 2025 para Personil dewan itu Tetap diterima Duit tunjangan itu atau Bukan.

Siapa yang menanam dia yang akan menuai. Gara-gara kontroversi yang mereka tanam, Noel dan DPR akhirnya panen sindiran, cibiran, Hinaan, Tamat makian. Mereka punya kedudukan tinggi, mereka punya kuasa yang tak dimiliki rakyat Normal. Tetapi, nyatanya mereka malah menyalahgunakan kedudukan dan kuasa itu demi ‘kesejahteraan’ mereka sendiri. Ya, wajar saja kalau mereka dicibir, dihujat, dan dimaki.

Jadi, sebetulnya Terdapat apa dengan para wakil ini? Bukannya mereka Sekadar wakil, kok belagu, sih? Wakil menteri ialah orang nomor dua di kementerian. Ia deputinya menteri, pembantunya presiden. Serempak menteri, ia semestinya menjadi kepanjangan tangan presiden dalam urusan menyejahterakan rakyat. Dari sekian banyak penugasan yang ia terima sebagai wamen, tujuan akhirnya, muaranya ya hanya itu, menyejahterakan rakyat, bukan yang lain-lain.

Cek Artikel:  Belajar dari Afsel

Dengan begitu, harusnya ia Paham diri, paham posisi, bahwa dengan posisinya sebagai wakil menteri, ia juga punya tanggung jawab besar dalam mengeksekusi program-program kerakyatan Punya presiden. Sungguh keterlaluan kalau posisi sebagai orang nomor dua di kementerian Bahkan dimanfaatkan Kepada melindungi, apalagi meminta jatah dari anak buahnya yang ia Paham sudah sekian lelet kerjanya memeras rakyat (pekerja).

Wakil rakyat pun demikian Sepatutnya. Mereka Bisa duduk di kursi parlemen hanya karena dipilih rakyat. Tuan mereka ialah rakyat. Seandainya mereka menyadari dan memahami posisi itu, tentu yang mereka nomorsatukan ialah kepentingan rakyat. Niscaya yang mereka jaga betul ialah empati dan keberpihakan kepada rakyat, bukan yang lain-lain.

Yang terjadi sekarang ialah paradoks. Rakyat banyak yang belum Mempunyai rumah, banyak yang sulit membeli beras, apalagi kini harganya sedang melambung tinggi, Lewat kenapa Bahkan tunjangan para wakil yang dinaikkan? Begitu pun rakyat sudah Wafat-matian membayar Corak-Corak pajak, salah satunya Kepada menggaji wakil menteri, kenapa pula pejabat itu Tetap juga memeras rakyat? Aneh, ya.

Mungkin Anda Menyukai