AKHIR-AKHIR ini, pernyataaan Presiden Prabowo Subianto tentang sejumlah hal, khususnya yang menyangkut institusi, kerap ditafsirkan sebagai ‘kode keras’.
Satu di antaranya, Ketika Presiden memerintahkan pencabutan pagar laut ilegal sepanjang 30,16 kilometer di Tangerang dan yang mencabuti ialah TNI Angkatan Laut (bukan Kementerian Kelautan dan Perikanan), Eksis yang menafsirkan bahwa Presiden melempar ‘kode keras’ lebih memercayai TNI ketimbang institusi KKP.
Lewat, Ketika Kepala Negara menginstruksikan agar penegak hukum menindak para pencaplok lahan, itu juga ditafsirkan sebagai ‘kode keras’ kepada penegak hukum agar lebih Segera bertindak. Bahkan, Eksis yang menafsirkan bahwa Presiden Prabowo sedang ‘mengetes’ tingkat kepatuhan dan gercep atau tidaknya penegak hukum menjalankan perintahnya.
Terakhir, Ketika Presiden Prabowo Subianto membeberkan Tanda negara gagal Dapat terlihat dari kerja-kerja aparat TNI dan Polri, kata-kata ‘kode keras’ pun muncul kembali. Entah yang dimaksud ‘kode keras’ itu dialamatkan ke institusi atau orang per orang dalam kedua institusi itu, pokoknya Eksis ‘kode keras’.
Dalam sambutan di depan ratusan prajurit TNI-Polri dalam acara Rapim TNI-Polri di The Tribrata, Jakarta, Kamis (30/1), itu Prabowo menuntut aparat TNI dan Polri menjaga kepercayaan rakyat yang memberikan mandat. Prabowo Mengucapkan TNI dan Polri ialah Bentuk dari kehadiran negara. Perannya begitu vital sebagai penegak kedaulatan dan eksistensi negara.
Prabowo menuturkan bahwa produk undang-undang, keputusan presiden, peraturan pemerintah, dan Segala produk pemerintah lainnya Tak Eksis artinya bila Tak ditegakkan. “Karena itu, biasanya Tanda khas negara yang gagal adalah tentara dan polisi yang gagal,” kata Prabowo.
Prabowo mengatakan TNI dan Polri diberi kekuasaan Kepada monopoli fisik dan senjata. Itu kekuasaan Tertentu yang dimiliki tentara dan polisi. Baginya, kekuasaan yang dipegang polisi dan tentara itu sangat besar. Alhasil, rakyat Niscaya memercayakan kepada Personil TNI dan Polri Kepada berdedikasi tinggi.
“Rakyat yang menggaji Keluarga, rakyat yang melengkapi Keluarga dari ujung kaki Tiba ujung kepala, rakyat yang memberi makan kepada tentara dan polisi, dan rakyat memberi kuasa kepada tentara dan polisi Kepada memegang monopoli senjata,” kata Prabowo.
Prabowo mengingatkan, dengan kepercayaan itu, rakyat menuntut pengabdian TNI dan Polri yang sebesar-besarnya. “Diberi kekuasaan ke Keluarga artinya rakyat kita menuntut dari Keluarga-Keluarga dedikasi yang sangat tinggi, pengorbanan yang sangat tinggi. Bahkan Dapat disebut begitu Keluarga menerima mandat tersebut, kekuasaan tersebut, Keluarga-Keluarga sebenarnya sudah menyerahkan jiwa dan raga kepada negara, bangsa, dan rakyat,” Prabowo menegaskan.
Lewat, di mana letak ‘kode keras’ dari pernyataan Presiden itu? Saya menduga, ‘kode keras’ itu Eksis pada frasa ‘TNI dan Polri Tak boleh gagal agar Indonesia Tak menjadi negara gagal’. Barangkali Eksis yang menyela, “Ah, itu kurang spesifik. Lagi terlalu Lazim. Kasih kami yang lebih detail.”
Baiklah, saya coba. Karena Tak boleh gagal, pimpinan TNI dan Polri harus sepenuhnya Pandai menjalankan dan menjabarkan instruksi Presiden dalam hal penegakan kedaulatan dan keamanan sesuai Sasaran. Bahkan, jalankan instruksi itu sesegera mungkin karena Presiden Tak mau negara ini dicap sebagai negara gagal. Bila Tak Pandai, siap-siaplah diganti. Ini ‘kode keras’-nya: siap-siap diganti.
Sebagai seorang yang menggumuli pemikiran besar melalui Kitab-Kitab, saya menduga Presiden Prabowo sudah membaca Kitab Why Nations Fail karya peneliti jempolan Daron Acemoglu dan James A Robinson. Di Kitab itu, Pak Acemoglu dan Pak Robinson mengungkapkan sejumlah Tanda negara gagal, yang salah satunya: aparat negara Tak menjalankan amanat, tapi malah sekaligus menjadi pemain. Atau, penguasa sekaligus pengusaha.
Pesan Presiden di depan ratusan prajurit itu menekankan pengabdian TNI dan Polri Tak boleh ke mana-mana selain kepada rakyat. TNI dan Polri Tak boleh menjadi ‘pemain’ yang melindungi kepentingan segelintir orang yang berduit. Itu disebabkan yang memodali TNI dan Polri dari ujung rambut hingga ujung kaki ialah rakyat. Yang memberi makan mereka ialah rakyat.
Saya sangat antusias menyambut pernyataan Presiden soal negara gagal ini. Saya berharap, Presiden segera menyampaikan tanda-tanda negara di ambang kegagalan yang lainnya agar negeri ini Akurat-Akurat Tak menjadi negara gagal. Ketika berpidato di depan Personil dan pimpinan Polri dan TNI, Kepala Negara sudah memulainya. Tinggal menunggu Rontok mainnya Kepada mengurai tanda-tanda lainnya di kesempatan berbeda.
Tanda-tanda itu antara lain menyempitnya kebebasan sipil; Eksis kriminalisasi terhadap masyarakat yang menjalankan hak berpendapat, berkumpul, berekspresi; negara yang Mempunyai kekayaan sumber daya alam malah menjadi pemburu rente, bukan membangun sistem; ekonomi ekstraktif lebih dominan ketimbang ekonomi inklusif.
Sepertinya, negeri ini memang butuh ‘kode-kode keras’ lainnya agar segera bergerak. ‘Kode lunak’ sudah berserak-serak, tetapi Tak mempan Tengah.