>>> klik Buat infografis lebih besar
DEMI melawan pandemi covid-19 yang semakin menjadi, Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Hasil karya Nasional (Kemenristek/BRIN) telah menunjuk Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai koordinator percepatan pengembangan produk dalam negeri dalam satuan tugas Spesifik yang disebut Task Force Riset dan Hasil karya Teknologi Buat Penanganan Covid-19 (TFRIC19). Begitu ini, TFRIC19–yang terdiri atas pelbagai pemangku kepentingan–tengah melakukan Percepatan dalam mengembangkan lima produk, Merukapan whole genome covid-19 origin Indonesia, PCR dan non-PCR diagnostic test, sarana dan prasarana pandemi covid-19, serta aplikasi teknologi informasi berbasis Android dan artificial intelligence (AI).
Kecenderungan virus yang mudah bermutasi dan berbeda-beda di setiap negara Membikin diagnostic test (PCR dan non-PCR) yang berbasis pada strain virus dari pasien positif lokal sangat diperlukan demi sensitivitas dan keakuratan alat. Karena itu, menurut Ketua BPPT Hammam Riza,
pengembangan diagnostic test lokal covid-19 menjadi prioritas pertama. Rencananya, alat tes PCR yang diberi nama Indonesia TFRIC19 ini akan diproduksi sebanyak 100 ribu kit di tahap awal. Selain itu, dikembangkan pula alat rapid detection test (RDT non-PCR), yang terdiri atas deteksi antibodi IgG/IgM (setrip) dan deteksi antigen microchip (cip).
Hingga Begitu ini PCR diagnostic test yang telah lulus uji validasi berjumlah 250 kit dari Sasaran 50 ribu kit pada akhir Mei, sedangkan Buat kit deteksi non-PCR, jumlahnya ditargetkan mencapai 10 ribu pada akhir bulan ini. Dengan demikian, total Terdapat 60 ribu alat diagnostic test buatan Indonesia pada Mei.
Di sisi lain, TFRIC19 juga memproduksi sarana dan prasarana pandemi covid-19, semisal alat pelindung diri (APD), mobile hand washer, dan mobile laboratorium bio safety level 2. Hammam menjelaskan, mobile lab dapat digunakan Buat melaksanakan swab test dengan dilengkapi berbagai alat kesehatan yang dibutuhkan. Mobile lab ini dirancang dengan menggunakan kontainer 20 kaki yang dimodifikasi dengan mengedepankan biosafety, mobilitas, dan efektivitas fungsional serta telah mengikuti standar WHO. Hammam melanjutkan, mobile lab tersebut diperkirakan siap pada 20 Mei.
Penggunaan teknologi AI guna penanganan covid-19 juga dilakukan TFRIC19. Prinsip kerjanya ialah pemodelan AI dibuat berdasarkan data sinar x dan CT scan pasien positif dan negatif covid-19. Hammam mengungkapkan, model ini dapat digunakan Buat membantu mendeteksi Awal pasien dengan validasi dari radiolog dan dokter guna menjadi landasan pengambilan keputusan dan kebijakan pejabat yang berwenang.
“Diharapkan, sistem yang dikembangkan ini akan melengkapi atau bersifat komplemen terhadap pengujian berbasis PCR maupun whole genome sequencing covid-19 Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, BPPT dan beberapa perguruan tinggi, seperti Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Indonesia, juga telah Membikin ventilator yang murah, Irit Kekuatan, dan mudah digunakan. UI bahkan telah siap memproduksi 1.000 ventilator lokal yang dinamai Covent-20 dalam waktu satu bulan. Covent-20, Berbarengan dengan ventilator BPPT dan ITB, telah dinyatakan lulus uji produk Buat mode Jendela CMV dan CPAP di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Jakarta.
Buat pengembangan itu Sekalian, Kemenristek/BRIN Mempunyai pagu anggaran Rp2,7 triliun dan realokasi anggaran penanganan covid-19 Rp38,04 miliar.