Kolaborasi YKAN dan Masyarakat Lelahl untuk Keberlanjutan Ekosistem Laut Papua Barat

Kolaborasi YKAN dan Masyarakat Lokal untuk Keberlanjutan Ekosistem Laut Papua Barat
YKAN, sejak 2014, berfokus pada pelestarian alam dan kolaborasi dengan masyarakat lokal. Salah satu contohnya adalah sistem sasi.(MI/Ajeng)

KERUSAKAN lingkungan menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi negara saat ini.  Penebangan hutan, pencemaran air, polusi udara, dan perubahan iklim adalah sebagian dari masalah lingkungan yang semakin mendesak. 

Pengaruhnya tidak hanya dirasakan alam, juga manusia yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya alam. 

Memperhatikan kendala alam yang terjadi, pelestarian lingkungan menjadi sangat penting untuk memastikan keberlanjutan kehidupan di bumi. Hal ini dapat dilakukan melalui konservasi alam, pendidikan, dan kampanye kesadaran lingkungan, hingga perlindungan hukum dan kebijakan lingkungan.  

Baca juga : Kawan Program Blue Kekal Fund Berbagi Pengalaman Konservasi di Papua Barat

Yayasan Konservasi Alam Indonesia (YKAN) sejak 2014, memiliki misi melindungi alam yang menjadi penopang kehidupan manusia dan berbagai spesies yang hidup di Indonesia. Sebagai salah satu pioneer dalam upaya pelestarian, YKAN melakukan kegiatan kolaborasi dengan masyarakat lokal di Papua Barat untuk melestarikan kekayaan laut melalui sistem tradisional sasi. 

Cek Artikel:  Menkes akan Berdiskusi dengan Pelaku Usaha Terkait Kemasan Rokok Polos

Sasi adalah sebuah sistem pengelolaan sumber daya adat yang diterapkan oleh masyarakat di Papua Barat, dikelola oleh kelompok sasi perempuan waifuna. Praktik ini melibatkan penutupan sementara wilayah tertentu di Bentang Laut Kepala Burung (BKLB) dari aktivitas pemanfaatan, seperti penangkapan ikan, dan hasil laut lainnya. Selama masa penutupan, masyarakat dilarang memanfaatkan sumber daya tersebut, tujuannya untuk menjaga keberlanjutan dan keseimbangan ekosistem laut.

“Kegiatan sasi ini mewajibkan masyarakat untuk tidak mengambil sumber daya laut selama kurun waktu yang ditentukan. Terdapat yang menerapkan tutup sasi selama tiga bulan, enam bulan, atau satu tahun seperti kelompok Waifuna. Sekalian tergantung kesepakatan antara kelompok pengelola sasi dengan seluruh warga kampung” tutur Almina Kacili, Ketua Grup Waifuna.

Cek Artikel:  Songsong Hari Guru, Mendikdasmen Meluncurkan Bulan Guru Nasional

Baca juga : 1.789 Personel Dikerahkan untuk Jaga Pilkada di Papua Barat dan Papua Barat Daya

Bentang Laut Kepala Burung (BLKB) di Papua Barat merupakan pusat keanekaragaman hayati laut dunia dan prioritas konservasi global. Kawasan ini meliputi lebih dari 2.500 pulau dengan luas 225.000 km² dan menjadi habitat bagi 75% spesies karang keras dunia serta penyu dan mamalia laut yang terancam punah. Sumber daya BLKB mendukung kehidupan dan ketahanan pangan bagi lebih dari 273.897 penduduk pesisir.

Melalui keanekaragaman dan manfaat dari BLKB, YKAN terus berperan besar melestarikan daerah BLKB di Papua Barat. Berkolaborasi hingga melibatkan masyarakat dalam kegiatan konservasi, YKAN berharap dapat mewujudkan Indonesia lestari pada 2030. 

Cek Artikel:  Bahaya Autoimun pada Anak Ketahui Gejala dan Metode Penanganan.

“Banyak capaian, namun juga masih banyak tantangan dalam menghadapi berbagai ancaman terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayati di Indonesia. YKAN akan terus berkolaborasi dengan pemerintahan, bisnis profit hingga non profit  dalam melaksanakan berbagai program konservasi berbasis ilmiah untuk mencapai target konservasi 2030 yang sudah ditetapkan,” ujar Herlina Hartanto, Direktur Eksekutif YKAN. (Z-3)

Mungkin Anda Menyukai