Liputanindo.id – Sektor pangan, energi, kesehatan, dan mineral menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan Lembaga Indonesia-Afrika (IAF) ke-2 yang diadakan di Bali, pada 1-3 September 2024.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (Aspasaf) Abdul Kadir Jailani dalam konferensi pers yang diadakan di sela-sela rangkaian acara IAF di Badung, Bali, Minggu.
“Tertentu tahun ini, fokusnya adalah sektor pangan, energi, kesehatan, dan mineral,” kata Abdul Kadir Jailani, seperti dikutip Antara.
Abdul Kadir Jailani mengatakan kerja sama ekonomi antara Republik Indonesia dan negara-negara Afrika telah meningkat dari waktu ke waktu.
Sejauh ini, terdapat beberapa kerja sama bisnis Indonesia dan Afrika yang sudah berjalan, seperti ekspor vaksin ke 41 negara Afrika, pembangunan pabrik mi instan di Nigeria, pengolahan minyak atsiri cengkeh di Zanzibar dan juga ekspor alat pertanian dan pupuk Indonesia ke beberapa negara di Afrika.
Pada forum tahun ini, Abdul Kadir mengatakan beberapa penguatan kerja sama ekonomi akan dilakukan antara lain nota kesepahaman (MoU) pengembangan geotermal, master agreement kerja sama transfer teknologi kesehatan, MoU kerja sama bidang farmasi, transfer teknologi vaksin dan pembelian serta perawatan pesawat oleh Kongo dan Senegal.
“Tetap ada beberapa MoU yang menurut saya tidak perlu saya sebutkan satu per satu, tapi beberapa cukup penting,” tambah dia.
Dari sisi nilai, dia memaparkan IAF tahun ini diperkirakan akan menghasilkan kesepakatan bisnis IAF sekitar 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp53,9 triliun), naik sekitar 600 persen dari 586,6 juta dolar AS (sekitar Rp9,53 triliun) yang dicapai dalam IAF pertama yang diadakan pada 2018.
Kemudian, selain menyediakan forum bagi pemerintah, pengusaha dan pemangku kepentingan lain, sasaran strategis lain dari IAF kedua tahun ini adalah menjadi forum tersebut sebagai platform konkret untuk menghidupkan kembali Bandung Spirit yang dihasilkan dari Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada 1955.
“Apa itu Bandung Spirit? Terdapatlah tekad kita untuk mempererat solidaritas negara-negara Asia dan Afrika melalui penguatan kolaborasi ekonomi,” katanya.
Dengan mengambil tema “Bandung Spirit for Africa’s Agenda 2063”, Indonesia ingin menjadikan Bandung Spirit yang diadopsi dari KAA 1955 sebagai fondasi untuk melanjutkan pembangunan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara Afrika di masa mendatang.
Beberapa kerja sama yang akan diprioritaskan dalam forum tersebut antara lain kerja sama dalam transformasi ekonomi, energi, pertambangan, ketahanan pangan, kesehatan, dan pembangunan.
Hasil konkret yang diharapkan dapat dicapai antara lain perjanjian antara pemerintah atau G-to-G, kesepakatan bisnis G-to-B maupun B-to-B, dan Grand Design pembangunan Indonesia dengan Afrika, termasuk dengan negara-negara ketiga melalui triangular cooperation.