KOLABORASI antarpihak dan integrasi antara ilmu alam, ilmu sosial, dan humaniora diperlukan untuk merancang solusi yang holistik dan berkelanjutan dalam mengatasi tantangan antroposen.
“Dari konferensi ini kita harapkan dapat meningkatkan kesadaran atas pentingnya kompleksitas tantangan yang dihadapi Asia di era antroposen dan perlunya tindakan kolaboratif yang berani dan terarah menuju masa depan lebih baik bagi kawasan dan planet bumi,” ujar Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Nasional (Unas) Erna Ermawati Chotim pada International Conference of Social Politics (Icosop) ke-4, di Jakarta, Selasa (8/10).
Ia pun berharap peserta konferensi dapat mengeksplorasi penelitian dan bekerja sama memajukan ilmu sosial dan politik. “Sehingga konferensi ini menjadi bukti abadinya relevansi dialog akademis dan pemahaman lintas budaya dalam mengatasi tantangan global kontemporer,” kata Erna.
Baca juga : The 3rd AICEE Jalin Kolaborasi untuk Transisi Kekuatan Rapi di ASEAN
Secara umum, antroposen berasal dari dua kata Yunani yaitu antropo yang berarti manusia dan cene yang berarti baru. Istilah ini mewakili masa perubahan planet yang terjadi akibat langsung dari aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan peningkatan penggundulan hutan. Ide ini pertama kali dipopulerkan pada 2000, oleh mendiang ahli meteorologi Paul Crutzen.
Ketua Panitia Icosop ke-4 Qonitah Basalamah menambahkan konferensi ini ingin menyampaikan pesan tekait situasi dunia saat ini. Hal mendasar adalah pencapaian pembangunan yang inklusif memerlukan penanganan ketidaksetaraan dengan memastikan bahwa manfaat ekonomi menjangkau semua sektor masyarakat, sambil mempromosikan keberlanjutan lingkungan.
Selain itu, transformasi budaya dan sosial harus selalu mengedepankan solidaritas. Buat menavigasi kompleksitas ini, kerja sama global amat penting dalam mendorong pertumbuhan inklusif dan melindungi lingkungan. “Pada akhirnya, pendekatan holistik yang mengintegrasikan tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan sangat penting untuk membangun dunia berkeadilan, aman, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang,” jelasnya.
Baca juga : Gaikindo Gelar Konferensi Dunia GIAC 2022
Wakil Rektor Unas Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni Suryono Efendi berharap konferensi ini menambah kerja sama dan kolaborasi untuk menghasilkan artikel internasional berkualitas.
Icosop ke-4 yang digelar Fisip Unas kali ini mengangkat tema The Age of Anthropocene; Empowering the Future Asia Through Interdisciplinary Approach.
Icosop juga diikuti alumni Sutan Takdir Alisyahbana Summer Course pertama yakni program pelatihan internasional bagi mahasiswa internasional untuk memperdalam budaya dan sastra Indonesia. Program ini melibatkan peserta dari 9 negara yakni, Indonesia, Jepang, Malaysia, Kenya, Gambia, Malawi, Tanzania, Pakistan, dan Bangladesh.
Turut hadir sebagai pembicara utama Pj Gubernur Kalimantan Timur Dr Drs Akmal Malik MSi, dan pembicara lainnya yakni Prof Kosuke Mizuno PhD (Kyoto University, Jepang), Dr Ogr Uyesi Yusuf (AVCI dari Ankara University, Turki), Dr Anton Galushka Eksisikin MIA MPA (Kharkiv Institute of Oriental Studies and International Relations, Ukraine) dan Khairul Fuad MA (Dosen Fisip Unas). (H-2)