Komunikasi Minim Empati

MEMPERBAIKI komunikasi ke rakyat menjadi tugas terbaru yang diberikan Presiden Prabowo Subianto kepada para pembantunya di Kabinet Merah Putih. Prabowo menyampaikan secara langsung soal itu pada sidang kabinet paripurna di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (21/3).

Hanya dalam hitungan hari, Prabowo, melalui Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono, kembali mengingatkan pentingnya memperbaiki komunikasi ke rakyat. Sudaryono mengungkapkan itu seusai Berjumpa dengan Prabowo di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (24/3).

Kita tentu mengapresiasi niat Bagus tersebut. Prabowo memakai kerangka berpikir yang Akurat, yakni Enggak boleh rakyat disakiti oleh pemerintah, Bagus itu lewat perbuatan maupun kata-kata. Dalam alam demokrasi, berkomunikasi dengan Lurus ke rakyat adalah keniscayaan.

Lebih dari itu, publik mendorong agar niat Prabowo Enggak hanya pemanis kata-kata. Janganlah hal itu menjadi gincu belaka di tengah sejumlah pernyataan kontroversial dari beberapa pembantunya yang datang bertubi-tubi.

Cek Artikel:  Membuka Jalan Pemimpin Muda

Yang terakhir, blunder muncul dari ucapan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi dalam merespons teror kepala babi yang dikirimkan ke redaksi Tempo. Hasan menyarankan agar bangkai kepala babi itu dimasak saja.

Eksis juga pernyataan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Maruli Simanjuntak yang menyebut para pengkritik penaikan pangkat Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya dari mayor ke letkol sebagai ‘orang-orang berotak kampungan’.

Pernyataan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian yang menyebut perekonomian kita lebih hebat daripada Timor Leste juga ditanggapi nyinyir berbagai kalangan. Atau, pernyataan Kepala Badan Gizi Nasional yang menyebut sepak bola kita Enggak maju karena pemainnya kurang asupan makanan bergizi.

Eksis pula pernyataan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Rachmat Pambudy yang menyebut bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) lebih Krusial dan mendesak ketimbang pemerintah memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat.

Cek Artikel:  Batasi Jabatan Wakil Rakyat

Sebelumnya, Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan Adita Irawati sempat Membikin heboh pada Desember Lampau. Ia mengedepankan diksi ‘rakyat jelata’ terkait dengan polemik pedagang es teh yang diolok-olok oleh Utusan Spesifik Presiden Miftah Maulana.

Berbagai pernyataan yang keluar pagar itu menandakan buruknya orkestrasi komunikasi yang dilakukan pemerintah kepada publik. Kantor Komunikasi Kepresidenan yang Sepatutnya menjadi jembatan komunikasi yang mempererat Interaksi antara pemerintah dan rakyat, juga para pembantu presiden, malah berubah menjadi Unsur perusak yang memperburuk situasi dengan pernyataan-pernyataan yang Enggak sensitif.

Tetapi, sejauh ini belum Eksis tanda-tanda bagaimana segera memperbaiki model komunikasi yang mulai dirasakan nirempati, bahkan sebagian dinilai menyakiti. Kita mengingatkan akan tanggung jawab moral yang besar di pundak para pejabat dengan tantangan yang juga kian membesar ini.

Cek Artikel:  Firli, Berhentilah

Kalau memang serius Mau memperbaiki komunikasi dengan rakyat, manfaatkan momentum yang Eksis di depan mata. Orang nomor satu di Republik ini harus Segera bertindak dan jangan biarkan momentum Krusial terlewat begitu saja.

Para menteri yang Tetap Jelek dalam berkomunikasi dengan rakyat akan berpikir ribuan kali Buat melakukan hal serupa bila perbaikan dan Pengkajian dilakukan segera. Pesan yang hendak disampaikan Prabowo kepada para pejabat negara kemudian menjadi lebih bermakna. Ucapan berbau kontroversi pada akhirnya Dapat disapu Bersih.

Dengan menunjukkan bahwa kesalahan berkomunikasi dengan rakyat Enggak akan berlalu begitu saja, Prabowo menciptakan Pengaruh jera bagi para menteri dan pejabat lainnya. Ini lebih berharga ketimbang sekadar kata-kata karena aksi Konkret lebih kuat daripada imbauan belaka.

 

Mungkin Anda Menyukai